Candi Wasan Digarap Jadi Objek Wisata Spiritual
Balai Arkeologi Bali, NTB, dan NTT kembali meneliti di Situs Candi Wasan, Pura Puseh Wasan, Banjar Blahtanah, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Gianyar.
GIANYAR, NusaBali
Penelitian ini tahap ke-24, di timur laut situs itu. Penelitian itu 14 hari, sejak Sabtu (10/6) - Jumat (23/6), melibatkan 12 peneliti, guna mencari bangunan-bangunan pendukung Candi Wasan. Dalam penelitian sebelumnya, ditemukan sebuah candi berkonstruksi batu bersusun, panjang kaki candi 11 meter, lebar 8 meter, dan tinggi 13 meter. Selian itu, ditemukan sebuah kolam luas 22 meter x lebar 7 meter dan dalam 3 meter. Temuan ini sudah dipugar Balai Pelestarian Purbakala Bali.
Setelah terungkap total, Situs Wasan di Subak Wasan ini diproyeksikan jadi objek wisata spiritual. Kepala Balai Arkeologi Bali NTB, dan NTT, Drs I Gusti Made Suarbawa menjelaskan, selama dua hari penelitian belum bisa memprediksi jenis bangunan-bangunan pendukung Situs Candi Wasan ini. Penelitian kelanjutan dari temuan tahun 2016, berupa struktur bangunan batu padas (tufa). Karena keterbatasan waktu dan anggaran, kata dia, belum banyak yang bisa digali mengenai bangunan pendukung candi. “Dilihat dari tekstur tanahnya, bisa diperkirakan bangunan ini sempat tertimbun akibat bencana banjir banding, dan dampak abu vulkanis Gunung Rinjani di Lombok zaman dulu,” jelasnya.
Kata Suarbawa, keinginan meneliti tidak pupus meneliti karena ada kecurigaan akan adanya bangunan lain yang belum terungkap. Sehingga area inji digali lagi tahun 2011-2017 ini.
Menurut Suarbawa, kompleks Situs Candi Wasan diperkirakan berasal dari abad XIII-XIV Masehi, didasarkan langgam arca Brahma Catur Muka, perwujudan Bhatara-Bhatari dan arca Nandhi yang lapiknya berhiaskan tengkorak. Selain itu, ditemukan arca Ganesa, Lingga-Yoni, arca perwujudan dan arca binatang. Temuan Situs Candi Wasan tak terlepas dari peranan tokoh peneliti asal Belanda JC Krishman yang pertama mengunjungi situs Wasan tahun 1950. Saat itu, pangemong pura memanfaatkan situs itu untuk pemujaan. Lanjut, Balai Arkeologi Denpasar mengobservasi ke lokasi dan menemukan sejumlah peninggalan arca abad XIV. “Observasi pun tidak sengaja. Tahun 1986, peneliti balai sedang meneliti di Cangi, Batuan Kaler, lanjut ke Situs Wasan,” jelasnya.
Pemangku Pura Puseh Wasan, Jro Mangku Wayan Lasia Siaja,48, sangat mendukung penelitian ini supaya masyarakat tahu tentang sejarah dari situs Wasan. Pura Puseh Wasan diempon 10 KK, yakni 5 KK dari Banjar Blahtanah, Desa Batuan Kaler, 1 KK dari Banjar Tangkeban, Desa Batubulan Kangin dan 4 KK dari Banjar Kenanga, Desa Batubulan Kangin.
Keberadaan Candi yang sangat strategis di daerah lintasan Denpasar-Gianyar, memungkinkan situs ini menjadi daya tarik wisata.
Hal sama diungkapkan Jro Mangku Wayan Lasia Siaja, karea beberapa kali sejumlah wisatawan asing berkunjung ke situs ini. “Sudah banyak dan sering tamu dari Belanda dan Perancis datang kesini. Katanya mereka dapat informasi di internet. Datang kesini untuk tujuan wisata spiritual,” jelasnya. *nvi
Penelitian ini tahap ke-24, di timur laut situs itu. Penelitian itu 14 hari, sejak Sabtu (10/6) - Jumat (23/6), melibatkan 12 peneliti, guna mencari bangunan-bangunan pendukung Candi Wasan. Dalam penelitian sebelumnya, ditemukan sebuah candi berkonstruksi batu bersusun, panjang kaki candi 11 meter, lebar 8 meter, dan tinggi 13 meter. Selian itu, ditemukan sebuah kolam luas 22 meter x lebar 7 meter dan dalam 3 meter. Temuan ini sudah dipugar Balai Pelestarian Purbakala Bali.
Setelah terungkap total, Situs Wasan di Subak Wasan ini diproyeksikan jadi objek wisata spiritual. Kepala Balai Arkeologi Bali NTB, dan NTT, Drs I Gusti Made Suarbawa menjelaskan, selama dua hari penelitian belum bisa memprediksi jenis bangunan-bangunan pendukung Situs Candi Wasan ini. Penelitian kelanjutan dari temuan tahun 2016, berupa struktur bangunan batu padas (tufa). Karena keterbatasan waktu dan anggaran, kata dia, belum banyak yang bisa digali mengenai bangunan pendukung candi. “Dilihat dari tekstur tanahnya, bisa diperkirakan bangunan ini sempat tertimbun akibat bencana banjir banding, dan dampak abu vulkanis Gunung Rinjani di Lombok zaman dulu,” jelasnya.
Kata Suarbawa, keinginan meneliti tidak pupus meneliti karena ada kecurigaan akan adanya bangunan lain yang belum terungkap. Sehingga area inji digali lagi tahun 2011-2017 ini.
Menurut Suarbawa, kompleks Situs Candi Wasan diperkirakan berasal dari abad XIII-XIV Masehi, didasarkan langgam arca Brahma Catur Muka, perwujudan Bhatara-Bhatari dan arca Nandhi yang lapiknya berhiaskan tengkorak. Selain itu, ditemukan arca Ganesa, Lingga-Yoni, arca perwujudan dan arca binatang. Temuan Situs Candi Wasan tak terlepas dari peranan tokoh peneliti asal Belanda JC Krishman yang pertama mengunjungi situs Wasan tahun 1950. Saat itu, pangemong pura memanfaatkan situs itu untuk pemujaan. Lanjut, Balai Arkeologi Denpasar mengobservasi ke lokasi dan menemukan sejumlah peninggalan arca abad XIV. “Observasi pun tidak sengaja. Tahun 1986, peneliti balai sedang meneliti di Cangi, Batuan Kaler, lanjut ke Situs Wasan,” jelasnya.
Pemangku Pura Puseh Wasan, Jro Mangku Wayan Lasia Siaja,48, sangat mendukung penelitian ini supaya masyarakat tahu tentang sejarah dari situs Wasan. Pura Puseh Wasan diempon 10 KK, yakni 5 KK dari Banjar Blahtanah, Desa Batuan Kaler, 1 KK dari Banjar Tangkeban, Desa Batubulan Kangin dan 4 KK dari Banjar Kenanga, Desa Batubulan Kangin.
Keberadaan Candi yang sangat strategis di daerah lintasan Denpasar-Gianyar, memungkinkan situs ini menjadi daya tarik wisata.
Hal sama diungkapkan Jro Mangku Wayan Lasia Siaja, karea beberapa kali sejumlah wisatawan asing berkunjung ke situs ini. “Sudah banyak dan sering tamu dari Belanda dan Perancis datang kesini. Katanya mereka dapat informasi di internet. Datang kesini untuk tujuan wisata spiritual,” jelasnya. *nvi
Komentar