58 Barong Sebarung Semarakkan Festival Semarapura
Barong Sebarung
Barong
Tari Pendet
Festival Semarapura
Hari Puputan Klungkung ke-115
HUT ke-31 Kota Semarapura
SEMARAPURA, NusaBali - Sebanyak 58 barong dipentaskan bersamaan (sebarung) saat pembukaan Festival Semarapura serangkaian Hari Puputan Klungkung ke-115 dan HUT ke-31 Kota Semarapura di Catus Pata Kota Semarapura, Klungkung, Jumat (28/4).
Festival Semarapura yang digelar selama 4 hari hingga Senin (1/5) ini, dibuka oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace).
Pementasan tari barong bertajuk 'Solah Barong Sabarung' digelar di Catus Pata Kota Semarapura pukul 18.00 Wita. Pementasan digarap oleh seniman Sanggar Kayonan Klungkung dan didukung oleh Komunitas dan Sanggar Barong se-Kabupaten Klungkung. Dengan Konseptor dan Sutradara I Dewa Gede Alit Saputra.
Solah Barong Sebarung ini dipentaskan di titik nol Catus Pata Kota Semarapura pada saat transisi waktu tepat sandyakala. Pementasan ini ditata dengan konsep pementasan Catur Lawa Tapak Dara, yaitu dengan pementasan dibagi pada keempat penjuru mata angin, di antaranya Lawa Kaja, Lawa Kangin, Lawa Kelod dan Lawa Kauh. Sedangkan pada pancer madyaning Catus Pata juga dilakukan pementasan pengawit sebagai satu kesatuan pentas.
Adapun barong yang dipentaskan, yakni barong ket, barong macan, barong bangkal atau barong bangkung, dan lainnya termasuk barongsai dan naga. Pementasan Solah Barong Sebarung ini juga diiringi oleh 1 (satu) barung gamelan Semar Pegulingan dari Sanggar Kayonan Klungkung yang ditata sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan pentas.
Menurut Sutradara Dewa Alit, lahirnya gagasan Solah Barong Sebarung ini sebagai implementasi kebangkitan dari keterpurukan atas musibah yang pernah menimpa, sebagai titik balik bahwa kekuatan semesta akan menjiwai tumbuhnya semangat untuk ke depan bisa lebih maju lagi. Hal ini juga sejalan dengan tema yang diusung pada Festival Semarapura ke-5 tahun 2023 ini, yaitu Sanghara Prananing Urip.
Solah Barong Sebarung, dikemas dari semua jenis barong yang ada di Kabupaten Klungkung dengan niyasa dan simbol presada filosofi masing-masing, bertemu angelawang agung pada titik nol kota Semarapura, yaitu Madyaning Catus Pata.
Pemilihan waktu ini erat kaitannya dengan kesucian tempat, yaitu Catus Pata dan mistisnya waktu pertemuan antara sore dan malam hari, karena saat itulah dianggap sakral dan tenget yang dipercaya sebagai waktunya bhuta kala mengganggu manusia dan yoganya para dewa. "Sehingga kala itu pula dilakukan penyomian sebagai upaya menetralisir bhuta kala," ujar Dewa Alit.
Dijelaskan, Barong yang dianggap sebagai mahluk mitologi sudah muncul sebagai bagian kebudayaan Bali sejak dahulu. Adanya kesenian barong di Bali sudah ada sejak zaman pemerintahan Airlangga di Daha, Kediri, yang kemudian diadopsi dan berkembang di Bali sampai saat ini. Perwujudan dalam berbagai bentuk seperti barong ket, barong macan, barong asu, barong bangkal atau barong bangkung selalu dikaitkan dengan legenda atau cerita rakyat yang kemudian dipercaya oleh masyarakat Hindu di Bali.
Kepercayaan ini muncul karena barong dalam berbagai karakternya dianggap memiliki nilai-nilai kebaikan dan juga keburukan, sebagai bagian dari keseimbangan dunia yang tersimpul dalam konsep rwa bhineda. Di berbagai tempat di Bali, keberadaan barong sangat banyak dan beragam.
Dan rata-rata pada setiap desa adat memiliki sesuhunan berupa barong dalam berbagai jenis dan bentuknya. Di sisi yang berbeda, beragam jenis barong tersebut juga ada di luar konteks sebagai Ida Bhatara sesuhunan atau petapakan, melainkan sebagai bagian dari kesenian profan yang tujuannya adalah untuk hiburan.
