Kepala BNNP: Ada 34 Titik Rawan Narkoba di Bali
Denpasar dan Badung menjadi objek utama peredaran gelap narkoba di Bali karena menjadi pusat pariwisata.
DENPASAR, NusaBali
Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Bali, Brigjen Pol Nurhadi Yuwono mengungkapkan ada 34 kawasan waspada narkoba di Bali. Selain itu jenderal bintang satu di pundak ini juga mengatakan sangat sulit menekan prevalensi pengguna narkoba. Salah satu faktornya adalah banyaknya narkoba jenis baru beredar saat ini.
Dia menyebutkan setidaknya kini ada 83 narkoba jenis baru. Ada yang dikemas dalam bentuk permen, kue, dan lainnya sebagai kamuflase. Hal ini disampaikan oleh Brigjen Yuwono saat menjadi narasumber dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang digelar oleh Lembaga Anti Narkoba (LAN) Provinsi Bali melalui Walet Reaksi Cepat (WRC) yang digelar di The Grand Shanti Hotel, Jalan Patih Jelantik, Denpasar, Jumat (31/3) pagi.
Mantan Kepala BNNP Nusa Tenggara Timur ini mengungkapkan 34 kawasan waspada ini ditentukan menggunakan variabel indikator berdasarkan data pengungkapan yang sudah ada baik dari Polda bersama jajaran maupun BNNP Bali bersama jajaran.
Tantangan untuk menekan peredaran gelap narkoba kini semakin kompleks. Indonesia sebagai pangsa pasar peredaran gelap narkoba dan juga sebagai tempat transit narkoba dari luar negeri. Dikatakannya kejahatan narkoba adalah kejahatan lintas negara. Diproduksi di suatu negara dan diedarkan di negara lain.
"Dari 34 kawasan yang telah dipetakan itu kita lakukan kegiatan semacam sosialisasi Desa Bersinar, intervensi berbasis masyarakat (IBM), dan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Hal yang sama juga dilakukan oleh Polda Bali sesuai dengan program kerjanya," beber Brigjen Yuwono dalam diskusi dengan tema Selamatkam Generasi, Merawat Negeri, kemarin.
Sementara Kabag Binop Direktorat Reserse Narkoba Polda Bali AKBP Made Joni Antara Putra mengatakan Denpasar dan Badung menjadi objek utama peredaran gelap narkoba di Bali. Hal ini tak terlepas dari posisi kedua daerah itu menjadi pusat pariwisata Bali.
Perwira melati dua di pundak ini mengungkapkan masalah narkoba sangat sulit diberantas bila hanya mengandalkan aparat penegak hukum. Sebab penggunaannya mendunia, mudah didapatkan, dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Dirinya berharap ada partisipasi dari masyarakat umum untuk melakukan sosialisasi secara masif tentang bahaya narkoba, kepada anggota keluarga, tetangga, dan lingkup yang lebih luas.
"Narkoba cenderung meningkat karena dijadikan sebagai gaya hidup, jalan pintas penyelesaian masalah, dan lainnya. Setiap tahun kasus penyalahgunaan narkoba terus meningkat. Tak hanya melibatkan warga negara Indonesia, tetapi juga warga negara asing. WNA yang terlibat juga setiap tahun meningkat," pungkasnya. 7 pol
Komentar