Ni Wayan Latri, ‘Kartini’ Pengabdi Seni Arja asal Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar
Harap Arja, Ikon Desa Keramas Bertahan dan Lestari Sepanjang Zaman
Tak ingin Arja Desa Keramas hanya tinggal nama, Latri pada tahun 2013 mendirikan Sanggar Seni Siwa Ratri untuk mewadahi minat dan bakat anak-anak di bidang seni arja.
GIANYAR, NusaBali
Ni Wayan Latri,63, termasuk salah satu seniman yang mengabdi dan gigih dalam menjaga, melestarikan, membina serta mengembangkan seni budaya Bali. Atas dedikasinya itu, pemeran Mantri Manis Arja Keramas ini telah menerima tanda penghargaan 'Dharma Kusuma' dari Pemerintah Provinsi Bali Tahun 2022. Seniman multitalenta asal Banjar Biya, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh ini pun berharap Arja sebagai ikon Desa Keramas tetap dipertahankan.
"Supaya berkesinambungan tidak putus sampai di sini," ujarnya saat ditemui di kediamannya, Kamis (20/4). Sebagai upaya melanjutkan estafet kesenian Arja, Ni Wayan Latri tetap aktif meregenerasi pemain Arja. Bahkan ketika kondisi fisiknya kini kurang optimal, Wayan Latri tetap mengajar. "Dalam waktu dekat ini, ada PKK yang mau latihan bondres. Mereka ingin belajar dari awal, gerak tari hingga Pupuh," ungkapnya.
Geraknya dalam berkesenian mengalami keterbatasan. Tulang persendian pada paha sebelah kirinya mengalami cedera hingga harus menjalani operasi. "Sudah 2 tahun berlalu, saya kira seperti sakit demam bisa lekas pulih. Karena cedera itu, saya jadi tidak optimal dalam menari. Kalau dalang wayang masih bisa saya akali," ungkap istri dari I Made Sarjana ini. Latri mengisahkan semangat menggeluti kesenian arja sudah dirasakan sejak muda.
Latri kecil memang sudah terlihat memiliki minat untuk menjadi seorang penari arja. Saat usianya masih kelas III SD, Latri senang mendengarkan pupuh-pupuh yang ditembangkan dalam drama tari tersebut. Latri mendengarkannya lewat program Arja Negak yang disiarkan RRI Denpasar setiap minggunya, serta menonton langsung pementasan arja di Desa Keramas. Semakin lama, Latri semakin tertarik untuk belajar dan melakoni seni arja.
Pada tahun 1972, kala menginjak kelas I SMP, ibu dari Dalang Dugbyor alias Putu Gede Sartika ini memberanikan diri menghimpun anak-anak sebayanya untuk mendirikan perkumpulan arja yang diberi nama Arja Sebunan Langa Murti Banjar Biya, Desa Keramas. Hingga akhirnya niat dan tekadnya mendapat bimbingan dari para pakar seniman arja untuk berlatih. Latri mengambil peran sebagai Mantri Manis dan berguru pada I Ketut Mianta (Alm), I Made Dira (Alm), dan I Gusti Agung Putu Gelgel (Alm) dari Puri Keramas. Dari situ, Latri digembleng menjadi seniman yang mumpuni.
Menurut Latri, drama tari arja mencakup seni yang kompleks mulai dari vokal, gerak tari, dialog, dan mendengarkan iringan musik. Belum lagi harus mampu menyiasati penampilan agar terlihat elegan dan manis, sebab menyatukan seni yang kompleks tersebut tidaklah mudah. Secara pribadi, Latri menganggap kemampuannya dalam menyerap semua seni yang kompleks tersebut adalah karena panggilan batin yang kemudian didorong oleh hobi dan hasrat untuk belajar yang tinggi. Jika tidak, maka akan sulit, bahkan untuk melakoni satu peran saja.
Alhasil, kemampuannya menyerap ilmu mengalir begitu saja, baik saat latihan maupun pentas. Dalam mendalami peran Mantri Manis, Latri mengaku terus mengasah diri. Penokohan Mantri Manis dibuat berwibawa selayaknya seorang ksatria. Pun dengan penjiwaan harus dengan alur cerita dan dilakukan dengan hati, sehingga pesan dari drama tari arja itu sampai ke penonton. Latri mengungkapkan, ketika menjadi Mantri Manis, harus memiliki suara nyaring dan memiliki napas agak panjang, karena saat mupuh cukup panjang.