Sementara itu Kadis Pariwisata Klungkung, Ni Made Sulistiawati mengatakan dalam rangka pelaksanaan Semarak Festival Semarapura tahun 2023 ini, pelaksanaan festival tahun sebelumnya sempat ditiadakan akibat mewabahnya Covid-19 sehingga seluruh aspek kehidupan masyarakat terdampak oleh fase pandemi. Maka pada tahun 2023 ini pemerintah Kabupaten Klungkung membangkitkan kembali pelaksanaan Festival Semarapura, dengan mempergelarkan pentas berbagai jenis barong ke dalam sebuah garapan bertajuk Solah Barong Sabarung. Di mana berbagai jenis barong yang berhasil dihimpun akan berpartisipasi menari atau mesolah dalam satu pentas. Karena pementasan terdiri dari berbagai jenis barong dalam jumlah yang cukup banyak, maka kumpulan berbagai jenis barong ini disebut sabarung.
Pemilihan materi barong didasari atas filosofi barong sebagai kepercayaan umat Hindu di Bali, dimana diyakini bahwa barong dalam berbagai karakternya adalah simbol suci yang juga berfungsi sebagai media pengusir wabah penyakit atau nangluk merana. Sehingga Solah Barong Sabarung ini sangat tepat dan relevan dengan situasi saat ini. Di sisi lain, barong juga merupakan simbol energi dan kekuatan atas sebuah kemenangan. Hal ini seiiring dengan semakin landainya wabah pandemi, karena keberhasilan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi bencana ini, sehingga masyarakat di Kabupaten Klungkung khususnya sudah kembali dapat menjalankan kehidupan seperti sediakala. "Ada 58 barong yang dipentaskan," ujar Sulistiawati.
Menurutnya, secara umum festival ini digelar sebagai promosi pariwisata di Kabupaten Klungkung. Selain menampilkan potensi wisata, festival ini juga memberikan ruang untuk UMKM. Dengan demikian, UMKM mendapat tempat untuk promosi. Termasuk promosi pariwisata yang berimbas ke peningkatan ekonomi. Menurut seorang penari barong I Komang Maha Andrayana Putra, sudah latihan sejak sebulan lalu. Dia merasa senang bisa ikut pentas dalam event tersebut. "Senang dapat kesempatan jarang ada kegiatan seperti ini," kata Putra.
Sebelum pentas barong tersebut diawali pementasan tari penyambutan Tari Pendet dengan 200 orang penari dari para guru di Kabupaten Klungkung. "Saya senang bisa ikut berpartisipasi di Semarapura Festival ini. Saya sudah seminggu latihan," ujar seorang penari, Putu Desi. Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta mengatakan Semarapura Festival 2023 ini terasa spesial baginya. Mengingat Semarapura Festival sudah 3 tahun ditiadakan karena Pandemi Covid-19. Semarapura Festival sebenarnya menjadi event tahunan bersama dengan Nusa Penida Festival. Namun karena pandemi Covid-19, sempat ditiadakan.
Tema besar dari Semarapura Festival 2023 ini, merupakan kebangkitan di berbagai sektor dari pandemi Covid-19. Semarapura Festival ini juga berbarengan dengan upacara manusia yadnya massal yang digelar PHDI di Alun-alun Kota Semarapura. Sehingga nanti bupati yakin stand kuliner, maupun stand kriya akan ramai dikunjungi warga. "Semoga Semarapura Festival 2023 ini dapat memberi hiburan bagi masyarakat. Serta memberikan berkah bagi para pelaku UMKM," harap Bupati Suwirta.
Wabup Cok Ace mengatakan pelaksanaan festival ini merupakan langkah tepat dalam upaya melesterikan budaya Bali khususnya Klungkung. Klungkung merupakan kabupaten strategis mempunyai perjalanan sejarah sangat panjang. Keberadaan PKB (Pusat Kebudayaan Bali) tentu menguatkan eksistensi Klungkung sebagai pusat kebudayaan. Diharapkan dengan keberadaan pelabuhan dan PKB nanti perkembangan di Klungkung akan semakin pesat. 7 wan
1
Komentar