1.467 Warga di Klungkung Disabilitas
Tahun 2017, penyandang disabilitas di Kabupaten Klungkung 1.467 orang.
SEMARAPURA, NusaBali
Agar tidak membebani keluarga mereka dan masyarakat sekitar, mereka dibekali pelatihan keterampilan oleh Dinas Sosial setempat.
Namun beberapa di antara mereka masih malu untuk mengikuti pelatihan. Kasi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Jaminan Sosial Klungkung, Luh Gede Mariati mengatakan, pada 2017 pihaknya telah mensurvei penyandang disabilitas di Klungkung. Hasilnya 15 orang lolos survei tersebut, namun setelah dilakukan pendekatan hanya 10 orang saja yang mau ikut pelatihan berupa membuat anyaman bambu.
“Mereka merasa malu dengan kondisi fisik yang dimiliki, makanya tidak mau mengikuti pelatihan, memang ada juga yang bersedia,” ujarnya kepada NusaBali, Minggu (11/6). Kata dia, untuk membantu penyandang disabilitas memperoleh penghasilan, pemerintah berhak untuk membantu dalam memfasilitasinya dengan membekali keterampilan.
Karena jumlah anggaran terbatas, maka pelatihan ini dilakukan secara bertahap setiap tahun. Tahun ini latihan tersebut dipusatkan di Kantor Dinas Sosial Klungkung selama 15 hari sejak 15-30 Mei 2017 dari pukul 08.00-14.00 Wita. “Peserta pelatihan ini, kami antar jemput,” ujarnya.
Setelah mereka selesai pelatihan, pihaknya juga telah mengajukan beberapa penyandang disabilitas untuk mendapat bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dari Kementerian Sosial RI. Namun pihaknya belum bisa membantu untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkan para penyandang disabilitas karena bebera faktor. Di antaranya, produk yang dihasilkan tidak terus-menerus, sehingga menyulitkan pemasaran. “Tapi yang sudah bisa menyediakan produk secara rutin, sudah bisa secara mandiri memasarkan produknya,” katanya.
Sementara itu, salah seorang peserta pelatihan, Kadek Ariawan,40, asal Banjar Griya, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan, mengaku sangat senang mengikuti pelatihan tersebut. Menurutnya, jika pun tidak laku terjual, setidaknya hasil keterampilan yang dia buat bisa digunakan untuk di rumahnya sendiri. “Saya berharap pelatihan seperti ini terus diadakan karena sangat berguna untuk penyandang disabilitas. Saya sangat bersyukur sekali,” tandasnya. Ia tidak bisa berjalan normal akibat polio yang menyerangnya sejak umur 1,5 tahun itu.
Penyandang disabilitas yang diberikan palatihan adalah yang masih produktif dan organ tubuhnya masih bisa difungsikan untuk berkarya. Salah satunya penyandang disabilitas karena folio, tuli-bisu dan lainnya. *wa
Agar tidak membebani keluarga mereka dan masyarakat sekitar, mereka dibekali pelatihan keterampilan oleh Dinas Sosial setempat.
Namun beberapa di antara mereka masih malu untuk mengikuti pelatihan. Kasi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Jaminan Sosial Klungkung, Luh Gede Mariati mengatakan, pada 2017 pihaknya telah mensurvei penyandang disabilitas di Klungkung. Hasilnya 15 orang lolos survei tersebut, namun setelah dilakukan pendekatan hanya 10 orang saja yang mau ikut pelatihan berupa membuat anyaman bambu.
“Mereka merasa malu dengan kondisi fisik yang dimiliki, makanya tidak mau mengikuti pelatihan, memang ada juga yang bersedia,” ujarnya kepada NusaBali, Minggu (11/6). Kata dia, untuk membantu penyandang disabilitas memperoleh penghasilan, pemerintah berhak untuk membantu dalam memfasilitasinya dengan membekali keterampilan.
Karena jumlah anggaran terbatas, maka pelatihan ini dilakukan secara bertahap setiap tahun. Tahun ini latihan tersebut dipusatkan di Kantor Dinas Sosial Klungkung selama 15 hari sejak 15-30 Mei 2017 dari pukul 08.00-14.00 Wita. “Peserta pelatihan ini, kami antar jemput,” ujarnya.
Setelah mereka selesai pelatihan, pihaknya juga telah mengajukan beberapa penyandang disabilitas untuk mendapat bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dari Kementerian Sosial RI. Namun pihaknya belum bisa membantu untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkan para penyandang disabilitas karena bebera faktor. Di antaranya, produk yang dihasilkan tidak terus-menerus, sehingga menyulitkan pemasaran. “Tapi yang sudah bisa menyediakan produk secara rutin, sudah bisa secara mandiri memasarkan produknya,” katanya.
Sementara itu, salah seorang peserta pelatihan, Kadek Ariawan,40, asal Banjar Griya, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan, mengaku sangat senang mengikuti pelatihan tersebut. Menurutnya, jika pun tidak laku terjual, setidaknya hasil keterampilan yang dia buat bisa digunakan untuk di rumahnya sendiri. “Saya berharap pelatihan seperti ini terus diadakan karena sangat berguna untuk penyandang disabilitas. Saya sangat bersyukur sekali,” tandasnya. Ia tidak bisa berjalan normal akibat polio yang menyerangnya sejak umur 1,5 tahun itu.
Penyandang disabilitas yang diberikan palatihan adalah yang masih produktif dan organ tubuhnya masih bisa difungsikan untuk berkarya. Salah satunya penyandang disabilitas karena folio, tuli-bisu dan lainnya. *wa
1
Komentar