Demi Seni, Istirahatkan Voli
Ni Nyoman Restu Yuniarti, warga Desa Pakraman Dukuh Penaban, Kecamatan Karangasem, Karangasem, kelahiran 8 Juni 1983.
Ni Nyoman Restu Yuniarti
Kecintaaannya pada seni budaya Bali terbilang total. Ia punya hobi menari sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) 3 Ulakan, Kecamatan Manggis, Karangasem (1998-2004), sering pentas di acara internal sekolah, ngayah di pura, dan acara-acara adat lainnya.
Ditemui di sela-sela latihan menabuh gambalen di Pura Jagatnatha Amlapura, Kamis (1/6), Restu—demikian perempuan ini disapa rekannya, ingin memadukan penjiwaan terhadap seni tari yang dikuasainya dengan seni tabuh. Kesempatan sebagai penabuh baru dirasakan tahun 2011. Ia bergabung pada dua sekaa gong, Sekaa Gong Dharma Wanita Karangasem, dan Sekaa Gong Wanita Sunari Gading IWAPI Karangasem.
Khusus di Sekaa Gong Wanita Sunari Gading IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Karangasem, ia langsung dipercaya sebagai kelian (ketua) sekka. Di sekaa gong ini, ibu empat anak tersebut, tidaklah mengeluarkan peraturan ketat, dengan harapan agar disiplin berlatih. Semua anggota diberikan kelonggaran. Bagi yang berkesempatan hadir agar datang latihan, jika berhalangan, dimaklumi.
Kebijakan itu malah menjadikan sekaa gong yang dipimpinnya tetap eksis, semakin dikenal di Kecamatan Karangasem. Sebab misi sekaa ini selain untuk melestarikan seni, juga menjaga persatuan dan kesatuan antar anggota sekaa. Tujuan lain, ngayah di setiap Karya Mamungkah lan Nubung Daging. Seperti pernah dilakukan pada Karya Mamungkah lan Nubung Daging di Pura Dalem, Desa Pakraman Karangasem dan di Pura Penataran Agung Puncak Gunung Kembar di Banjar Adat Kenusut, Desa Pakraman Jumenang, Kecamatan Karangasem.
Ketekunan berlatih dan sikap displin pada diri menjadikan dirinya dipercaya ambil bagian untuk persiapan pentas di PKB (Pusat Kesenian Bali) tahun 2015, mewakili Karangasem. Saat itu, ia bergabung dengan Sekaa Gong Wanita Kanyaka Canti, Desa Datah, Kecamatan Abang, Karangasem.
Kini ia tengah mematangkan diri untuk persiapan pentas di PKB Bali 2017, puncaknya Jumat, 30 Juni 2017, di Art Center, Denpasar. Untuk pentas ini, sekaa gong yang dipimpinnya dipercaya mewakili Karangasem sehingga secara psikologis menanggung beban agar tampil optimal. ‘’Itulah sebabnya terus mengintensifkan latihan, agar tampil lebih percaya diri,’’ jelas Restu.
Tugasnya tentu tak enteng. Selain berupaya tampil tanpa hambatan, Restu juga harus mengkoordinir 40 anggota sekaa yang dipimpinnya agar kompak, dan bersemangat.
Ia juga berharap ada dukungan secara niskala sehingga sekaanya memilih latihan setiap hari di Pura Jagatnatha, Amlapura. Sebelum berlatih, semua anggota sekaa wajib melakukan persembahyangan bersama. Harapannya, agar dianugerahi tuntunan ke jalan yang baik dan benar serta tampil lebih percaya diri.
"Banyak sisi positif saya dapatkan masekaa gong. Tantangannya, antara lain, bagaimana mempersatukan semangat seluruh anggota sekaa, memotivasi anggota, dan mengkombinasikan antara kemampuan antara satu dengan yang lain baik dalam hal menari dan menabuh," jelas atlet voli Klub RBC (Remaja Bayangkari Club) Amlapura ini.
Istri karateka I Nengah Sudana Wirawan ini mengakui, ia menikmati seni tari dan seni tabuh. Karena hal itu tak sulit saat dilakoninya sejak pertama kali. Sebab, semuanya dijalani dengan perasaan senang. Sebab seni itu mesti dijiwai dengan perasaan yang halus. Jika seni tari, mesti gerak tubuh seirama antara tangan, kaki dan sledet (lirik mata) dengan tabuh. Sedangkan seni tabuh mesti dimainkan secara kompak, sesuai pakem.
Ia bertugas sebagai penabuh di posisi ugal, tampil paling depan hingga bertindak sebagai komando, dan membangkitkan semangat semua anggota sekaa.
Karena kesibukannya berlatih menabuh gong, maka aktivitasnya sebagai pemain voli belakangan mulai diistirahatkan. Padahal jauh sebelum bergabung di sekaa gong IWAPI ini, ia tercatat sebagai pemain voli putri mewakili Karangasem di Porprov Karangasem 2001, Porprov Badung tahun 2005, Porprov Jembrana tahun 2007. *nan
1
Komentar