Kulit Bersisik, Takut Diejek Jika Bersekolah
Gadis Kintamani Mengidap Kelainan Genetik
BANGLI, NusaBali
Putu Malini,23, mengidap kelainan genetik yakni kulit sekujur tubuh seperti bersisik dan mengelupas.
Karena kondisi ekonomi keluarga yang terbatas, proses pengeboatannya pun tidak optimal. Warga Banjar Desa, Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Bangli ini pun tidak pernah mengenyam pendidikan.
Orang tua Putu Malini, I Gede Yasa,43, - Ni Luh Sari,43, menuturkan pada masa kehamilan tidak ada yang aneh. Hanya saja, saat Luh Sari melahirkan sempat mengalami sempat mengalami pecah ketuban. Namun dirinya tidak sakit. Selama seminggu hal tersebut didiamkan. "Saat itu kehamilan pertama, saya belum tahu apa-apa. Karena tidak ada rasa sakit, jadi saya diamkan," ungkap Luh Sari, Rabu (12/4).
Karena sudah waktu harus lahir, namun tidak ada rasa sakit dalam perut, maka dia berobat ke rumah sakit. Operasi Caesar pun diambil dokter karena air ketuban mengering.
Saat baru lahir, bayi Putu Malini kondisi terbilang sehat, namun dengan kulit mengering dan terlihat pecah pecah. Selain itu, dalam kurun waktu enam bulan bayinya terus menangis. "Siang malam anak saya menangis. Saya tidak bisa berbuat banyak," ujarnya.
Atas kondisi anaknya, pasangan suami istri (pasutri) yang keseharian sebagai buruh tani ini berupaya mengobati sang anak. Ketika diperiksakan, tim medis mengatakan Putu Malini mengidap kelainan genetik. "Sekitar 10 tahun terakhir sudah tidak ke dokter/rumah sakit," sambung Gede Yasa.
Gede Yasa mengaku mendapat obat dari temannya yang kondisi anaknya juga seperti Putu Malini. Kata dia, selama ini Putu Malini tidak pernah sekolah. Selain kondisi kulit tidak normal, Putu Malini juga tidak bisa normal dalam berjalan. Orang tua takut jika anaknya sekolah justru akan mendapat ejekan. "Anak saya sekarang sedikit demi sedikit sudah bisa membaca dan itu diajarkan oleh adik-adiknya," ujarnya.
Gede Yasa menyebutkan jika ada petugas yang datang mengecek kondisi anaknya. Rencana beberapa hari lagi akan dibawa ke RSUP Prof dr IGNG Ngoerah di Denpasar. Pasutri yang memiliki 6 anak ini berharap anak sulung bisa mendapatkan penangan lebih lanjut.*esa
1
Komentar