Selama 10 Jam, Diawali Mapiuning
Penguburan Paus 18,2 Meter di Yehmalet
Daging ikan paus itu cukup tebal sehingga memerlukan waktu lama untuk menembus isi perut ikan mamalia tersebut.
AMLAPURA, NusaBali
Tim dari instansi terkait menguburkan ulam agung jenis ikan paus jenis sperma (physeter macrocephalus), panjang 18,2 meter, berat 15 ton. Penguburan menelan waktu sekitar 10 jam, diawali maturan piuning di sekitar pantai oleh tim. Penguburan ikan paus umur sekitar 70 tahun ini di Pantai Objek Wisata Yehmalet, Desa Antiga Kelod, Kecamatan Manggis, Karangasem, Kamis (6/4) pukul 08.00 -18.00 Wita.
Penguburan diawali nekropsi atau bedah bangkai untuk menelusuri gangguan atau kelainan pada organ dalam tubuh ikan secara keseluruhan. Tim nekropsi beranggotakan 13 orang dari Fakultas Kedokteran Hewan Unud, dan Universitas Airlangga, di bawah koordinasi Kepala BPSPL (Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut) Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Permana Yudiarso.
Hadir, Kepala Resor KSDA (Konservasi Sumber Daya Alam) Karangasem I Gusti Bagus Suteja, Kepala UPT (Unit Pelaksana Teknis) Kawasan Konservasi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali I Nengah Sudiarta, Camat Manggis I Putu Eddy Surya Artha, Perbekel Antiga Kelod I Ketut Mertha, dan masyarakat setempat.
Permana Yudiarso menerangkan nekropsi penting untuk mengetahui isi perut ikan paus yang menyebabkan kematian ikan. Selain itu, mengeluarkan benda-benda dalam perut yang sulit terurai di tanah. Sebelum nekropsi, petugas mengevakuasi ikan paus jenis sperma itu dari bibir pantai yang masih menyentuh air hingga ke darat dengan dua alat berat jenis eskavator.
Selanjutnya, tim membedah perut ikan paus dengan cara memotong dari samping. Mengingat bagian daging ikan paus itu cukup tebal sehingga memerlukan waktu lama untuk menembus isi perut ikan mamalia tersebut.
Permana Yudiarso menambahkan, setelah mengeluarkan isi perut ikan paus, petugas mengambil sampel sebagai bahan untuk pemeriksaan di laboratorium. "Apakah ikan paus itu mati karena sakit, cuaca di mana sempat terjadi badai psikotropis, atau karena gempa," katanya.
Ikan paus, lanjut Permana Yudiarso, hidup di laut dalam Samudera India secara bergerombol. Bisa saja penyebab kematian itu, karena terpisah dengan gerombolannya, kemudian terombang-ambing hingga kelelahan akhirnya terdampar. Paus sperma yang terdampar di Pantai Banjar Yehmalet, Desa Antiga Kelod, Kecamatan Manggis, Karangasem, Rabu (5/4) pukul 14.00 Wita. Saat warga menemukan paus sperma dalam keadaan telah mati.
Setelah seluruh rangkaian nekropsi tuntas, berlanjut menguburkan ikan paus dengan membuat lubang panjang 19 meter, lebar sekitar 5 meter dan kedalaman sekitar 8 meter.
Camat Manggis I Putu Eddy Surya Artha mengaku, sebelum melaksanakan nekropsi dan penguburan ikan paus, telah matur piuning di Pantai Objek Wisata Yehmalet. "Tujuannya agar semua rencana terlancarkan, tidak ada gangguan non teknis," jelasnya. *k16
Penguburan diawali nekropsi atau bedah bangkai untuk menelusuri gangguan atau kelainan pada organ dalam tubuh ikan secara keseluruhan. Tim nekropsi beranggotakan 13 orang dari Fakultas Kedokteran Hewan Unud, dan Universitas Airlangga, di bawah koordinasi Kepala BPSPL (Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut) Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Permana Yudiarso.
Hadir, Kepala Resor KSDA (Konservasi Sumber Daya Alam) Karangasem I Gusti Bagus Suteja, Kepala UPT (Unit Pelaksana Teknis) Kawasan Konservasi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali I Nengah Sudiarta, Camat Manggis I Putu Eddy Surya Artha, Perbekel Antiga Kelod I Ketut Mertha, dan masyarakat setempat.
Permana Yudiarso menerangkan nekropsi penting untuk mengetahui isi perut ikan paus yang menyebabkan kematian ikan. Selain itu, mengeluarkan benda-benda dalam perut yang sulit terurai di tanah. Sebelum nekropsi, petugas mengevakuasi ikan paus jenis sperma itu dari bibir pantai yang masih menyentuh air hingga ke darat dengan dua alat berat jenis eskavator.
Selanjutnya, tim membedah perut ikan paus dengan cara memotong dari samping. Mengingat bagian daging ikan paus itu cukup tebal sehingga memerlukan waktu lama untuk menembus isi perut ikan mamalia tersebut.
Permana Yudiarso menambahkan, setelah mengeluarkan isi perut ikan paus, petugas mengambil sampel sebagai bahan untuk pemeriksaan di laboratorium. "Apakah ikan paus itu mati karena sakit, cuaca di mana sempat terjadi badai psikotropis, atau karena gempa," katanya.
Ikan paus, lanjut Permana Yudiarso, hidup di laut dalam Samudera India secara bergerombol. Bisa saja penyebab kematian itu, karena terpisah dengan gerombolannya, kemudian terombang-ambing hingga kelelahan akhirnya terdampar. Paus sperma yang terdampar di Pantai Banjar Yehmalet, Desa Antiga Kelod, Kecamatan Manggis, Karangasem, Rabu (5/4) pukul 14.00 Wita. Saat warga menemukan paus sperma dalam keadaan telah mati.
Setelah seluruh rangkaian nekropsi tuntas, berlanjut menguburkan ikan paus dengan membuat lubang panjang 19 meter, lebar sekitar 5 meter dan kedalaman sekitar 8 meter.
Camat Manggis I Putu Eddy Surya Artha mengaku, sebelum melaksanakan nekropsi dan penguburan ikan paus, telah matur piuning di Pantai Objek Wisata Yehmalet. "Tujuannya agar semua rencana terlancarkan, tidak ada gangguan non teknis," jelasnya. *k16
Komentar