nusabali

Ni Putu Rismayanti Akhirnya Terima Rapor

  • www.nusabali.com-ni-putu-rismayanti-akhirnya-terima-rapor

Ni Putu Rismayanti, murid kelas X/b SMA Dharma Kirthi Sengkidu (DKS), Kecamatan Manggis, Karangasem, akhirnya menerima rapor dan dinyatakan naik kelas, meskipun SPP-nya masih nunggak Rp 373.000.  

Disumbang Suami Bupati dan Urunan yang Digalang Sekpri Bupati

AMLAPURA, NusaBali
Hal itu atas kebijakan Kepala SMA DKS I Wayan Nomor dan Ketua Komite Sekolah I Wayan Darpi. Sebelumnya Ni Putu Rismayanti nunggak SPP selama Maret–Juni 2017. Tiap bulan dia mesti bayar Rp 190.000, total tunggakan Rp 760.000. Dia juga belum membayar 4 setel pakaian seragam sebesar Rp 613.000. Jadi total tunggakan Rp 1,373 juta. Sementara mampu dibayar Rp 1 juta, sisanya masih nunggak. 

“Kami memberikan kebijakan kepada siswa, rapor dibagikan saat kenaikan kelas (Sabtu, 10/6). Tetapi dengan catatan, yang bersangkutan mesti melunasi sisa tunggakan,” kata Wayan Nomor dan Wayan Darpi, Minggu (11/6).

Wayan Nomor juga menjelaskan, walau empat bulan tidak bayar SPP dan nunggak uang seragam, murid bersangkutan tetap diizinkan sekolah. Saat ulangan umum, Ni Putu Rismayanti dipisahkan dari rekan-rekannya. “Saya berikan ulangan di ruang guru, maksudnya agar tidak diikuti rekan-rekan sekelasnya, tidak bayar SPP,” tambahnya.

Wayan Darpi yang juga Perbekel Sengkidu, Kecamatan Manggis, menambahkan, kewajiban administrasi mesti dijalankan, tidak membeda-bedakan siswa. 

Secara terpisah Sekpri Bupati Karangasem Ni Komang Ayuni yang sebelumnya menggalang dana, ternyata hanya mampu mengumpulkan Rp 400.000. Kemudian orangtua Ni Putu Rismayanti, I Ketut Keten dan Ni Nengah Sarini, sempat mendatangi kediaman Bupati Karangasem, Jumat (9/6). Suami bupati, I Gusti Made Tusan menyumbang Rp 1 juta, sehingga terkumpul dana Rp 1,4 juta. “Saya pantau terkumpul dana Rp 1,4 juta, nunggaknya Rp 1,373 juta,” kata Ni Komang Ayuni.

Ternyata ibu kandung Ni Putu Rismayanti, Ni Nengah Sarini mengakui, hanya membayar tunggakan sekolah sebesar Rp 1 juta. Sisanya digunakan untuk keperluan sehari-hari. “Dari pada tambah utang untuk biaya sehari-hari, sisanya saya gunakan dulu untuk keperluan di rumah,” kata Sarini. *k16

Komentar