Untuk memaksimalkan peran Mantri Manis, Latri benar-benar menjaga kesehatan, baik pola makan dan pola istirahat. Banyak pakar yang membimbing Latri menekuni seni arja. Pada tahun 1976, Latri di bawah bimbingan Cokorda Oka Tublen (Alm) dan Made Kredek (Alm) dari Desa Singapadu, Latri ikut mendukung Arja Duta Kabupaten Gianyar dalam rangka Festival Arja se-Bali. Bahkan kala itu, Gianyar keluar sebagai juara umum.
Prestasi tersebut seakan menjadi pecut untuk makin giat berlatih. Setelah itu, Latri bergabung dengan Arja Tut Wuri Handayani tahun 1978 yang penarinya sebagian besar dari guru-guru SD se-Kabupaten Gianyar. Arja ini diprakarsai oleh Kepala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, I Wayan Tarka. Tahun demi tahun berlalu, Latri pun semakin intens mendalami perannya sebagai Mantri Manis. Tahun 1979, saat Pesta Kesenian Bali (PKB) pertama digelar, Latri dengan peran Mantri Manis ikut mendukung Arja Keramas yang saat itu tampil dalam rangka Festival Arja. Begitu juga pada tahun 1983 ikut mendukung Arja Keramas dalam rangka Lomba Arja Remaja dan keluar sebagai juara umum. Latri juga dipercaya sebagai duta dari Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka Pekan Arja Tingkat Propinsi Bali pada tahun 1986 dan berhasil keluar sebagai pemeran Mantri Manis Terbaik se-Bali.
Kiprah seniwati kelahiran 31 Desember 1959 ini kian meluas. Kiprah di tingkat nasional, pada tahun 1994 Latri ikut lomba Panggung Penerangan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan mewakili Dinas Penerangan Kabupaten Gianyar. Kemudian pada tahun 1996 mendukung pementasan Drama Tari Arja di Gedung Kesenian Jakarta dalam rangka Misi Kesenian Bali. Selain itu, pada tahun 2006 juga ikut mendukung Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar dalam rangka pengenalan Kesenian Bali Klasik yang dikemas dalam bentuk Calonarang di Taman Mini Jakarta. Serta pada tahun 2012 ikut mendukung pementasan Calonarang Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar di kota Mataram, Lombok Barat.
Tak hanya berkiprah di tingkat nasional, Latri juga sempat melanglang buana ke beberapa negara bersama berbagai rombongan sanggar maupun sekaa seni. Pada tahun 1980, Latri ikut bergabung dengan rombongan Banjar Kawan Tampaksiring di bawah kordinator Made Pasek Tempo (Alm) yang melawat ke Negara Eropa yaitu di Kota Romawi, Virencedan Napoli Italia Selatan selama 2 bulan. Kemudian pada tahun 1984, ikut mendukung Arja Keramas dalam rangka Pekan Pariwisata Internasional ke-4 yang dipusatkan di Desa Tenganan Karangasem. Selanjutnya, pada tahun 1993 Latri ikut bergabung dengan rombongan Arja Abianbase yang dipimpin oleh Anak Agung Raka Peyadnya melawat keliling Negara Prancis dan Swiss membawa Misi Kesenian Indonesia khususnya kesenian Bali Drama Tari Arja.
Pada tahun 1997, Latri bersama rombongan ISI Denpasar ke Negara India membawa Misi Kesenian Bali Topeng Prembon di Kota New Delhi, Chandigard dan Bungalor. Pada tahun 2002, ikut rombongan Made Sija dari Desa Bona melawat ke Negara Jepang membawakan Tari Topeng Klasik atas undangan dari Okayana. Pada tahun yang sama, Latri juga diajak bergabung bersama rombongan Made Jimat dari Batuan melawat ke Negara Amerika Serikat dan California membawakan Misi Kesenian sebagai Penari Mantri Manis. Pada tahun 2005, Latri dan kedua anaknya bergabung melawat ke Negara Prancis bersama rombongan Calonarang Klasik, serta tahun 2007 ikut bergabung dengan Theater Masa kini ke Malaysia sebagai Penari Latar dan juga Pesinden.
