Jelang Arus Mudik, Waspada Cuaca Ekstrem
Dalam masa pancaroba dari musim hujan ke musim kemarau ini, berpotensi terjadi cuaca ekstrem yang membahayakan penyeberangan di Selat Bali.
NEGARA, NusaBali
Jelang arus mudik Lebaran di awal bulan April tahun 2023, pihak Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan wilayah Bali masih memasuki masa peralihan musim atau pancaroba.
Koordinator Analisa dan Prakiraan Stasiun Klimatologi Bali, I Made Dwi Wiratmaja, Senin (3/4), mengatakan kencenderungan iklim dalam dasarian (10 hari) di wilayah Bali termasuk Kabupaten Jembrana, masih ada potensi adanya hujan.
Meski hanya berlangsung singkat, namun hujan di masa peralihan musim ini berpotensi dengan intensitas sedang hingga lebat. "Di masa peralihan ini, cuaca tiba-tiba berubah. Pagi sampai siang cenderung panas, sorenya bisa terjadi hujan, angin kencang, dan petir," ujarnya.
Dalam masa pancaroba ini, kata Dwi, juga perlu diwaspadai para nelayan dan seluruh pihak penyelenggara penyeberangan. Terlebih ketika melihat adanya pembentukan awan cumulonimbus (CB) atau semacam tumpukan awan bewarna hitam yang sangat berpotensi memicu hujan deras, angin kencang dan petir.
"Pembetukan awam CB bisa terjadi sewaktu-waktu. Biasanya tidak lama, tetapi risiko terjadinya hujan deras, angin kencang dan petir, bisa sangat berpotensi dari kemunculan awan CB itu," ucapnya.
Dwi mengaku, dari pihak BMKG juga setiap hari menyebarkan informasi peringatan dini ataupun prakiraan cuaca ke sejumlah pihak terkait. "Setiap hari ada, kita update tiap pagi. Ketika ada kejadian mengarah ke cuaca ekstrim, kita juga sampaikan. Apalagi di masa pancaroba ini, gelombang maupun kecepatan angin sangat fluktuatif. Beda kalau pas musim kemarau, bisanya lebih konstan," ujarnya.
Disinggung mengenai prakiraan musim kemarau tahun ini, kata Dwi, dimungkinan sudah akan terjadi mulai pertengahan April ini. Memasuki pertengahan bulan ini, diperkirakan potensi hujan diperkirakan akan semakin berkurang. "Kalau awal bulan ini, peluang terjadinya hujan masih tinggi. Kemungkinan mulai berkurang pertengahan di bulan April," ucap Dwi. *ode
Koordinator Analisa dan Prakiraan Stasiun Klimatologi Bali, I Made Dwi Wiratmaja, Senin (3/4), mengatakan kencenderungan iklim dalam dasarian (10 hari) di wilayah Bali termasuk Kabupaten Jembrana, masih ada potensi adanya hujan.
Meski hanya berlangsung singkat, namun hujan di masa peralihan musim ini berpotensi dengan intensitas sedang hingga lebat. "Di masa peralihan ini, cuaca tiba-tiba berubah. Pagi sampai siang cenderung panas, sorenya bisa terjadi hujan, angin kencang, dan petir," ujarnya.
Dalam masa pancaroba ini, kata Dwi, juga perlu diwaspadai para nelayan dan seluruh pihak penyelenggara penyeberangan. Terlebih ketika melihat adanya pembentukan awan cumulonimbus (CB) atau semacam tumpukan awan bewarna hitam yang sangat berpotensi memicu hujan deras, angin kencang dan petir.
"Pembetukan awam CB bisa terjadi sewaktu-waktu. Biasanya tidak lama, tetapi risiko terjadinya hujan deras, angin kencang dan petir, bisa sangat berpotensi dari kemunculan awan CB itu," ucapnya.
Dwi mengaku, dari pihak BMKG juga setiap hari menyebarkan informasi peringatan dini ataupun prakiraan cuaca ke sejumlah pihak terkait. "Setiap hari ada, kita update tiap pagi. Ketika ada kejadian mengarah ke cuaca ekstrim, kita juga sampaikan. Apalagi di masa pancaroba ini, gelombang maupun kecepatan angin sangat fluktuatif. Beda kalau pas musim kemarau, bisanya lebih konstan," ujarnya.
Disinggung mengenai prakiraan musim kemarau tahun ini, kata Dwi, dimungkinan sudah akan terjadi mulai pertengahan April ini. Memasuki pertengahan bulan ini, diperkirakan potensi hujan diperkirakan akan semakin berkurang. "Kalau awal bulan ini, peluang terjadinya hujan masih tinggi. Kemungkinan mulai berkurang pertengahan di bulan April," ucap Dwi. *ode
Komentar