Gubernur Koster Akan Serahkan Langsung Hadiah Lomba Ogoh-ogoh
DENPASAR, NusaBali
Dinas Kebudayaan Provinsi Bali telah mengumumkan juara lomba ogoh-ogoh yang digelar Pemerintah Provinsi Bali dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945, Kamis (23/3).
Gubernur Bali Wayan Koster rencananya akan menyerahkan langsung hadiah kepada para pemenang masing-masing kabupaten/kota. “Pengumuman sudah, hadiah uang sedang diproses administrasi. Untuk penyerahan hadiahnya kami masih lapor, menyesuaikan dengan agenda Pak Gubernur,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan Bali I Gede Arya Sugiartha, dikonfirmasi NusaBali, Jumat (24/3).
Arya Sugiartha memastikan Pemerintah Provinsi Bali akan kembali menggelar lomba ogoh-ogoh pada tahun depan. Sejauh ini pelaksanaan lomba yang sudah berlangsung dua tahun berturut-turut berjalan dengan baik. Namun demikian, pihaknya pasti akan mengadakan rapat evaluasi melibatkan pihak terkait di kabupaten/kota utamanya para yowana.
Mantan Rektor ISI Denpasar ini mengungkapkan, terkait lomba yang tingkatnya hanya sampai tingkat kabupaten/kota kemungkinan besar akan tetap dipertahankan. Hal tersebut untuk menghargai tradisi pada masing-masing wilayah kabupaten/kota.
“Saya kira pola tersebut sudah bagus. Sejauh ini tidak ada protes. Kita terus evaluasi saja kalau memang ada masukan baru, boleh. Yang jelas tahun depan ada lagi, pasti,” kata birokrat asal Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan.
Arya Sugiartha menjelaskan lomba ogoh-ogoh digelar Pemprov Bali untuk memberikan apresiasi atas kreativitas seni para yowana Bali. Menurutnya perkembangan ogoh-ogoh saat ini sangat pesat, baik dari sisi bentuknya yang semakin indah, semakin tematik, dan juga semakin menyesuaikan dengan tujuan Hari Raya Nyepi.
Dia juga menanggapi ogoh-ogoh yang tidak dipralina setelah diarak keliling desa. Menurutnya tidak ada kaitan secara langsung antara ogoh-ogoh dengan upacara tawur pada malam Pangerupukan. Sehingga tidak ada keharusan untuk mempralina ogoh-ogoh setelah diarak keliling desa.
“Secara niskala tidak ada kaitan ogoh-ogoh dengan upacara tawur. Ini hanya untuk menyemarakkan upacara tawur, dia bukan ogoh-ogoh sakral,” sebut Arya Sugiartha.
Meski demikian dia juga menyebut setiap desa adat semestinya memiliki kebijakan masing-masing berkaitan dengan prosesi pralina ogoh-ogoh setelah diarak. Menurut dia, desa adat di Bali memiliki otonomi sendiri untuk melaksanakan apa yang diyakininya.
“Oleh karena itu kita kembalikan saja ke Desa Mawacara. Kalau desa itu meyakini ogoh-ogoh itu sebagai simbol pralina itu harus dibakar, silakan dibakar. Tetapi kalau memang tidak perlu dibakar, cukup diperciki tirta atau dengan cara lain, silakan juga,” ujarnya.
Arya Sugiartha mengungkapkan, dewan juri kesulitan menentukan para pemenang lomba ogoh-ogoh karena kualitas peserta cukup merata. Namun demikian para pemenang tetap harus diputuskan.
“Bagi yang sudah mendapatkan (predikat terbaik, Red) terus berkarya supaya lebih bagus. Bagi yang belum mendapatkan, terus berkreativitas, mudah-mudahan tahun depan bisa dapat juara,” pesannya.
Untuk diketahui, lomba ogoh-ogoh Pemprov Bali tahun 2023 ini diikuti oleh 715 sekaa teruna (ST) banjar. Sembilan terbaik I tingkat kabupaten/kota se-Bali masing-masing memperoleh penghargaan berupa uang tunai sebesar Rp 50 juta. Sembilan terbaik II tingkat kabupaten/kota se-Bali masing-masing memperoleh penghargaan berupa uang sebesar Rp 35 juta. Dan 9 terbaik III tingkat kabupaten/kota se-Bali masing-masing memperoleh penghargaan berupa uang sebesar Rp 25 juta. Sementara kepada nominasi terbaik kecamatan se-Bali memperoleh hadiah hiburan masing–masing sebesar Rp 5 juta. *cr78
1
Komentar