Dinamai Pasar Tradisional Mahoni, Dimanfaatkan Dua Desa Adat
Pihak Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem, membangun pasar tradisional secara swadaya. Pasar itu untuk merelokasi pasar lama yang aktivitasnya di bahu jalan pertigaan desa.
Desa Budakeling Bangun Pasar secara Swadaya
AMLAPURA, NusaBali
Aktivitas pasar itu secara resmi mulai dibuka setelah menggelar upacara mlaspas Palinggih Pura Melanting pada Purnama Kapitu (Jumat, 25/12). Pasar tersebut dinamai Pasar Tradisional Mahoni, Banjar Saren Kangin, Desa Budakeling.
Upacara mlaspas dipuput Ida Pedanda Istri Ketut Jelantik dari Gria Dauh, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling. Sementara hanya palinggih Pura Melanting beserta panyengker yang telah dibangun. Berikutnya adalah menata parkir dan pedagang.
Pasar tersebut dibangun di lahan milik Ida Made Mangku Siwi, dari Gria Alit, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, bekerjasama dengan pihak desa. “Saya mendukung pembangunan pasar tradisional agar lebih layak warga desa melakukan transaksi. Dari pada di bahu jalan, membahayakan, selain jalur sering macet, arus lalu lintas terganggu,” kata Ida Made Mangku Siwi.
Ketua Panitia yang juga Perbekel Budakeling I Made Sudarsana mengatakan, pembangunan pasar tersebut atas bantuan ADD (alokasi dana desa) sebesar Rp 120 juta. “Pembangunan pasar ini atas dorongan warga, agar aktivitas pasar yang ada di bahu jalan atau sebelah pertigaan Desa Budakeling, bisa pindah,” katanya.
Pasar tradisional itu nantinya dimanfaatkan dua desa adat, Budakeling dan Saren. Tokoh Desa Budakeling I Wayan Astawa juga menyambut positif gebrakan pihak desa memindahkan kegiatan pasar tradisional. “Selama ini kesulitan melakukan aktivitas pasar di bahu jalan, terutama saat hari Beteng, banyak kendaraan pagi hari melintas memuat sapi hendak ke Pasar Hewan Bebandem, terhambat melintas,” katanya.
Pengembangan Pasar Desa Budakeling ke depan adalah membangun pasar hewan. “Sebab, lahan masih tersedia cukup luas, sekitar 1,5 hektare,” tambahnya. 7 k16
1
Komentar