Keluarga Besar Winasa Hanya Bisa Pasrah
Kediaman Winasa tampak tanpa penghuni, kondisinya tidak terawat, rumput tumbuh liar, bangunan kusam, ditumbuhi jamur dan plafon banyak jebol.
Beruntun Dijerat Kasus, Keluarga Berharap Winasa Tak Berpolitik Lagi
NEGARA, NusaBali
Lepas dari satu kasus dijerat lagi dengan kasus lainnya. Itulah yang menimpa Mantan Bupati Jembrana (2000-2005, 2005-2010), Prof Drg I Gede Winasa,67. Tiga kali Winasa terjerat kasus, yakni korupsi kompos putusan kasasi MA memvonisnya selama 2 tahun 6 bulan. Lepas dari penjara pada Mei 2016, Winasa langsung ditahan dalam kasus korupsi program beasiswa Stikes dan Stitna Jembrana dan divonis 3,5 tahun. Baru jalani hukuman, Winasa kembali divonis 4 tahun penjara dalam kasus SPPD fiktif pada, Jumat (9/6) kemarin.
Deraan kasus ini tentu saja membuat keluarga besarnya prihatin. NusaBali yang menyambangi kediaman Winasa di Lingkungan Baler Bale Agung, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Jumat (9/6) mendapati suasana prihatin itu. Keluarga pun berharap, Winasa segera kembali dapat berkumpul bersama keluarga besarnya.
“Kami berharap dia segera pulang, tapi kami sekarang hanya bisa pasrah,” ujar Ketut Suliani,55, sepupu sekaligus mangku istri di merajan keluarga besar Winasa. Saat disambangi kediaman Winasa yang berada di ujung paling depan areal pekarangan tempat merajan keluarga Bhujangga Wasinawa itu, tampak tanpa penghuni. Kondisi seputaran rumah Winasa ini tampak tidak terawat. Rerumputan tumbuh menjulang tinggi. Rumah bertingkat tersebut juga terlihat kusam, ditumbuhi jamur, dan di beberapa titik plafon telah jebol.
Ketika masuk ke belakang rumah, barulah terlihat beberapa saudara sepupu Winasa, salah satunya Ketut Suliani yang dikenal paling dekat dengan Winasa. “Di sini semua memang keluarga besar, tetapi masih hubungan sepupu dengan Pak Winasa. Karena Pak Winasa tidak punya keluarga kandung, dan di rumahnya sekarang tidak ada siapa-siapa,” kata Suliani.
Menurutnya, rumah Winasa yang tampak tidak terawat itu jarang dihuni sejak Winasa mulai dijebloskan ke Rutan Negara, beberapa tahun lalu. Hanya ada seorang cucu sepupu Winasa bernama Luh Eka,22, yang sering bersih-bersih. Kemarin Luh Eka kebetulan sedang keluar.
“Kalau anak-anak Pak Winasa tidak ada tinggal di sini. Semua di luar Bali. Paling hanya si Pat (I Gede Ngurah Patriana Krisna) yang sesekali pulang ketika ada liburan pas hari Raya Kuningan, dan kadang saat odalan di merajan, pas kebetulan ada libur. Karena si Pat juga jadi PNS di Kediri (Jawa Timur), dan tinggal sama keluarga di sana,” kata Suliani.
Diceritakan Suliani, Winasa memiliki empat orang anak, dua lelaki, yakni Patria Krisna dan Kadek Danendra Pramarta Krisna yang tinggal bersama mantan istri Winasa, Ratna Lestari (mantan Bupati Banyuwangi), di Banyuwangi, Jawa Timur. Sedangkan dua anak perempuan Winasa, yakni Ni Komang Ayu Marina Krisna sudah berkeluarga, dan Ni Ketut Ayu Dena Wintari Krisna masih menempuh pendidikan di Australia. “Kecuali nanti Pak Winasa keluar, pasti dia tinggal di sini. Karena rumah yang di Panjer (Denpasar) juga sudah dijual,” sambungnya.
Terkait kasus yang terus menerus mendera Winasa, Suliani dan keluarga besar hanya bisa pasrah. “Mudah-mudahan tidak ditambah lagi hukumannya. Setiap kali sembahyang, saya selalu mohon itu. Pak Winasa sudah saya anggap sebagai orangtua. Karena setiap ada masalah keluarga, pasti dia yang menangani. Makanya, setiap melihat dia di penjara, pasti saya nangis. Pokoknya sakit rasanya,” kata Suliani.
Diantara keluarga sepupu Winasa, Suliani mengaku paling sering menyambangi Winasa di Rutan Negara. Begitu juga suaminya, Mangku Made Wijana, 56. Terakhir dia menjenguk Winasa sekitar 3 minggu lalu. Setiap kali menjenguk, Suliani biasa membawakan makanan kesukaan Winasa, seperti buah-buahan, khususnya rujak kuud (kelapa muda) dan rujak mangga. “Selama ini sih sehat, tapi terakhir dengar sakit jantungnya kambuh sampai harus dicek up ke Rumah Sakit Tabanan, dengar kabar dari beberapa saudara” tuturnya.
