Sejak Januari 2023, 7 Warga Denpasar Terinfeksi Meningitis
Dinkes Imbau Konsumsi Daging Babi Matang
Dinkes Denpasar
Dinas Kesehatan Denpasar
Meningitis
Meningitis Streptococcus Suis
Daging Babi
Babi
Distan Denpasar
Dinas Pertanian Denpasar
DENPASAR, NusaBali - Sebanyak 7 orang warga di Kota Denpasar terinfeksi Meningitis Streptococcus Suis (MSS), sejak Januari hingga Mei 2023. Dari total tersebut sebanyak 6 orang sudah dinyatakan sembuh dan 1 orang masih dalam perawatan di Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM) Denpasar.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Denpasar dr Anak Agung Ngurah Gede Dharmayuda, Kamis (4/5), mengungkapkan sebelum diperbolehkan pulang ke-7 warga tersebut dirawat di dua RS, yakni sebanyak 5 orang menjalani perawatan di RSUP Prof Ngoerah (RSUP Sanglah), dan 2 orang di RSBM.
Menurut dia, semua warga yang terinfeksi tersebut merupakan warga Denpasar. Rinciannya, 1 orang dari Denpasar Utara, 1 orang dari Denpasar Timur, dan 5 orang dari Denpasar Selatan. Penderita MSS yang sempat dirawat rata-rata umur 41 tahun hingga 75 tahun.
“Semuanya memiliki riwayat mengkonsumsi daging babi sebelum terinfeksi MSS,” ujar Agung Dharmayuda.
Agung Dharmayuda mengungkapkan, bakteri ini tidak menular ke orang yang dekat dengan penderita maupun yang merawat. Sebab, penyakit ini merupakan bakteri yang bisa ditularkan dari konsumsi makanan yang kemungkinan mengandung bakteri Streptococcus. Bakteri tersebut sebenarnya bisa saja berada di dalam daging babi yang masih mentah.
Saat ini, penderita MSS ini merupakan orang yang sempat mengkonsumsi daging babi. Ada yang mengkonsumsi sate babi, balung atau tum, babi guling, dan lawar babi.
“Tetapi kita tidak bilang itu sepenuhnya berasal dari daging babi, ya. Karena penyebaran bakteri ini dari berbagai faktor. Bisa dari babinya sendiri, bisa dari saat pengolahan atau saat penyembelihan, bisa faktor lingkungan, dan bisa juga dari kondisi tubuh yang kurang fit saat mengkonsumsi daging babi, kemudian langsung terinfeksi,” kata Agung Dharmayuda.
Dia menyebutkan, gejala penderita meningitis biasanya diawali dengan demam ditambah dengan penurunan kesadaran. Selanjutnya perlu dilakukan cek lab pada cairan tulang belakang. Ditambah dengan adanya riwayat mengonsumsi daging babi, maka sudah mendukung terinfeksi meningitis (radang selaput otak).
Meskipun demikian, pihaknya mengatakan penyebab meningitis bukan hanya mengonsumsi babi yang mengandung bakteri Streptococcus, melainkan juga virus, maupun jamur.
Bahkan faktor cuaca yang buruk juga bisa menjadi penyebab berkembangnya bakteri maupun virus penyebab meningitis.
“Kami imbau kepada masyarakat, tidak ada yang melarang mengonsumsi daging babi, yang terpenting bagaimana menjaga kebersihan babi tersebut,” kata Agung Dharmayuda.
Kebersihan peternakan babi harus menjadi perhatian, termasuk kesehatannya terpelihara. Jangan sampai saat memelihara babi, babi tersebut dibiarkan berkeliaran dan memakan makanan yang sembarangan.
Selanjutnya saat pemotongan babi, harus benar-benar bersih dan babi dalam kondisi sehat. Yang paling penting, bagaimana pengolahan daging babi tersebut menjadi makanan. “Saat diolah harus benar-benar higienis dan matang. Suhu saat memasak di atas 70 derajat sampai 100 derajat Celcius. Harus benar-benar matang,” tandasnya.
Termasuk saat pembuatan lawar merah dengan menggunakan darah babi, yang digunakan adalah darah matang dan bukan yang mentah. “Karena yang belum matang itu, tidak dijamin aman. Walaupun sehat sehabis makan daging babi setengah matang atau kurang matang, itu bisa saja karena daya tahan tubuh kuat, atau daging itu tidak terkontaminasi bakteri Streptococcus,” imbuhnya.
Pasien yang terkena MSS, menurut Agung Dharmayuda, kondisi paling fatal adalah meninggal. Namun, ada kemungkinan sembuh jika dirawat intensif. Kendati bisa sembuh, namun orang yang terkena MSS tidak bisa sembuh total. Pasti ada efek yang ditimbulkan seperti gangguan pendengaran, susah bicara hingga gangguan penglihatan. Hal itu disebabkan karena virus mengganggu saraf pada otak.
Sementara terkait hal tersebut, Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kota Denpasar Anak Agung Gede Bayu Brahmasta, mengungkapkan MSS ini berasal dari virus dan kebanyakan bersumber dari babi dan kondisi kebersihan saat memelihara babi. Namun, MSS merupakan virus dan babi sebagai perantaranya.
Menurut Bayu Brahmasta, MSS ini bukan hanya kali ini saja namun sudah terjadi sejak lama. Virus tersebut muncul dan sempat menghilang dan kali ini muncul dengan kondisi yang sama.
Hal itu biasanya terjadi karena kurang bersih dalam pemeliharaan babi dan cara mengolah daging babi sebelum dikonsumsi. “MSS ini sudah ada sejak lama sebenarnya, tetapi dulu muncul sempat hilang dan sekarang muncul lagi. Dan ini karena kurangnya peternak memperhatikan kebersihan saat memelihara babi,” ungkapnya.
Dengan kondisi tersebut, Bayu Brahmasta sudah turun bersama tim untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait kebersihan kandang dan ternak mereka. Jika ada ternak yang sakit atau mengarah ke MSS agar segera dilaporkan. Selain itu, dia juga sudah intensif melakukan penyemprotan disinfektan. Peternak juga diedukasi untuk sering melakukan penyemprotan kandnag dna ternak.
“Kami sudah edukasi. Walaupun ada MSS bukan berarti masyarakat tidak boleh memakan daging babi, tetapi cara mengolahnya yang harus diperhatikan. Olahan babi juga harus dalam kondisi matang,” ucap Bayu Brahmasta. 7 mis
Komentar