Berikan Pilihan Buat Rakyat, Layak 3 Paket Cagub-Cawagub
Peta politik di Bali jelang Pilgub Bali 2018 sudah makin menghangat. Dari perolehan kursi hasil Pileg 2014 lalu, peluang koalisi parpol 3 paket Cagub-Cawagub layak disodorkan kepada masyarakat di Pilgub Bali 2018 mendatang.
DENPASAR, NusaBali
Pengamat politik dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, Dr I Nyoman Subanda mengatakan, ada peluang 3 paket Cagub-Cawagub bertarung di Pilgub Bali 2018. Subanda juga mengatakan rakyat diberikan banyak pilihan calon semakin menunjukkan kemajuan demokrasi.
Kata Subanda, saat ini rakyat baru tahu dan disuguhkan dengan kemungkinan 2 calon yakni I Wayan Koster, politisi asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula Buleleng yang akan diusung dari PDIP dan I Ketut Sudikerta, politisi asal Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan yang akan diusung dari Partai Golkar. Namun ada peluang 3 paket cagub-cawagub. “Kalau menurut saya masyarakat harus diberikan banyak pilihan. Kalau melihat peta politik peluang koalisi dan perolehan kursi di Pileg 2014 bisa 3 paket calon diusung oleh partai politik,” ujar Subanda di Denpasar, Senin (12/6).
Subanda membeber saat ini PDIP dengan kekuatan kursi DPRD Bali 43,54 persen (24 kursi) bisa mengusung calon secara mandiri. Demikian Golkar dengan kekuatan 20,00 persen (11 kursi) bisa mengusung sendiri. Sisanya Partai Demokrat dengan kekuatan 14,52 persen (8 kursi), Partai Gerindra 12,54 persen (7 kursi) bisa bergabung dan mengusung calon. Sementara partai lain seperti PAN, Hanura, PKPI masing-masing derngan 1 kursi DPRD Bali bisa bebas menentukan koalisi. “Jadi ada peluang 3 paket calon dari partai politik,” beber Subanda.
Subanda mengatakan, partai-partai politik yang memiliki 1 kursi DPRD Bali bisa mengarahkan dukungan ke mana saja dan sudah dilakukan oleh Partai Hanura dengan mengarah merapat ke KBS. Sementara PKPI dan PAN masih bisa berpeluang untuk mempekuat partai lain, karena masih sedang penjajakan. “Sangat terbuka sekali 3 paket cagub-cawagub akan bertarung kalau syarat mengusung calon digunakan,” ujar Subanda.
Tetapi Subanda menyebutkan untuk mendulang kemenangan di Pilgub Bali 2018, tentu memang head to head diinginkan parpol non PDIP. Caranya berkoalisi besar. “Head to head bisa terjadi karena keinginan partai untuk menang. Tetapi untuk memberikan calon pemimpin alternatif untuk rakyat itu harus lebih dari 2 paket calon,” ujar Subanda.
Dengan adanya gerakan Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, menurut Subanda bisa saja muncul kandidat independen . “Namun Rai Mantra tidak murni dengan kekuatan independen. Dia itu diback up kekuatan Partai NasDem. Di DKI Jakarta saja ada gerakan independen murni, walaupun akhirnya ke partai politik juga,” ujar pria asal Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng ini.
Subanda menyebutkan saat ini dari partai politik baru Koster dan Sudikerta yang berpeluang mendapatkan rekomendasi. Koster dengan sebutan KBS (Koster Bali Satu) dan Sudikerta dengan sebutan SGB (Sudikerta Gubernur Bali) sedang menunggu rekomendasi. “KBS masih menunggu rekomendasi DPP PDIP. Sudikerta sudah dapat tiket Cagub, itupun belum final karena baru Cagub saja,” ujar Subanda.
Subanda kembali mengingatkan publik bahwa politik sekarang masih sentralisitik dalam menetapkan calon pemimpin. Dimana partai ditingkat pusat menentukan cagub-cawagub yang akan diusung. “Seperti yang kami sampaikan walaupun di daerah partai sudah berproses dari akar rumput, tetap saja di atas menentukan. “Dan bisa berubah, tidak sesuai dengan keinginan kader di bawah. Itu sudah banyak terjadi. Di sini terkesan pusat punya mau,” ujar Subanda.
Subanda mengatakan di PDIP, KBS sudah didukung 9 DPC, tetapi rekomendasi belum keluar. Sudikerta sudah didukung 9 DPD II Golkar Kabupaten dan Kota, baru tiket Cagub saja. “Terkadang inilah pola penjaringan yang tidak menyesuai¬kan dengan keinginan masyarakat. Akar rumput itu representasi rakyat. Apa kei¬nginan di bawah belum tentu dilaksanakan pusat. Semuanya masih bisa berubah,” kata Subanda, memprediksi. 7 nat
Komentar