Saat ditanya kapan akan keluar penjara, menurut Suliani, Winasa mengatakan agar sabar menunggu. “Kami sangat prihatin. Apalagi katanya kasusnya ini akibat pengaruh politik. Makanya kami berharap selepas dari penjara agar Pak Winasa tak berpolitik lagi,” imbuh Suliani. *ode
NEGARA, NusaBali
Lepas dari satu kasus dijerat lagi dengan kasus lainnya. Itulah yang menimpa Mantan Bupati Jembrana (2000-2005, 2005-2010), Prof Drg I Gede Winasa,67. Tiga kali Winasa terjerat kasus, yakni korupsi kompos putusan kasasi MA memvonisnya selama 2 tahun 6 bulan. Lepas dari penjara pada Mei 2016, Winasa langsung ditahan dalam kasus korupsi program beasiswa Stikes dan Stitna Jembrana dan divonis 3,5 tahun. Baru jalani hukuman, Winasa kembali divonis 4 tahun penjara dalam kasus SPPD fiktif pada, Jumat (9/6) kemarin.
Deraan kasus ini tentu saja membuat keluarga besarnya prihatin. NusaBali yang menyambangi kediaman Winasa di Lingkungan Baler Bale Agung, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Jumat (9/6) mendapati suasana prihatin itu. Keluarga pun berharap, Winasa segera kembali dapat berkumpul bersama keluarga besarnya.
“Kami berharap dia segera pulang, tapi kami sekarang hanya bisa pasrah,” ujar Ketut Suliani,55, sepupu sekaligus mangku istri di merajan keluarga besar Winasa. Saat disambangi kediaman Winasa yang berada di ujung paling depan areal pekarangan tempat merajan keluarga Bhujangga Wasinawa itu, tampak tanpa penghuni. Kondisi seputaran rumah Winasa ini tampak tidak terawat. Rerumputan tumbuh menjulang tinggi. Rumah bertingkat tersebut juga terlihat kusam, ditumbuhi jamur, dan di beberapa titik plafon telah jebol.
Ketika masuk ke belakang rumah, barulah terlihat beberapa saudara sepupu Winasa, salah satunya Ketut Suliani yang dikenal paling dekat dengan Winasa. “Di sini semua memang keluarga besar, tetapi masih hubungan sepupu dengan Pak Winasa. Karena Pak Winasa tidak punya keluarga kandung, dan di rumahnya sekarang tidak ada siapa-siapa,” kata Suliani.
Menurutnya, rumah Winasa yang tampak tidak terawat itu jarang dihuni sejak Winasa mulai dijebloskan ke Rutan Negara, beberapa tahun lalu. Hanya ada seorang cucu sepupu Winasa bernama Luh Eka,22, yang sering bersih-bersih. Kemarin Luh Eka kebetulan sedang keluar.
“Kalau anak-anak Pak Winasa tidak ada tinggal di sini. Semua di luar Bali. Paling hanya si Pat (I Gede Ngurah Patriana Krisna) yang sesekali pulang ketika ada liburan pas hari Raya Kuningan, dan kadang saat odalan di merajan, pas kebetulan ada libur. Karena si Pat juga jadi PNS di Kediri (Jawa Timur), dan tinggal sama keluarga di sana,” kata Suliani.
Diceritakan Suliani, Winasa memiliki empat orang anak, dua lelaki, yakni Patria Krisna dan Kadek Danendra Pramarta Krisna yang tinggal bersama mantan istri Winasa, Ratna Lestari (mantan Bupati Banyuwangi), di Banyuwangi, Jawa Timur. Sedangkan dua anak perempuan Winasa, yakni Ni Komang Ayu Marina Krisna sudah berkeluarga, dan Ni Ketut Ayu Dena Wintari Krisna masih menempuh pendidikan di Australia. “Kecuali nanti Pak Winasa keluar, pasti dia tinggal di sini. Karena rumah yang di Panjer (Denpasar) juga sudah dijual,” sambungnya.
Terkait kasus yang terus menerus mendera Winasa, Suliani dan keluarga besar hanya bisa pasrah. “Mudah-mudahan tidak ditambah lagi hukumannya. Setiap kali sembahyang, saya selalu mohon itu. Pak Winasa sudah saya anggap sebagai orangtua. Karena setiap ada masalah keluarga, pasti dia yang menangani. Makanya, setiap melihat dia di penjara, pasti saya nangis. Pokoknya sakit rasanya,” kata Suliani.
Diantara keluarga sepupu Winasa, Suliani mengaku paling sering menyambangi Winasa di Rutan Negara. Begitu juga suaminya, Mangku Made Wijana, 56. Terakhir dia menjenguk Winasa sekitar 3 minggu lalu. Setiap kali menjenguk, Suliani biasa membawakan makanan kesukaan Winasa, seperti buah-buahan, khususnya rujak kuud (kelapa muda) dan rujak mangga. “Selama ini sih sehat, tapi terakhir dengar sakit jantungnya kambuh sampai harus dicek up ke Rumah Sakit Tabanan, dengar kabar dari beberapa saudara” tuturnya.
Saat ditanya kapan akan keluar penjara, menurut Suliani, Winasa mengatakan agar sabar menunggu. “Kami sangat prihatin. Apalagi katanya kasusnya ini akibat pengaruh politik. Makanya kami berharap selepas dari penjara agar Pak Winasa tak berpolitik lagi,” imbuh Suliani. *ode
Komentar