Mahasiswa ISI Unjuk Tarian di Tengah Gerhana
Gerhana Matahari Hibrida di Bali Teramati Selama 3 Jam
DENPASAR, NusaBali - Fenomena gerhana matahari hibrida memantik Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menggelar kegiatan bertajuk 'Penumbra's Final Gloom' di Pantai Segara, Sanur, Denpasar, Kamis (20/4).
BEM ISI Denpasar tidak hanya mengajak civitas akademika ISI Denpasar untuk memaknai gerhana matahari, tapi juga mengajak perwakilan perguruan tinggi lain di Pulau Dewata. Sekitar 200 mahasiswa ikut hadir dalam kegiatan yang dibuka langsung Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Wayan 'Kun' Adnyana.
Presiden BEM ISI Denpasar Putu Durga Laksmi Devi mengungkapkan fenomena gerhana matahari hibrida memberi banyak inspirasi kepada dunia kreatif. Sebanyak 20 mahasiswa ISI Denpasar berkesempatan memaknai gerhana matahari dengan menampilkan tiga tarian kontemporer. "Ada tiga tarian sekaligus, yakni Tari Langit-Lelangit, Tarian Sunari, dan Tarian Suryakanta," ujarnya di sela kegiatan.
Dijelaskan Tari Langit-Lelangit merupakan simbol Dewa Brahma mencari Hyang (kebenaran) dengan menggunakan asap obor. Tarian Sunari adalah tarian yang menggerakkan bambu berlubang untuk mengukur keberadaan Dewa Siwa melalui bunyi angin. Dan, Tarian Suryakanta merupakan tarian yang merajah tanah dibantu dengan energi matahari atau Dewa Surya dalam upaya Dewa Wisnu mencari Hyang (kebenaran) ke bawah.
Setelah pertunjukan tarian tersebut, acara dilanjutkan dengan workshop bagaimana menggunakan bahan kertas dari limbah menjadi sebuah karya seni, open space dengan dua narasumber Wayan Sujana 'Suklu' dan Ketut Sumerjana terkait topik 'Apa Itu Seni?', dan kembali diakhiri dengan workshop bagaimana menampilkan hasil karya seni.
Lebih jauh disampaikan Durga, 'Penumbra's Final Gloom' juga menjadi pembuka rangkaian 'Festival Nungkalik' yang dihelat pihaknya selama periode April-Juli 2023. Nungkalik memiliki makna yang berlawanan dengan prinsip-prinsip dualisme seperti siang-malam ataupun laki-laki-perempuan.
"Bagi kami dualisme bukanlah hal yang ingin ditonjolkan tapi sebuah realitas konkrit yang memiliki dua aspek saling berkaitan. Hal ini merupakan usaha dari BEM ISI Denpasar untuk memperkenalkan apa itu seni konseptual berbeda dengan seni komersial," ujar Durga. Sementara itu Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Wayan Kun Adnyana menyampaikan apresiasi atas kegiatan yang diinisiasi BEM ISI Denpasar. Menurutnya kegiatan ini baik untuk mempertemukan berbagai dimensi seni dan juga berbagai program studi yang ada di lingkungan ISI Denpasar. Terlebih BEM ISI Denpasar juga menginisiasi kolaborasi dengan berbagai perguruan tinggi di Bali.
"Festival ini mengajak seluruh mahasiswa ISI Denpasar untuk memasuki pengalaman otentik yang menghayati lanskap Bali yang tidak ada duanya di dunia," ujarnya. Ia menambahkan, seorang seniman tidak bisa hanya berkutat menghasilkan karya di dalam studio saja. Dia harus bisa menangkap pengalaman otentik dengan merekam dan menghayati pemandangan Bali yang berkharisma dan juga mengandung nilai-nilai budaya. "Dengan seni bisa mewartakan penghayatan itu," tandas mantan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.
Foto: Gerhana Matahari Sebagian yang teramati oleh petugas BBMKG Wilayah III Denpasar. -IST
Sementara Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar melakukan pengamatan fenomena gerhana matahari hibrida dari wilayah Pekutatan, Jembrana, Kamis kemarin. Meski hanya fenomena gerhana matahari sebagian yang bisa teramati, namun proses pengamatan fenomena itu berlangsung selama 3 jam lebih.
Sub Koordinator Pengumpulan dan Penyebaran BBMKG Wilayah III, Gede Eriksana Yasa mengatakan pihaknya memusatkan pengamatan fenomena tersebut di Jalan Pelabuhan, Desa/Kecamatan Pekutatan, Jembrana. Titik tersebut merupakan titik satu-satunya pengamatan yang dilakukan dari Bali. Dalam proses pengamatan itu mulai dilakukan sejak pagi. Namun, untuk proses gerhana matahari mulai berlangsung pada pukul 10.28 Wita hingga pukul 13.30 Wita. "Untuk puncak gerhana matahari terjadi pada pukul 11.55 Wita. Namun, rangkaian proses sebelum dan sesudah itu berlangsung cukup lama," terangnya.
Terpisah, Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, I Nyoman Gede Wirajaya mengatakan fenomena matahari hibrida merupakan peristiwa gerhana matahari total dan gerhana matahari cincin yang terjadi secara berurutan dalam satu fenomena gerhana. Menurut dia, fenomena bisa dibilang cukup langka di Indonesia.
Fenomena itu disebabkan posisi matahari, bulan dan bumi berada pada garis yang sama. Meski fenomena gerhana matahari hibrida ini bisa teramati di dua wilayah, namun posisi pengamatan juga bisa mempengaruhi magnitudo gerhana yang akan diamati. Sehingga, pengamatan terhadap dua fenomena itu tidak dapat dilakukan di lokasi atau di tempat yang sama. Untuk gerhana matahari total, bisa diamati di Pulau Kisar dan Biak.
Sementara, matahari sebagian dapat teramati dari sejumlah wilayah, termasuk Bali. "Hanya gerhana matahari total saja yang bisa teramati dari wilayah Indonesia. Tapi, gerhana matahari cincin tidak bisa dilakukan pengamatan dari berbagai wilayah di Indonesia. Meski demikian, masyarakat bisa menyaksikan gerhana matahari sebagian seperti halnya di Bali ini," rinci Wirajaya.
Untuk gerhana matahari total yang terjadi di Pulau Kisar dan Biak masing-masing terjadi pada pukul 13.22 Wita dan 13.57 Wita dengan rentang waktu kisaran 1 menit 5 detik.
Sementara pengamatan di Bali hanya pengamatan terhadap fenomena gerhana matahari sebagian dengan waktu pengamatan pada pukul 10.28 Wita hingga puncak gerhana pukul 11.55 Wita. Ada pun titik pengamatan dari Bali bisa teramati dari sejumlah wilayah terkecuali wilayah Badung. "Untuk titik pengamatan di Bali itu bisa dari Denpasar, Jembrana, Singaraja, Tabanan, Mengwi, Gianyar, Bangli, Klungkung dan Karangasem," beber Wirajaya. 7 cr78, dar
Komentar