nusabali

Kemarau Basah Ancam Petani Tembakau

  • www.nusabali.com-kemarau-basah-ancam-petani-tembakau

Kondisi cuaca yang tidak menentu memasuki musim kemarau tahun ini membuat petani tembakau galau.

SINGARAJA, NusaBali

Para petani tembakau yang seharusnya sudah mulai melakukan masa tanam masih menunggu cuaca stabil. Bahkan jika curah hujan di musim kemarau tahun ini masih saja turun, dipastikan banyak petani tembakau yang akan menunda budidaya mereka.

Sesuai data yang dimiliki Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng bekerjasama dengan dua pengusaha pengolah menargetkan lahan tanam tembakau sebanyak 450 hektare. Namun memasuki bulan terakhir masa tanam tembakau petani yang sudah melakukan penanaman hanya 25 persen saja. Sisanya masih menunggu hingga cuaca stabil dan hujan tidak turun lagi.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Buleleng, Nyoman Partayasa seizin Kepala Dinas Pertanian Ir Nyoman Swatantra menyatakan memang tidak memungkiri potensi penurunan lahan tanam pada komoditas tembakau tahun ini. Hal tersebut dikarenakan cuaca yang tidak menentu.

Para petani tembakau yang sudah bertahun-tahun menjalani bisnis ini menurutnya tidak berani mengambil risiko terlalu besar jika hujan curah hujan yang turun masih tinggi. Sebab hal ini sangat berisiko terhadap pertumbuhan tanaman tembakau yang ditanam dan dapat menyebabkan kerugian yang besar.

“Sejauh ini petani kami masih menunggu kepastian cuaca, bibitnya sudah siap tanam, hanya saja cuaca yang belum mendukung. Karena tanaman tembakau itu tidak bagus jika kena hujan banyak,” kata dia.

Bahkan cuaca yang tidak menentu sejak enam tahun terakhir membuat kecenderungan jumlah petani tembakau berkurang. Pengaruh cuaca yang tidak menentu khususnya pada tahun 2010 lalu membuat hampir 90 persen petani tembakau di Buleleng mengalami kerugian. Kondisi yang sama pun terjadi di tahun-tahun selanjutnya, hingga saat ini petani tembakau jika melihat cuaca yang tidak menentu berpikir dua kali untuk melakukan budidaya.

Sementara itu saat ini di Buleleng ada dua varietas budidaya tembakau yang dilakukan. Selain varietas tembakau virginia yang sudah lazim dibudidayakan petani, saat ini Dinas Pertanian bersama masyrakat juga mencoba mengembangkan varietas tembakau kerosokan seluas 50 hektare yang dipusatkan di Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt.

Pada tahun 2014-2015 pun sempat dikembangkan varietas white burley, dengan perawatan yang mudah serta biaya operasional yang minim karena pengeringannya menggunakan sistem pengeringan angin secara alami. Namun setelah berjalan dua tahun pengembangan varietas ini terkendala soal pemasaran, sehingga tahun ini tidak dikembangkan kembali.

Disinggung masalah penstabilan produksi tembakau di Buleleng yang selama ini menjadi penghasil terbesar di Bali, Patrayasa pun mengaku tidak bisa berbuat apa, jika sudah menghadapi kendala alam. “Kalau sudah masalah cuaca secara teknis kami  tidak bisa berbuat apa. Hanya kalau lahan terendam diatasi dengan pengaturan drainase, tetapi itu juga tidak banyak membantu,” katanya. *k23

Komentar