KOI Nyatakan Pegang Teguh Olahraga Tanpa Diskriminasi
JAKARTA, NusaBali
Komite Olimpiade Indonesia (KOI/NOC Indonesia) bersama dengan 67 anggota cabang olahraga menyatakan memegang teguh Olympic Charter atau Piagam Olimpiade yang menyatakan tidak boleh ada diskriminasi dalam olahraga.
"Sikap NOC Indonesia jelas sebagai penjaga Olympic Charter. Kami memiliki 67 anggota yang terafiliasi ke Federasi Internasional dan statuta masing-masing menjunjung tinggi Piagam Olimpiade yang mengatur tidak boleh ada diskriminasi dalam aktivitas olahraga,” kata Ketua Umum KOI Raja Sapta Oktohari berkaitan dengan nasib Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia Sepak Bola FIFA U-20 dalam konferensi pers di Kantor NOC Indonesia, Senayan, Jakarta, Rabu (29/3).
Okto, sapaan Raja Sapta Oktohari, juga menegaskan bahwa Indonesia adalah negara besar sehingga ia berharap agar Indonesia jangan sampai dikucilkan dari pergaulan olahraga internasional karena melakukan diskriminasi. "Olahraga adalah aktivitas independen yang mengedepankan sportivitas, respect, dan persahabatan” kata Okto.
Olympic Charter, lanjut Okto, mengatur prinsip fundamental olympism yang menjamin atlet yang berkompetisi tidak boleh mendapat diskriminasi dalam bentuk apa pun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, orientasi seksual, bahasa, agama, pendapat politik atau hal lain yang berkaitan dengan asal kebangsaan, sosial, properti, kelahiran atau status lainnya. “Saya rasa melalui kegiatan olahraga, kita harus menunjukkan kedewasaan kita dalam menempatkan diri di kancah dunia. Apalagi, kita membidik diri menjadi tuan rumah Olimpiade pada 2036," katanya.
Sejumlah perwakilan dari cabang olahraga yang hadir dalam kesempatan tersebut di antaranya tinju, bola basket, sepak bola, sambo, jetski, senam, dan biliar. Dalam kesempatan itu, Okto mengingatkan Indonesia pernah memiliki pengalaman pahit ketika mendapat sanksi dari Badan Anti-Doping Dunia (WADA) yang membuat bendera Merah Putih dilarang berkibar di berbagai kegiatan olahraga internasional.
"Sekali lagi, kami berharap para pengambil kebijakan di negeri ini bisa memberikan dukungan kepada olahraga Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa. Jangan gunakan olahraga sebagai alat pemecah bangsa karena olahraga sudah terbukti dari dulu sampai hari ini membuat Indonesia makin kuat," kata Okto.
Sementara terkait penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia, Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Muhadjir Effendy mengatakan posisi Indonesia hingga saat ini masih sebagai penyelenggara Piala Dunia U-20. Hingga saat ini pihaknya belum menerima dan belum melihat surat resmi tentang pembatalan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia.
"Hal ini berlaku sampai ada keputusan FIFA terhadap keberadaan Indonesia sebagai pihak yang sudah ditunjuk sebagai penyelenggara U-20," kata Menko PMK ini. Muhadjir juga menambahkan, dirinya berharap Piala Dunia U-20 FIFA masih akan tetap digelar di Indonesia. Muhadjir juga menambahkan Ketua Umum PSSI Erick Thohir mendapat instruksi dan perintah dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menemui FIFA guna mencari solusi kelanjutan Piala Dunia U-20.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjamin keikutsertaan tim nasional Israel dalam Piala Dunia U-20 2023 tidak berkaitan dengan konsistensi politik luar negeri Indonesia terhadap Palestina. Presiden juga menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia berposisi sependapat dengan Duta Besar Palestina untuk RI, Zuhair Al-Shun, dalam urusan Piala Dunia U-20. "Bahwa FIFA memiliki aturan yang harus ditaati anggotanya. Jadi jangan mencampuradukkan urusan olahraga dengan urusan politik," ujarnya menegaskan.
Presiden mengawali pernyataan resminya itu dengan menegaskan bahwa Indonesia memiliki prinsip yang secara konsisten dan teguh memperjuangkan serta mendukung kemerdekaan bangsa Palestina. Kepala Negara menjelaskan bahwa Indonesia memperoleh hak sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 melalui proses bidding atau seleksi panjang hingga berhasil mengungguli dua negara kandidat terakhir yakni Brazil dan Peru. Menurut Jokowi hal tersebut sebuah kehormatan besar bagi bangsa Indonesia.
FIFA telah menunjuk Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada Oktober 2019. Namun Piala Dunia U-20 pada tahun 2021 diundur menjadi tahun 2023 mengingat saat itu masih dalam kondisi pandemi Covid-19. Presiden Jokowi telah menginstruksikan Ketua Umum PSSI Erick Thohir untuk bertolak ke Doha, Qatar menemui FIFA guna mencari solusi terkait penyelenggaraan Piala Dunia U-20 yang dijadwalkan bergulir pada 20 Mei hingga 11 Juni.
Langkah Erick merupakan buntut dari penolakan kedatangan timnas Israel sebagai peserta Piala Dunia U-20 oleh berbagai pihak. Dampaknya, FIFA pun membatalkan drawing peserta grup Piala Dunia U-20 yang rencananya berlangsung di Bali pada 31 Maret. *ant
Komentar