Meski Latri terkenal di bidang arja, namun Latri juga memiliki minat di kesenian lain. Pada tahun 1992, Latri ikut mendukung Topeng Prembon P-4 mewakili BP 7 Kabupaten Gianyar di Tingkat Provinsi Bali dan berhasil keluar sebagai Juara I. Pengalamannya di bidang seni membuat Latri secara berturut-turut tahun 1997 dan 1998 ditunjuk sebagai Tim Juri lomba Gaguritan dalam rangka HUT I dan II Radio Gelora Pemda Gianyar. Latri juga berjaya dalam Lomba Wirama berpasangan dengan I Gusti Made Agus Susana sehingga keluar sebagai Juara I dalam rangka HUT Provinsi Bali Tahun 2002.
Mengabdikan diri untuk Desa Keramas, Latri ikut mendukung Gong Kebyar Dewasa tahun 2005 sebagai pendukung Gerong. Begitu juga bersama Pesantian Widara Asuji Keramas sebagai wakil Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar dalam rangka lomba Gaguntangan yang diselenggarakan oleh kepala Stasiun RRI Denpasar sehingga keluar sebagai juara Favorit pada tahun 2006. Latri juga pernah mengisi acara Topeng Prembon bersama Jimat Group di Museum Arma sebagai ajang promosi seni budaya Bali terhadap wisatawan manca negara yang merupakan tamu rutin Museum Arma.
Berbagai penghargaan pun diterima oleh Ni Wayan Latri. Ada banyak penghargaan tingkat lokal yang diterimanya. Dua di antaranya, pada tahun 2001 Latri menerima Penghargaan Wija Kesuma dari Pemerintah Kabupaten Gianyar atas prestasi pengabdian mengembangkan Drama Tari Arja. Pun pada tahun 2018, Latri juga menerima penghargaan sebagai Pengabdi Seni serangkaian Pesta Kesenian Bali ke-40 atas dedikasinya terhadap pelestarian dan pengembangan seni budaya. Penghargaan lainnya yakni tahun 1994 Penghargaan dari Bupati Gianyar dalam rangka Lomba Topeng Prembon Panggung Penerangan antar Provinsi di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sedangkan penghargaan internasional yang diterimanya yakni Penghargaan dari Duta Besar RI untuk Perancis dalam rangka memperkenalkan Kesenian Indonesia khususnya Kesenian Bali Arja Tahun 1993.
Seniman Ni Wayan Latri telah mengalami masa kejayaan seni arja. Latri menyadari bahwa kesenian arja ini tak boleh sampai putus penerus. Apalagi arja menjadi ikon Desa Keramas.
Tak ingin Arja Desa Keramas hanya tinggal nama dan kenangan, Ni Wayan Latri pun sangat getol untuk membangkitkan kesenian arja. Dia berusaha keras untuk tetap bertahan dan melestarikan kesenian Arja yang pernah diwariskan oleh pakar-pakar pendahulu di Desa Keramas. Pada awalnya, Latri ikut membina Arja di Desa Medahan untuk mewakili Parade Arja Remaja di Art Centre pada tahun 2012. Beranjak dari pengalaman tersebut, Latri merasa terangsang untuk membangkitkan kembali Arja di desa kelahirannya, Desa Keramas. Dia mulai mengumpulkan anak-anak yang masih di bangku SD untuk dibina Metembang dan Tari Arja. Tahun 2013, Latri mendirikan Sanggar Seni Siwa Ratri untuk mewadahi minat dan bakat anak-anak di bidang seni, terutama arja.
Dua tahun setelah didirikan, pada tahun 2015 Sanggar Seni Siwa Ratri ditunjuk untuk mewakili Kabupaten Gianyar dalam rangka Parade Arja Remaja rangkaian Pesta Kesenian Bali ke-37 di Art Center. Tidak sampai di sana, Latri terus menggenjot anak-anak Sanggar Seni Siwa Ratri agar para seniman muda ini mendapatkan jam terbang pentas yang lumayan. Pada tahun 2016, Sanggar Seni Siwa Ratri berpartisipasi pada ajang Bali Mahalango III. Begitu juga tahun 2017 dan 2018 kembali mengikuti parade arja serangkaian PKB. Hingga saat ini regenerasi seniman muda untuk arja masih berjalan di Sanggar Seni Siwa Ratri. 7 nvi
Komentar