Ditinggalkan Pembeli, Pasar Candikuning Dikaji
TABANAN, NusaBali - Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Tabanan bakal mengkaji keberadaan Pasar Candikuning, Kecamatan Baturiti yang ditinggal pembeli. Sepinya pembeli ini imbas dari dibangunya shortcut Mengwi-Singaraja. Dampaknya capaian retribusi pun rendah.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tabanan Ni Made Murjani mengatakan, sepinya pembeli di Pasar Candikuning telah ditindaklanjuti. Februari lalu sudah turun ke lapangan melihat kondisi sebenarnya. "Kondisi Pasar Candikuning sekarang memang sepi, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya," ungkap Murjani, (3/5).
Untuk itu telah dilakukan kajian yang mana kajian tersebut masih berproses. Sejauh ini hasil dari turun ke lapangan itu baru sebatas melihat jumlah pedagang dan kios yang ada. "Total ada 168 kios dengan rincian kios/toko 116 unit dan 52 los, memang ada beberapa pedagang yang tutup, lantaran sepinya pembeli. Namun ada yang juga tetap buka," tegasnya.
Bahkan sepinya kondisi pasar Candikuning dikatakan Murjani juga berdampak pada capaian pendapatan retribusi pasar. Tahun 2022 hanya menyentuh angka Rp 4.305.913, di mana target untuk pendapatan retribusi pasar di kabupaten Tabanan saat itu Rp 6,4 miliar. Faktor penyebab lainnya juga dikarenakan pandemi Covid -19 yang juga berdampak pada penurunan capaian.
Sebelumnya, Kepala Pasar Candikuning I Ketut Jaya Semara Putra mengatakan, kendala Pasar Candikuning pendapatan anjlok karena adanya shortcut. Sebab lalulintas dari arah Singaraja yang hendak ke Denpasar maupun ke kota Tabanan menuju Pasar Candikuning ditutup dan dijadikan satu arah ke arah shortcut.
"Pangsa pasar kita 90 persen ini dari arah utara. Karena jika hendak ke Denpasar maupun ke Tabanan pulang beli oleh-oleh. Kalau sekarang mereka (pembeli) enggan putar balik, dan lebih memilih berbelanja di pinggir jalan," terangnya.
Kondisi ini pun diakuinya membuat pendapatan di Pasar Candikuning hancur-hancuran. Biasanya pendapatan setiap bulannya didapat sampai Rp 15-20 juta. Kini maksimal hanya didapat Rp 1,5 juta. Itu pun mereka membayar karena kewajiban padahal pembeli sangatlah sepi.
"Memang tim dari Dinas Perdagangan sudah turun berkali-kali sudah dicek sampai bosan. Namun belum ada solusi. Kami ingin biar benar-benar diperhatikan, biar tidak hak saja diminta kewajiban tidak ada. Itu pedagang yang di pinggir jalan dibiarkan sampai terlihat kumuh kondisinya, nah sedangkan kami seolah-olah tak diurus," sesal Semara Putra.
Dengan kondisi tersebut dia berharap solusinya agar Pasar Candikuning jalan ke arah barat menuju Pasar Candikuning dibuka. "Dibiarkan saja dua arah, kalau bikin macet bukan dari Pasar Candikuning tetapi dari objek wisata. Artinya ditutup jangan ditutup permanen. Itu saja permintaan kami," harapnya.
Dia menambahkan dampak dari sepinya Pasar Candikuning, pedagang di Pasar Candikuning 80 persennya tutup. Mereka memilih berdagang ngontrak di pinggir jalan. "Total pedagang di Candikuning saat ini 158-161, hampir 80 persennya memang sudah tutup. Itu dilihat dari pendataan untuk diberlakukan retribusi elektronik, sebab saat ini belum semua pedagang menerapkan retribusi elektronik," tandas Semara Putra. 7des
Komentar