nusabali

Ajaran Kitab Suci Weda Bersifat Universal

  • www.nusabali.com-ajaran-kitab-suci-weda-bersifat-universal

Gubernur Bali Made Mangku Pastika menjadi pembicara utama (Keynote Speaker) dalam  pertemuan World Hindu Wisdom Meet (WHWM) 2017 yang digelar di  Gedung Natya Mandala Kampus ISI Denpasar, Minggu (11/6). 

Gubenur Pastika Jadi Pembicara Utama dalam WHWM 2017

DENPASAR, NusaBali
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Pastika menyampaikan bahwasanya sebagai agama yang tertua di dunia, agama Hindu merupakan agama yang bersifat universal dimana hal ini dapat dilihat dari ajaran-ajaran yang terkandung di dalam kitab suci Weda.  

Weda  merupakan sumber dari ilmu pengetahuan  serta  sumber dari  hukum semesta yang keberadaanya tidak perlu diragukan lagi. Ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab suci Weda mencakup segala aspek kehidupan yang diperlukan oleh manusia. Untuk itu, ajaran yang tekandung di dalamnya  hendaknya  terus digali dan dipahami secara mendalam sehingga dapat memberi manfaat nyata di segala  aspek kehidupan  bagi seluruh umat manusia di dunia. "Weda adalah kebenaran yang utama, sumber dari ilmu pengetahuan. Ajaran yang terkandung dalam Weda sangat berguna untuk hidup dan  bersifat universal. Mari kita membangun jembatan bukan dinding pemisah. Bangun jembatan antara generasi  tua dengan generasi muda, antar satu kepercayaan dengan kepercayaan lain. Jangan mengkotak-kotakkan diri.  Dengan demikian ajaran Weda yang universal dapat dimengerti dan berguna bagi seluruh umat manusia di  dunia, "imbuhnya.  Gubernur Pastika juga mengajak umat Hindu untuk tidak hanya mengetahui/sekedar tahu apa saja yang tekandung dalam kitab 
suci Weda namun harus dapat berbuat, berbicara serta berpikir seperti apa yang diajarkan dalam Weda. Pada bagian lain, orang nomor satu di Bali ini juga menyoroti tentang keberagaman ritual agama Hindu yang dimiliki oleh masing-masing daerah/tempat, dimana menurutnya perbedaan ritual tersebut hendaknya tidak menyebabkan perpecahan maupun konflik. Mengingat agama  Hindu sangatlah fleksibel, pelaksanaan ritual dapat  disesuaikan dengan desa kala dan patra ( tempat, waktu dan suasana) ritual tersebut dilaksanakan. "Meskipun  ritual disatu tempat bisa berbeda dengan ritual di daerah lainnya, hal itu bukanlah penyebab  konflik. Kita semua percaya dan meyakini dengan adanya Brahman, percaya dengan adanya atman, karmaphala, punarbhawa dan moksa. Kelima unsur Panca Sradha inilah yang mempersatukan Hindu di seluruh dunia. Lima keyakinan ini akan selalu menjadi pedoman kita dalam menjalani kehidupan dimuka bumi," tuturnya. 

Hal senada juga disampaikan oleh Dirjen Bimas Hindu Kementrian Agama RI  Prof Drs I Ketut Widnya, MA MPhil PhD dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Kakanwil  Kementrian Agama Provinsi Bali dimana  pihaknya memberikan apresiasi atas penyelenggaraan WHWM 2017. Penyelenggaaran kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi umat Hindu di Bali pada khususnya dan dunia pada umumnya. Umat Hindu diharapkan untuk percaya diri bahwa Weda dapat  memberikan tuntunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keberadaan Weda harus terus digali dan diekplorasi  sehingga  umat Hindu dapat berkontribusi dalam menghadapi tantangan global. Kegiatan ini juga diharapkan dapat memacu cendikiawan Hindu  untuk makin berkontribusi nyata dalam melakukan bedah Weda dan  lebih berpartisipasi dalam membangun peradaban Hindu di jagad raya ini. 

Acara yang dibuka secara resmi oleh Gubernur Bali dengan penyalaan Dipa ini  mengangkat tema ‘Para and Apara Vidya As The Base Of Hindu Body Of Knowlegde’ atau pengetahuan spiritual dan  ilmu pengetahuan serta teknologi sebagai dasar pohon keilmuan Hindu, diselenggarakan sebagai upaya menemukan materi, struktur, berbagai teori Hindu dan hubungannya dengan pengetahuan Veda, ilmu pengetahuan modern dan teknologi untuk membimbing umat manusia mencapai tujuan hidup tertinggi. 

Pelaksanaan WHWM 2017 memilki tujuan khusus untuk memahami secara lebih mendalam dan mengkonstruksi teori dan ilmu-ilmu pengetahuan Hindu yang dituangkan secara metodis, kritis, sistematis, koheren dan konsisten sesuai dengan kriteria ilmu pengetahuan  ilmiah. Acara yang turut dihadiri oleh Ketua PHDI Pusat Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, Wakil Ketua DPRD Provisni Bali I Gusti Bagus Alit Putra, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha, Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali Dewa Gede Mahendra Putra, para Pandita se-Bali, Bendesa Adat serta para mahasiswa ini berlangsung selama dua hari  dan diisi dengan beberapa pembicara diantaranya Swami Paramatmananda Saraswati, Prof Binayak S Choudhury, Prof Dr Nengah Bawa Atmaja, MA serta Ngakan Putu Putra, SH MA. *

Komentar