SD Negeri di Denpasar Tidak Syaratkan Tes Calistung
DENPASAR, NusaBali - Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) SD Kota Denpasar menyatakan praktik tes baca, tulis, dan hitung (calistung) tidak dilakukan dalam penerimaan siswa baru SD di Kota Denpasar.
Ketua K3S SD Kota Denpasar I Dewa Ketut Artana MPdH, menyebut dalam pengamatannya SD di Kota Denpasar, khususnya SD negeri, tidak ada yang menerapkan kebijakan tes calistung sebagai syarat penerimaan siswa baru.
“Tidak dipersyaratkan ada tes calistung, kalau pengamatan kami tidak ada yang melakukan itu,” ujar Dewa Artana, Jumat (31/3).
Diketahui, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada Selasa (28/3) telah meluncurkan Program Merdeka Belajar Episode ke-24 mengenai Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan. Mendikbudristek Nadiem Makarim meminta tidak ada lagi syarat tes calistung untuk masuk SD.
Di Kota Denpasar, saat ini total ada 238 SD yang terdiri dari 166 SD negeri dan 72 SD swasta. Dewa Artana menyebut tes calistung pada mulanya memang lebih sering ditemui pada sekolah swasta. Mereka biasanya memiliki target prestasi siswa yang disesuaikan dengan visi misi sekolah.
Sejalan dengan program merdeka belajar terbaru Kemendikbudristek, Dewa Artana menyatakan kemampuan calistung memang tidak sepantasnya jadi syarat anak bisa melanjutkan pendidikan dasarnya di tingkat SD. Jika pun ada anak yang kebetulan mampu menguasai calistung, tidak lantas menjadikan anak lainnya tertinggal kemampuannya.
Dewa Artana menjelaskan, secara teori perkembangan anak, masa-masa pra pendidikan dasar memang seharusnya diisi dengan hal-hal yang menyenangkan seperti bermain untuk mengenal lingkungannya.
Dia mengakui selama ini terjadi persepsi yang kurang tepat terutama di kalangan orangtua. Anak didorong untuk menguasai calistung agar tidak tertinggal ketika memasuki SD. Hal itu juga terkesan menjadi sebuah kebanggaan bagi setiap orangtua.
“Itu mungkin prestise bagi orangtua, padahal kalau dari sisi pendidikan bagaimana anak perlu mengikuti proses sehingga mereka lebih memahami apa yang dipelajari,” sebut Dewa Artana.
Persepsi orangtua tersebut diakui Dewa Artana juga akibat proses pembelajaran di kelas yang cenderung menekankan kemampuan calistung sejak awal memasuki SD.
“Faktanya begitu masuk SD sudah disodorkan pada materi-materi yang sudah secara bertahap mengenal huruf sampai terampil membaca. Orangtua itu ketakutan anaknya nanti ketinggalan. padahal pembelajaran itu sesungguhnya berproses,” kata Kepala Sekolah SDN 17 Dauh Puri ini.
Dewa Artana menyampaikan, bahwa dengan kurikulum merdeka saat ini, pembelajaran di kelas I SD akan lebih banyak menggunakan materi visual sehingga anak-anak tidak merasa terbebani dalam mengikuti pembelajaran. Pun materi calistung dibatasi pada tingkat tertentu, walaupun nanti bisa dikembangkan sesuai dengan kemampuan masing-masing anak. 7 cr78
Komentar