Demi Saksikan Nyakan Diwang, Wisman pun Rela Bangun Dini Hari
DENPASAR,NusaBali
Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Buleleng, merupakan salah satu desa wisata di Bali.
Selain pemandangan pegunungan yang sejuk dan daya tarik alam yang lain, Munduk juga punya tradisi ‘Nyakan Diwang’ atau memasak di jalan, yakni di depan angkul-angkul atau pintu masuk pekarangan rumah warga. Tradisi khas ini dilaksanakan pada hari Ngembak Geni, sehari setelah Hari Raya Nyepi, menyambut Tahun Baru Saka.
Seperti pada hari Ngembak Geni Tahun Saka 1945, Kamis (23/3). Krama maupun warga Munduk, kembali melakoni tradisi tahunan tersebut. Selain menjadi ajang menambah guyub warga, tradisi ‘Nyakan Diwang’ menarik dan menjadi pengalaman yang mengesankan bagi wisatawan yang menginap di Munduk.
Untuk menyaksikan tradisi Nyakan Diwang, wisatawan pun rela bangun pagi dini hari, saat hari masih gelap. Dan tentu saja, udara masih dingin. Hal itu karena persiapan Nyakan Diwang, sudah mulai lepas pukul 24.00 (00.00) Wita.
“Tradisi kami di sini di Desa Adat Munduk, Nyepi mulai pukul 00.00 wit, selama 24 jam. Baru berakhir pada pukul 00.00 wita hari berikutnya,” terang I Ketut Edi Astana, salah seorang prajuru Desa Adat Munduk, Selasa (28/3).
Untuk Nyepi Tahun Saka 1945 yang jatuh pada Rabu (22/3) lalu, pelaksanaan Berata Nyepi mulai pukul Rabu (22/3) pukul 00.00 wita, kemudian berakhir dengan Ngembak Geni, pada Kamis (23/3) pukul 00.00 wita.
Saat tradisi Nyakan Diwang dimulai warga ke luar depan pekarangan rumah, membawa peralatan memasak. Mulai dari tungku, kompor, perkakas dapur dan tentu saja bahan- bahan makanan yang akan dimasak. Karena itu pemandangan “Nyakan Diwang’ seperti menjadi dapur umum massal.
Setelah selesai, warga saling memberi dan dan menikmati menu atau masakan masing- masing. “Itu menambah keakraban kami di desa,” terang Edi Astana, yang juga Bendahara DPC Indonesia Home Stay Association (IHSA) Buleleng ini.
Selain nasi dan lauk pauknya, penganan lain yang tak kalah mengasyikan adalah jenis-jenis jajan tradisional. Diantaranya pisang goreng, laklak maupun yang lain. Minuman yang utama adalah kopi. “Kami di sini kan salah satu produsen kopi Bali, jenis Arabica dan Robusta,” ungkap Edi.
Pada Nyepi 22 Maret lalu ada puluhan wisatawan menginap tersebar di home -home stay milik warga. “Ya mereka bangun pagi-pagi, sekitar jam 02.00 wita sudah mulai berdatangan,” terang Edi Astana.
Di antaranya Ursula Cassidy Brown turis asal Kanada dan wisman lainnya. Ursula dan temannya beruntung bisa menyaksikan keunikan tradisi Nyakan Diwang. Walau untuk itu dia mesti bangun pada dini hari sekitar pukul 02.00 wita. Karena unik dan langka, wisatawan suka dan menikmati suasananya. Mereka juga dipersilakan menikmati menu hasil masakan warga.
“Jadi tak saja pemandangan alam dan daya tarik objek lain. Di Munduk, mereka bisa menyaksikan tradisi Nyakan Diwang yang masih lestari,” ucap Edi Astana.
Di Munduk ada beberapa daya tarik alam. Diantaranya air terjun Munduk, kawasan hutan Danau Tamblingan, pemandangan persawahan teras sering khas pegunungan di Bali utara. Juga aktivitas perkebunan kopi serta cengkeh. “Itulah diantara daya tarik desa Munduk,” terang Edi Astana tentang Munduk yang terdiri dari 4 banjar (Bulakan, Beji, Taman dan Tamblingan). Jumlah penduduk 6.985 jiwa dan total luas lahan 2.710 hektare. *K17.
Komentar