Seniman Cilik Suarakan Penyelamatan Hutan
Pentas seni Barong Bangkung yang dikemas menyerupai dolanan ini total menggunakan seniman cilik yang sebagian besar masih SD dan SMP
DENPASAR, NusaBali
Kondisi hutan di Bali kini cukup memprihatinkan. Berbicara hutan, maka bersentuhan langsung dengan kehidupan mahluk hidup dan semesta, termasuk kondisi air. Inilah yang diangkat Sanggar Gopala Sari, Desa Sading, Badung pada Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXIX tahun 2017. Permasalahan itu, dibalut dalam kesenian Barong Bangkung di Kalangan Ayodya Taman Budaya Bali, Selasa (13/6).
Sanggar Gopala Sari mengangkat tema Alas Harum yang bermakna keasrian dan kelestarian hutan yang merupakan habitat makhluk hidup. Ceritanya, ada seekor monyet yang masuk ke perumahan penduduk. Hal ini dikarenakan adanya perusakan hutan oleh manusia. Karenanya, dilakukanlah tradisi menarikan Barong Bangkung guna menetralisir adanya pengaruh negatif dalam diri manusia, sehingga keinginan untuk merusak hutan dapat dihindarkan. “Eksploitasi hutan yang cukup marak perlu dilakukan revitalisasi hutan. Kami berharap, dengan adanya pementasan ini masyarakat turut andil dalam pelestarian lingkungan,” ungkap Penasehat Sanggar Gopala Sari, I Putu Ardana.
Pentas seni Barong Bangkung yang dikemas menyerupai dolanan ini total menggunakan seniman cilik yang sebagian besar masih SD dan SMP. Untuk bisa tampil maksimal, dia mengaku menyiapkan garapan hampir dua bulan. Hal ini karena melatih anak-anak perlu teknik khusus dan kesabaran yang ekstra. “Mengajar anak-anak tidak bisa main perintah. Perlu kesabaran dan strategi khusus agar anak-anak dalam memainkan diiringi dengan rasa senang dan tidak dalam keadaan terpaksa,” pumgkasnya.
Tak pelak penonton merasa terhibur dengan aksi para seniman cilik kala itu. Tribun Kalangan Ayodya, bahkan penuh karena antusias penonton menanti atraksi-atraksi lucu yang dibawakan. *in
Kondisi hutan di Bali kini cukup memprihatinkan. Berbicara hutan, maka bersentuhan langsung dengan kehidupan mahluk hidup dan semesta, termasuk kondisi air. Inilah yang diangkat Sanggar Gopala Sari, Desa Sading, Badung pada Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXIX tahun 2017. Permasalahan itu, dibalut dalam kesenian Barong Bangkung di Kalangan Ayodya Taman Budaya Bali, Selasa (13/6).
Sanggar Gopala Sari mengangkat tema Alas Harum yang bermakna keasrian dan kelestarian hutan yang merupakan habitat makhluk hidup. Ceritanya, ada seekor monyet yang masuk ke perumahan penduduk. Hal ini dikarenakan adanya perusakan hutan oleh manusia. Karenanya, dilakukanlah tradisi menarikan Barong Bangkung guna menetralisir adanya pengaruh negatif dalam diri manusia, sehingga keinginan untuk merusak hutan dapat dihindarkan. “Eksploitasi hutan yang cukup marak perlu dilakukan revitalisasi hutan. Kami berharap, dengan adanya pementasan ini masyarakat turut andil dalam pelestarian lingkungan,” ungkap Penasehat Sanggar Gopala Sari, I Putu Ardana.
Pentas seni Barong Bangkung yang dikemas menyerupai dolanan ini total menggunakan seniman cilik yang sebagian besar masih SD dan SMP. Untuk bisa tampil maksimal, dia mengaku menyiapkan garapan hampir dua bulan. Hal ini karena melatih anak-anak perlu teknik khusus dan kesabaran yang ekstra. “Mengajar anak-anak tidak bisa main perintah. Perlu kesabaran dan strategi khusus agar anak-anak dalam memainkan diiringi dengan rasa senang dan tidak dalam keadaan terpaksa,” pumgkasnya.
Tak pelak penonton merasa terhibur dengan aksi para seniman cilik kala itu. Tribun Kalangan Ayodya, bahkan penuh karena antusias penonton menanti atraksi-atraksi lucu yang dibawakan. *in
1
Komentar