Sering Kejadian Aneh, SDN 1 Buahan Gelar Rsi Gana
GIANYAR, NusaBali - SDN 1 Buahan di Banjar Majangan, Desa Buahan Kaja, Kecamatan Payangan, Gianyar menggelar pacaruan Rsi Gana bertepatan dengan piodalan Saraswati, Saniscara Umanis Watugunung, Sabtu (20/5).
Pacaruan Rsi Gana dilatarbelakangi sejumlah kejadian aneh di luar nalar yang sering terjadi di SDN 1 Buahan. Pacaruan dirangkai dengan Nyakap Karang, Mlaspas, dan Mendem Padagingan pada Sukra Kliwon Watugunung, Jumat (19/5).
Upacara dipuput Ida Pandita Empu dari Geria Uma Anyar, Giri Kusuma, Payangan. Dihadiri Kabid Sapras Disdik Gianyar I Wayan Sila, Camat Payangan I Wayan Widana, Perbekel dan Ketua BPD Desa Buahan, prajuru dan pamangku desa adat pengempon. Kasek SDN 1 Buahan Ni Nengah Astiti SPd MPd mengungkapkan, sejak setahun lalu banyak peristiwa yang dialami. Seperti saat PPDB tahun lalu, saat menghitung anak-anak siswa baru dari daftar orangnya itu-itu saja. Tapi saat dihitung selalu lebih satu orang. “Guru kelas sampai menghitung tiga kali selalu lebih. Padahal disesuaikan dengan siswa yang mendaftar tetap itu-itu saja,” ujarnya.
iceritakan pula, ada juga siswa sering kesurupan, sering ngamuk di sekolah tanpa diketahui penyebabnya. Ada juga siswa yang memalak uang jajan teman untuk belanja di rumahnya. Dari informasi warga sekitar, Astiti menceritakan bahwa sejak sebelumnya sering terjadi peristiwa yang tidak diinginkan di sekolah. “Sempat ada siswa yang kesurupan di sekolah, siswa jatuh dan patah tulang, ada juga siswa jatuh giginya patah, bahkan sempat ada siswa tertabrak lari di depan gerbang sekolah hingga patah tulang,” ungkap Astiti.
Kejadian-kejadian aneh tersebut diyakini disebabkan oleh faktor niskala. Di antaranya, adanya lahan bekas jalan setra Desa Adat Tengipis yang sejak Tahun 1982 dijadikan lahan sekolah. Ada pula bangunan palinggih Padmasana, Tugu Karang, dan Palinggih Indra Blaka yang secara fisik sudah selesai tapi belum upacara mlaspas dan mendem padagingan. “Jadi selama ini sering terjadi kejadian aneh di sekolah yang menganggu kenyamanan proses belajar dan mengajar,” jelasnya.
Berdasarkan fakta tersebut, komite sekolah berembuk dengan kepala sekolah guru, prajuru adat dan dinas, perbekel, Ketua BPD Desa Buahan dan Desa Buahan Kaja. “Kami berterima kasih kepada desa adat pengempon yang telah mendukung terselenggaranya upacara ini. Semoga dengan upacara ini siswa, guru, dan pegawai mendapatkan keselamatan dan bisa melaksanakan tugas dengan baik untuk kemajuan pendidikan anak-anak kami,” harap Astiti.
Kondisi ini pun membuat Desa Adat Majangan, Desa Adat Tengipis, Desa Adat Sriteja, Desa Buahan Kaja dan Desa Adat Gambih Desa Buahan mendesak agar upacara segera dilaksanakan. Para bendesa khawatir peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan tersebut bisa menganggu proses belajar dan mengajar di SDN 1 Buahan. “Dalam rapat komite, kami sepakat berupaya mapunia agar upacara bisa segera digelar. Biaya upakara ditanggung sepenuhnya dari punia desa adat pengempon. Karena itu, upacara kami laksanakan dengan sangat sederhana,” terang Astiti.
Bendesa Adat Majangan, I Wayan Wirawan mengungkapkan SDN 1 Buahan merupakan tumpuan pembangunan SDM desa adat pengempon. Selama ini hampir semua krama di desa adat pengempon mengenyam pendidikan dasar di SDN 1 Buahan. Bahkan mungkin juga ke depan, sekolah ini akan menjadi tempat menimba ilmu dari anak dan cucu. “Sekolah ini milik kami. Kami akan berupaya demi kenyamanan dan keamanan anak dan cucu kami,” ujarnya. 7 nvi
Komentar