Jadi Spesialis Pembuat Lencana Puri Sejebag Bali
Selain menjadi langganan puri-puri se-Bali, pasutri AA Anom Pujastawa dan AA ketut Purnamawati juga kerap dapat order dari Keraton Surakarta untuk membuatkan lencana khusus
AA Anom Pujastawa-AA Purnamawati, Pasutri Perajin Asal Desa Petak
GIANYAR, NusaBali
Pasangan Anak Agung Anom Pujastawa, 44, dan Anak Agung Ketut Purnamawati, 37, termasuk salah satu pasutri di Bali yang memiliki profesi langka. Pasutri asal Banjar Benawah, Deswa Petak, Kecamatan Gianyar inilah satu-satunya perajin spesialis pembuat desain lencana puri di Bali.
Sebuah Lencana melambangkan identitas keanggotaan seseorang dalam suatu perkumpulan. Bentuk lencana beragam, bisa berupa medali, pin, atau aksesoris kecil yang biasa dikaitkan di bagian dada. Khusus lencana puri, haruslah menunjukkan identitas puri. Dan, tidak sembarang perajin mendapatkan kepercayaan sebagai pembuat lencana puri.
Nah, pasutri AA Anom Pujastawa-AA Ketut Purnamawati cukup beruntung, karena mereka mendapat kepercayaan untuk membuat lencana bagi puri-puri se-Bali. Mereka menjadi langganan tetap puri-puri di Bali untuk mendisain sekaligus membuat lencana khusus.
Untuk semua itu, mereka harus melalui proses yang panjang. Pertama kali, AA Anom Pujastawa mendapat pesanan untuk membuat lencana puri sekitar tahun 2000. “Ya, saya memulai usaha ini sejak tahun 2000. Awalnya, saya membuatkan lencana untuk Puri Singaraja, Buleleng,” jelas Anom Pujastawa saat ditemui NusaBali di rumah produksinya, Wim Studio Jewelery Model Batubulan, Jalan Batu Intan Batubulan, beberapa hari lalu.
Di rumah produksinya, Wim Wim Studio Jewelery Model Batubulan, Anom Pujastawa pertama kali merancang lencana Puri Singaraja yang akan dipersembahkan kepada tamu-tamu yang berkunjung. “Waktu itu, ada sekitar 50 tamu yang diberi lencana oleh Puri Singaraja untuk acara kepariwisataan. Lencana Puri Singaraja itu adalah rancangan dan buatan saya,” kenang Anom Pujastawa, yang notabene merupakan anak dari pelukis Anak Agung Anom Ketig (almarhum).
Nah, pengalaman pertamanya membuat lencana untuk Puri Singaraja kala itu ternyata menjadi awal yang manis bagi usaha Anom Pujastawa. Sejak itu, informasi tentang kualitas lencana buatannya menyebar luas dari mulut ke mulut. Kemudian, Puri Agung Klungkung dan Puri Negara pun mulai melirik Anom Pujastawa. Toko perak se-Desa Celuk (Kecamatan Sukawati, Gianyar) bahkan se-Kuta (Badung) kini sudah menjadi pelanggan tetap hasil karyanya.
Menurut Anom Pujastawa, semua puri di Bali kini memesan lencana khusus buatan dirinya dan sang istri, AA Purnamawati. Bahkan, Keraton Surakarta, Jawa Tengah juga sering order lencana buatannnya. Menurut Anom Pujastawa, kepercayaan itu mereka peroleh berkat kualitas produknya yang terjaga. "Sekarang kami dipercaya membuat lencana Ikatan Puri Sejebag Bali," tutur Anom Pujastawa.
Anom Pujastawa mengisahkan, untuk menghasilkan model lencana yang eksklusif, pihaknya harus mengkombinasikan pengerjaan secara manual dan teknologi 3D. "Awalnya, disain lencana kita buat sesuai permintaan, kemudian dipresentasikan. Setelah deal, barulah kita cetak sesuai ukuran dan berat yang diinginkan," jelas lulusan Program Studi Seni Rupa dan Disain Unud angkatan 1991 ini.
Mengenai bahan baku lencana, kata Anom Pujastawa, disesuaikan dengan permintaan konsumen. Bahannya bisa berupa emas, perak, perunggu, maupun kuningan. "Buat sementara, baru Puri Agung Klungkung yang minta dibuatkan lencana eksklusif berbahas emas. Sedangkan permintaan untuk lapis emas juga banyak," bebernya.
Selain untuk kepentingan puri, kata Anom Pujastawa, pihaknya juga memproduksi aksesoris buat pasar domestik maupun mancanegara. Untuk bisa mempertahankan kepercayaan konsumen, Anom Pujastawa senantiasa berusaha menjaga kualitas lencana buatannya. "Pokoknya, kita berusaha membuatkan produk sesuai permintaan. Tulisan dan segala macam yang diinginkan, kita buat maksimal. Ada teknologi baru yang kita gunakan namanya CnC," katanya.
Pasutri Anom Pujastawa-AA Purnamawati tidak hanya terkenal di kalangan puri. Mereka juga jadi tokoh di balik layar pembuatan disain pin Garuda Indonesia berbahan perak, yang dikenakan oleh para pramugari. Namun, kata Anom Pujastawa, dirinya tid secara langsung berhubunfan dengan pihak bandara maupun Garuda Indonesia Airline.
"Saya produksi atas pesanan perajin lain. Jadi, nggak langsung dengan instansi terkait," jelas Anom Pujastawa, yang dalam bekerja di studionya hanya dibantu 2 pekerja dan 2 mesin pencetak ini.
Terkait harga produk kerajinan buatannya, menurut Anom Pujastawa, bervariasi kisaran Rp 250.000 hingga Rp 15 juta. "Harga bervariasi tergantung kelas, ada Kelas I dan Kelas II. Untuk produk berbahan emas, harganya tentu lebih mahal, bisa sampai Rp 20 juta," katanya.
Bakat seni Anom Pujastawa sendrii sudah muncul sejak kecil. Darah seni itu mengalir dari ayahnya, Anak Agung Anom Ketig (almarhum), yang seorang pelukis. Ayahnya pula yang menurunkan keahlian seni disain kepadanya. "Karena senang seni, makanya masuk ke Seni Rupa Unud," papar perajin kelahiran 3 Maret 1973 ini.
Tak cukup hanya belajar seni, Anom Pujastawa juga sempat melanjutkan belajar teknologi selama setahun di Micigan, Amerika Serikat. Di sana, dia belajar teknologi pembuatan jewelery dengan teknologi modern. "Pulang dari Amerika, saya langsung buka usaha," katanya. *nvi
1
Komentar