Arwahnya Diyakini Gentayangan, Sering Ganggu Krama Setempat
Mayat Mrs X Diikutkan dalam Ngaben Massal di Desa Tegal Mengkeb, Tabanan
Di kawasan TKP penemuan mayat Mrs X itu sejumlah warga kerap melihat ada seorang perempuan yang menghadang, parahnya ada yang sampai kecelakaan.
TABANAN, NusaBali
Desa Tegal Mengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan melaksanakan upacara ngaben dan metatah massal secara gratis. Namun ada yang menarik dalam pelaksanaan ngaben massal ini, dari 49 sawa (jenazah) yang akan diupacarai, satu di antaranya mayat Mrs X yang ditemukan dalam kardus di tegalan warga Banjar Megati Kelod, Desa Megati, Kecamatan Selemadeg Timur pada Juli 2019 lalu.
Bukan tanpa alasan krama Tegal Mengkeb melakukan upacara kepada Mrs X itu, karena sejak ditemukannya mayat tanpa identitas itu, kawasan menjadi tenget (angker). Hingga warga Desa Tegal Mengkeb, Desa Tangguntiti dan Desa Megati takut melintas di kawasan tersebut terutama malam hari apalagi di kawasan tersebut ada dua setra (kuburan).
Selain itu di kawasan TKP penemuan mayat Mrs X itu sejumlah warga kerap melihat ada seorang perempuan yang menghadang. Bahkan parahnya lagi krama Desa Tangguntiti sempat kecelakaan hingga patah kaki karena melihat ada seorang perempuan yang menghadang.
Perbekel Tegal Mengkeb, Dewa Made Widarma menegaskan Mrs X ikut dilakukan upacara sesuai dengan rembug seluruh pemangku kebijakan mulai dari bendesa, camat dan pamangku. "Tujuannya kita lakukan upacara ngaben ngelanus (langsung ngelinggihang) supaya Mrs X ini tenang dan tidak mengganggu warga di Kecamatan Selemadeg Timur," ujarnya, Minggu (16/4).
Dia menjelaskan sejujurnya sejak kejadian mayat ditemukan dalam kardus tersebut pada tahun 2019 lalu, kawasan menjadi tenget. Sebab anak-anak khususnya Desa Tegal Mengkeb tak berani melintas sendiri saat pulang kerja. Bahkan sering minta dijemput karena saking takutnya lewat sendiri. "Jadi ketika mereka pulang kerja harus nunggu dulu supaya ada kendaraan yang lewat. Kalau tidak ada pasti minta dijemput," jelas Dewa Widarma. Dia berharap dengan telah diupacarainya mayat Mrs X itu, lokasi TKP menjadi tenang.
"Jadi percaya atau tidak percaya, apapun suku dan kewarganegaraan Mrs X itu akan kami bersihkan secara Agama Hindu, astungkara terjadi keseimbangan sekala niskala dan tidak lagi menganggu warga Selemadeg Timur," kata Perbekel Dewa Widarma. Nantinya ketika proses Ngaben Ngelanus ini selesai khusus Mrs X tidak dilinggihkan di Bhatara Hyang Guru, melainkan akan dirarung (dikembalikan) ke pantai. "Tidak dilinggihkan, melainkan kami kembalikan ke laut," tegasnya. Sementara itu Ngaben dan Metatah Massal yang dilakukan Desa Tegal Mengkeb sudah kedua kalinya digelar. Kegiatan serupa dilakukan di tahun 2018. Untuk di tahun 2023 ini krama yang ikut ngaben dan metatah massal gratis sebab biaya seluruhnya didapat dari bantuan pemerintah dan sponsor dengan total sekitar Rp 300 juta.
"Kegiatan ini rutin 5 tahun sekali, kami di desa membuat upacara Ngaben dan Metatah Massal untuk membantu krama. Karena sekarang gratis, jadi uang yang sudah disiapkan oleh masing-masing krama bisa dialihkan ke kegiatan lain seperti untuk pendidikan anak-anak," tegasnya. Dia menambahkan rangkaian Ngaben Massal ini dimulai dengan proses ngulapin.
Kemudian dilanjutkan dengan proses ngeringkes, ngaskara dan mengambil tirta penembak. Kemudian Senin (17/4) baru dilakukan prosesi Ngaben hingga nganyut ke pantai. Selain adanya proses ngaben dan metatah massal, rangkaian upacara ini juga dilakukan dengan upacara ngelungah diikuti 38 orang, dan upacara mesambutan 5 orang. "Yang ikut upacara ini adalah seluruh desa adat di Tegal Mengkeb yang terdiri dari 5 Desa Adat, 9 Banjar Adat dan 9 Banjar Dinas," tandas Made Widarma.
