58 Barong Sabarung Semarakkan Festival Semarapura
HUT ke-31 Kota Semarapura
HUT Kota Semarapura
HUT Kota Semarapura ke-31
Barong
Festival Semarapura
Hari Puputan Klungkung ke-115
Hari Puputan Klungkung
Pementasan digelar saat sandyakala karena diyakini tenget, waktunya bhutakala mengganggu manusia.
SEMARAPURA, NusaBali
Sebanyak 58 barong akan dipentaskan bersamaan (sabarung) saat Festival Semarapura serangkaian Hari Puputan Klungkung ke-115 dan HUT ke-31 Kota Semarapura. Festival Semarapura ini akan digelar selama 4 hari mulai Jumat (28/4) hingga Senin (1/5). Pementasan tari barong bertajuk 'Solah Barong Sabarung' digelar di Catuspata Kota Semarapura pada 28 April 2023.
Kadis Pariwisata Klungkung Ni Made Sulistiawati mengatakan, pada Tahun 2023 ini Pemkab Klungkung akan membangkitkan kembali pelaksanaan Festival Semarapura dengan mementaskan berbagai jenis barong ke dalam sebuah garapan bertajuk Solah Barong Sabarung. Berbagai jaenis barong yang berhasil dikumpulkan akan berpartisipasi menari atau masolah dalam satu pentas. Karena pementasan terdiri dari berbagai jenis barong dalam jumlah yang cukup banyak, maka kumpulan berbagai jenis barong ini disebut sabarung. Di antaranya barong ket, barong macan, barong bangkal atau barong bangkung, dan lainnya. "Ada 58 barong yang kami pentaskan," ujar Sulistiawati, Rabu (19/4).
Pemilihan materi barong didasari atas filosofi barong sebagai kepercayaan umat Hindu di Bali yang diyakini bahwa barong dalam berbagai karakternya adalah simbol suci yang juga berfungsi sebagai media pengusir wabah penyakit atau nangluk merana. Sehingga Solah Barong Sabarung ini sangat tepat dan relevan dengan situasi saat ini. Di sisi lain, barong juga merupakan simbol energi dan kekuatan atas sebuah kemenangan. Hal ini seiring dengan semakin landainya pandemi Covid-19 karena keberhasilan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi bencana ini sehingga masyarakat di Kabupaten Klungkung khususnya sudah kembali dapat menjalankan kehidupan seperti sediakala.
Pementasan Solah Barong Sabarung ini akan dipentaskan di titik nol Catuspata Kota Semarapura, pada saat transisi waktu tepat sandyakala. Pemilihan waktu ini erat kaitannya dengan kesucian tempat yaitu catuspata dan mistisnya waktu pertemuan antara sore dan malam hari karena saat itulah dianggap sakral dan tenget, yang dipercaya sebagai waktunya bhuta kala mengganggu manusia dan yoganya para Dewa. Sehingga kala itu juga dilakukan penyomian sebagai upaya menetralisir bhuta kala.
Pementasan ini akan ditata dengan konsep pementasan Catur Lawa Tapak Dara yaitu dengan pementasan dibagi pada ke empat penjuru mata angin di antaranya Lawa Kaja, Lawa Kangin, Lawa Kelod, dan Lawa Kauh.
Sedangkan pada pancer madyaning catuspata juga akan melakukan pementasan pangawit sebagai satu kesatuan pentas yang akan digarap oleh Sanggar Kayonan Klungkung. Konseptor I Dewa Alit Saputra, perintis sekaligus Ketua Komunitas Seni Sanggar Kayonan di Desa Adat Kemoning, Kelurahan Semarapura Klod, Kecamatan Klungkung.
Pementasan Solah Barong Sabarung ini akan diiringi oleh 1 (satu) barung gamelan Semar Pegulingan dari Sanggar Kayonan yang akan ditata sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan pentas. Dari hasil penataan inilah kemudian akan melakukan harmonisasi kepada semua calon penari barong untuk bersama-sama mengikuti workshop kilat, sebelum melakukan gladi dan pentas bersama pada 28 April 2023. Festival mengambil tema Sanghara Prananing Urip (Menata Pembangunan dan Kehidupan Baru Pasca Pandemi Covid-19).
Menurut Sulistiawati, secara umum festival ini digelar sebagai promosi pariwisata di Kabupaten Klungkung. Selain menampilkan potensi wisata, festival ini juga memberikan ruang untuk UMKM. Dengan demikian, UMKM mendapat tempat untuk promosi. Termasuk promosi pariwisata yang berimbas ke peningkatan ekonomi. 7 wan
Komentar