Spektakuler! Pembuatan ‘Opokan’ Seberat 100 Kg, Makanan Khas dari Desa Kusamba, Klungkung
Sejenis Pepes Berbahan Ikan Pindang, Namun Memiliki Cita Rasa Khas
Opokan
Makanan Tradisional
Ikan
Gema Santi
Festival Semarapura
Kuliner
Desa Kusamba
Ikan Pindang
Pepes
Indonesian Chef Association
Dari segi bentuk Opokan hampir sama dengan pepes ikan pada umumnya, namun dari segi rasa jauh berbeda, karena menggunakan bumbu merah khas Desa Kusamba.
SEMARAPURA, NusaBali
Demonstrasi masak makanan khas Klungkung ‘Opokan’ dipertontonkan secara langsung pada gelaran Festival Semarapura di sebelah timur Catus Pata, Semarapura, Klungkung, Sabtu (29/4) sore. Dinahkodai oleh Badan Pengurus Cabang (BPC) Indonesian Chef Association (ICA) Kabupaten Klungkung, Opokan tersebut dibuat dengan menggunakan bahan utama, yaitu ikan pindang seberat 100 kilogram.
Aksi para chef profesional yang memasak opokan ‘raksasa’ tentu saja menarik perhatian warga dan pengunjung Festival Semarapura. Apalagi opokan kemudian dibagi-bagikan. Tak hanya warga, wisatawan asing juga tampak antusias mencicipi opokan tersebut. Wakil Ketua BPC Indonesian Chef Association (ICA) Klungkung, Anak Agung Gede Anom Merta menerangkan pembuatan Opokan dengan berat spektakuler ini sudah ia rencanakan sejak tahun 2016 silam. Namun ide tersebut baru bisa direalisasikan pada tahun ini. Awalnya direncanakan membuat 50 kilogram saja, namun karena semangat dari para anggota untuk membuat dan memperkenalkan makanan Opokan ini, sehingga disepakati untuk membuat Opokan seberat 100 Kg.
“Teman-teman dari BPC ICA Klungkung semangat semua dan rasa sosial teman-teman semua tinggi, sehingga untuk dana ini semuanya adalah dari dana patungan kami. Tidak ada support dari instansi manapun,” beber Jik Anom saat ditemui, Sabtu sore kemarin. Dari sekian banyak makanan khas Klungkung yang ada, Jik Anom mengatakan alasan memasak Opokan kali ini karena ingin mengangkat nama makanan khas dari Desa Kusamba, Klungkung. Ia juga ingin mempertahankan dan memperkenalkan cita rasa khas Opokan kepada masyarakat Klungkung.
Soal proses pembuatan, Jik Anom menjelaskan ikan yang digunakan harus melalui proses pemindangan (direbus) hingga matang. Lalu sejak pagi mereka telah membuat bumbu Opokan terlebih dahulu. Sehingga saat proses demonstrasi, pihaknya hanya melakukan proses pembungkusan ikan bersama bumbu Opokan dengan daun pisang, lalu dipanggang dengan menggunakan serabut kelapa.
Agar tidak jebol atau rusak, setelah ikan dibalut dengan daun pisang, Opokan tersebut dibalut lagi dengan jaring besi agar lebih kokoh dan tidak terjatuh. Proses pembakaran Opokan pun berlangsung lama, dengan berat 100 kg dengan panjang 3 meter dan lebar 1,5 meter, memerlukan waktu kurang lebih dua jam agar Opokan matang merata. Tak tanggung-tanggung, untuk menyajikan makanan yang spektakuler itu, pembuatan Opokan melibatkan 12 orang chef profesional.
“Untuk kesulitan dalam pembuatan tidak ada, karena ini dibuat oleh chef profesional yang sudah levelnya executive chef dan sudah kerja di hotel bintang 4 atau 5,” beber Executive Chef di Rama Group Kuta ini. Terpisah, salah satu Pengurus BPC ICA Klungkung, I Ketut Alit Hendrawan menjelaskan pihaknya menggunakan kurang lebih 15 kilogram masing-masing cabe merah dan cabe hijau, dan 10 kilogram bawang putih untuk membuat opokan spektakuler itu.
Alit juga turut menegaskan, makanan khas Desa Kusamba ‘Opokan’ ini berbeda dengan pepes ikan pada umumnya. Dari segi bentuk memang diungkapkannya hampir sama, namun ia menilai dari segi rasa jauh berbeda.
“Bedanya dari bumbu, kalau Opokan menggunakan bumbu merah. Prosesnya sama seperti pepes tetapi bumbunya yang berbeda. Ikan juga harus diolah dulu melalui proses pemindangan. Kalau sudah dipindang tidak akan amis karena sudah diberikan garam, daun salam, dan sereh untuk meminimalisir bau amis,” tutur pria yang saat ini bekerja sebagai Head Chef di Mango Ubud Villa.
Foto: Potret Anggota Badan Pengurus Cabang (BPC) Indonesian Chef Association (ICA) Klungkung
Ia pun turut menceritakan, asal usul nama Opokan didapat dari istilah anak kecil yang diberikan boreh (lulur tradisional, Red) oleh orangtuanya pada zaman dulu. Saat memberikan boreh, orangtua itu akan mem-pokpok (membaluri sembari ditepuk-tepuk, Red) tubuh si anak kecil. Sehingga makanan Opokan diperumpamakan ikan pindang yang dipokpok bersama bumbu-bumbu.
“Opokan itu adalah warisan makanan di Desa Kusamba. Opokan ini sudah ada sejak tahun 1873 dan cerita sejarah itu diberitahu oleh nenek saya yang saat ini sudah berusia hampir 100 tahun,” terangnya. Sebagian besar warga di Desa Kusamba ia sebut pada zaman dahulu bekerja sebagai nelayan. Sehingga olahan ikan memang gampang ditemui di Desa Kusamba seperti pepes, sate ikan, ataupun Opokan. Meski makanan modern sudah begitu banyak ragamnya saat ini, namun Alit menerangkan Opokan masih tetap eksis hingga saat ini.
“Makanan Opokan di Desa Kusamba memang masih bertahan, artinya peminat masih banyak karena makanan ini hanya ada di Desa Kusamba saja,” pungkasnya. Sebagai informasi tambahan, makanan khas Desa Kusamba ini direncanakan diusulkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB), namun hingga saat ini masih dalam proses pengajuan ke Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung. 7 ol3
Komentar