Sebagai gambaran Mrs X yang ditemukan dalam kardus itu sampai saat ini belum diketahui identitasnya. Mayat yang ditemukan ini kondisinya mengering namun masih menimbulkan bau busuk. Diduga adanya penyuntikan formalin karena mayat tak dikerumuni belatung. Saat itu mayat Mrs X ini ditemukan pertama kali oleh warga bernama Nyoman Sudiastawa saat hendak menyabit karena mencium bau busuk. Sudiastawa sempat mengorek dengan kayu kardus yang menjadi sumber bau busuk itu. Betapa terkejutnya dia melihat tulang lutut manusia. Temuan tersebut kemudian dilaporkan ke polisi. Lalu mayat langsung dibawa ke RSUP Sanglah, Denpasar untuk diotopsi guna penyelidikan lebih lanjut. *des
Bukan tanpa alasan krama Tegal Mengkeb melakukan upacara kepada Mrs X itu, karena sejak ditemukannya mayat tanpa identitas itu, kawasan menjadi tenget (angker). Hingga warga Desa Tegal Mengkeb, Desa Tangguntiti dan Desa Megati takut melintas di kawasan tersebut terutama malam hari apalagi di kawasan tersebut ada dua setra (kuburan).
Selain itu di kawasan TKP penemuan mayat Mrs X itu sejumlah warga kerap melihat ada seorang perempuan yang menghadang. Bahkan parahnya lagi krama Desa Tangguntiti sempat kecelakaan hingga patah kaki karena melihat ada seorang perempuan yang menghadang.
Perbekel Tegal Mengkeb, Dewa Made Widarma menegaskan Mrs X ikut dilakukan upacara sesuai dengan rembug seluruh pemangku kebijakan mulai dari bendesa, camat dan pamangku. "Tujuannya kita lakukan upacara ngaben ngelanus (langsung ngelinggihang) supaya Mrs X ini tenang dan tidak mengganggu warga di Kecamatan Selemadeg Timur," ujarnya, Minggu (16/4).
Dia menjelaskan sejujurnya sejak kejadian mayat ditemukan dalam kardus tersebut pada tahun 2019 lalu, kawasan menjadi tenget. Sebab anak-anak khususnya Desa Tegal Mengkeb tak berani melintas sendiri saat pulang kerja. Bahkan sering minta dijemput karena saking takutnya lewat sendiri. "Jadi ketika mereka pulang kerja harus nunggu dulu supaya ada kendaraan yang lewat. Kalau tidak ada pasti minta dijemput," jelas Dewa Widarma. Dia berharap dengan telah diupacarainya mayat Mrs X itu, lokasi TKP menjadi tenang.
"Jadi percaya atau tidak percaya, apapun suku dan kewarganegaraan Mrs X itu akan kami bersihkan secara Agama Hindu, astungkara terjadi keseimbangan sekala niskala dan tidak lagi menganggu warga Selemadeg Timur," kata Perbekel Dewa Widarma. Nantinya ketika proses Ngaben Ngelanus ini selesai khusus Mrs X tidak dilinggihkan di Bhatara Hyang Guru, melainkan akan dirarung (dikembalikan) ke pantai. "Tidak dilinggihkan, melainkan kami kembalikan ke laut," tegasnya. Sementara itu Ngaben dan Metatah Massal yang dilakukan Desa Tegal Mengkeb sudah kedua kalinya digelar. Kegiatan serupa dilakukan di tahun 2018. Untuk di tahun 2023 ini krama yang ikut ngaben dan metatah massal gratis sebab biaya seluruhnya didapat dari bantuan pemerintah dan sponsor dengan total sekitar Rp 300 juta.
"Kegiatan ini rutin 5 tahun sekali, kami di desa membuat upacara Ngaben dan Metatah Massal untuk membantu krama. Karena sekarang gratis, jadi uang yang sudah disiapkan oleh masing-masing krama bisa dialihkan ke kegiatan lain seperti untuk pendidikan anak-anak," tegasnya. Dia menambahkan rangkaian Ngaben Massal ini dimulai dengan proses ngulapin.
Kemudian dilanjutkan dengan proses ngeringkes, ngaskara dan mengambil tirta penembak. Kemudian Senin (17/4) baru dilakukan prosesi Ngaben hingga nganyut ke pantai. Selain adanya proses ngaben dan metatah massal, rangkaian upacara ini juga dilakukan dengan upacara ngelungah diikuti 38 orang, dan upacara mesambutan 5 orang. "Yang ikut upacara ini adalah seluruh desa adat di Tegal Mengkeb yang terdiri dari 5 Desa Adat, 9 Banjar Adat dan 9 Banjar Dinas," tandas Made Widarma.
Sebagai gambaran Mrs X yang ditemukan dalam kardus itu sampai saat ini belum diketahui identitasnya. Mayat yang ditemukan ini kondisinya mengering namun masih menimbulkan bau busuk. Diduga adanya penyuntikan formalin karena mayat tak dikerumuni belatung. Saat itu mayat Mrs X ini ditemukan pertama kali oleh warga bernama Nyoman Sudiastawa saat hendak menyabit karena mencium bau busuk. Sudiastawa sempat mengorek dengan kayu kardus yang menjadi sumber bau busuk itu. Betapa terkejutnya dia melihat tulang lutut manusia. Temuan tersebut kemudian dilaporkan ke polisi. Lalu mayat langsung dibawa ke RSUP Sanglah, Denpasar untuk diotopsi guna penyelidikan lebih lanjut. *des
Komentar