Cak Massal Libatkan 1.000 Siswa SD-SMP Semarakkan Hardiknas di Kabupaten Klungkung
Tampilkan Kisah Tentang Bhakti Seorang Murid Terhadap Gurunya
Cak Kolosal
Kecak Massal
Hardiknas
Hari Pendidikan Nasional
Alun-Alun Ida Dewa Agung Jambe
Disdikpora Klungkung
Berlandaskan rasa bhakti terhadap guru, giat belajar, pantang menyerah serta rasa tanggung jawab, dicapailah keberhasilan dan siswa berhak menerima penghargaan.
SEMARAPURA, NusaBali
Sebanyak 1.000 siswa tingkat SD dan SMP pentaskan Cak Massal Edukatif dan Inovatif saat pembukaan pameran pendidikan dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Alun-alun I Dewa Agung Jambe, Kota Semarapura, Klungkung, Selasa (16/5) sore.
Adapun siswa yang terlibat, yakni SD dan SMP di Klungkung daratan dengan rincian SD dan SMP Kecamatan Banjarangkan 250 orang, Kecamatan Klungkung 500 orang, dan Kecamatan Dawan 250 orang. Sedangkan pelatih dan penata dari MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) SMP Seni Budaya Kabupaten Klungkung.
Cak massal ini menceritakan seorang pendeta yang bernama Bhagawan Domya yang pasramannya berada di Ayodya Pura, dan memiliki tiga orang sisya (murid) yang bernama Sang Arunika, Sang Utamaniu, dan Sang Weda. Ketiga siswa ini diuji pengetahuan, keuletan, dan kesetiaannya sebagai wujud rasa bakti terhadap guru. Sang Arunika diberikan tugas menggarap sawah, Sang Utamaniu menggembala sapi dan Sang Weda menjadi juru masak di dapur.
Diawali dari kisah Sang Arunika, sebelum dianugrahi Dharma Sastra, diberi tugas untuk menggarap sawah. Dengan dilandasi rasa berbhakti terhadap Sang Guru, dia mengerjakan tugas itu dengan senang hati. Tantangan berat ia alami. Ketika sawah telah digarap, benih padi telah ditanam, di tengah malam yang gelap gulita datanglah hujan lebat, disertai dengan angin kencang. Sontak dia terbangun dari tidurnya dan berlarian menuju sawah.
Air bah yang besar telah menjebol pematang sawah dan merendam benih padi yang baru ditanamnya. Namun ia tidak putus asa dan menyerah begitu saja. Berulangkali telah dibendung, namun semua itu sia-sia. Hingga akhirnya dia harus merebahkan dirinya di pematang untuk membendung air, sehingga benih padinya terhindar dari rendaman air. Hal ini diketahui oleh gurunya yang membuatnya kagum akan usaha Sang Arunika, sehingga dia dianugrahi mantra yang dapat memenuhi segala keinginannya.
Demikian pula Sang Utamanyu yang diberikan tugas untuk menggembala lembu, juga mengalami proses ujian yang berat. Bukan saja harus menahan rasa haus dan lapar, hingga mengalami kebutaan dan tercemplung dalam sumur tua. Namun berkat rasa bhakti, kejujuran, dan pantang menyerah dalam melaksanakan tugasnya, membuat Bhagawan Dhomya berkenan atas perilaku Sang Utamanyu dan menyembuhkan kembali kebutaannya. Dia pun dianugerahi Acwina Mantra.
Sementara Sang Weda, murid ketiga dari Bhagawan Dhomya mendapatkan tugas sebagai juru masak. Masakannya selalu menyenangkan hati gurunya. Sebagai seorang siswa yang berbakti dia tidak makan sebelum gurunya makan. Tanpa halangan yang berarti, tantangan terlewati dengan lancar. Da pun dianugrahi mantra sakti yang dapat memenuhi segala keinginannya.
Demikian kisah ujian yang dilakukan oleh ketiga murid Bhadawan Dhomya. Dengan berlandaskan rasa bhakti terhadap guru, giat belajar pantang menyerah dan berputus asa serta rasa tanggung jawab, dicapailah keberhasilan dan berhak menerima penghargaan.
Sang Arunika dianugrahi gelar Dharma Sastra, Sang Utamaniu dianugrahi gelar Acwina Mantra, yaitu mantra untuk Dewa Aswini sebagai dewanya obat-obatan. Atas anugerah itu, dia menyandang status sebagai seorang tabib yang hebat, serta Sang Weda dianugrahi Weda Mantra yang bisa memenuhi segala keinginan. Demikian pula rasa pantang menyerah dan putus asa menyebabkan mereka memiliki kedyatmikan (pengetahuan), keterampilan, dan budi pekerti yang luhur yang merupakan generasi emas di 100 tahun Indonesia Merdeka yang kelak menjadi pemimpin bangsa ini.
Kadis Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Klungkung I Ketut Sujana mengatakan pentas cak massal ini diawali 100 orang penari masuk dari empat penjuru arah mata angin, kemudian membentuk lingkaran besar di tengah. Bagawan Domya datang memberi wejangan dan arahan khusus kepada Sang Arunika, Sang Utamaniu, dan Sang Weda yang akan diuji kepandaian, keteguhan, dan kesetiaannya terhadap sang guru.
Ketiga orang sisya menjalani ujian, yaitu Sang Arunika ditugaskan bekerja di sawah, Sang Utamaniu mengembala sapi, dan Sang Weda ditugaskan menjadi juru masak di dapur. Ketiga orang sisya telah berhasil menjalani ujian dan masing-masing diberi gelar kesaktian, Sang Arunika diberi gelar ‘Darma Sastra’, Sang Utamaniu diberi gelar ‘Acwina Mantra’, dan Sang weda diberi gelar ‘Weda Mantra’.
Bagawan Domya memberikan selembar kain berwarna merah, hitam, dan putih kepada masing-masing sisyanya, lalu dibentangkan dari timur ke barat sepanjang 5 meter. Kata Sujana, tari cak kolosal ini melibatkan 1.000 orang penari dari siswa SD dan SMP serangkaian Hardiknas. Selain itu juga diisi pameran pendidikan. "Kegiatan ini untuk meramaikan, kolaboratif, kebersamaan, dengan konsep bergerak bersama untuk mencapai merdeka belajar," kata Sujana.
Terpisah, Kepala Sekolah (Kasek) SMPN 1 Semarapura, I Nyoman Karyawan, mengatakan SMPN 1 Semarapura berpartisipasi sebanyak 70 orang. Sebelum latihan bersama anak-anak mempelajari naskah cak dan rekaman suara dari pelatih didampingi para guru di sekolah masing-masing. Latihan telah dilakukan secara sporadis per kecamatan.
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta mengucapkan terimakasih dan tentunya ajang seperti ini bisa terus dilaksanakan untuk memberikan ruang bagi anak-anak untuk pentas ketika mereka menjadi bintang. "Terimakasih sudah mengimplementasikan permintaan saya agar para bintang juara yang mewakili Klungkung harus ditempatkan di tempat ini, bersamaan dengan pengembangan seni dan budaya oleh masing-masing sekolah," ujar Bupati Suwirta. 7 wan
Komentar