Jauhkan Balita dari Gadget, Tumbuhkembangkan dengan Buku Bercerita dan Mewarnai
DENPASAR, NusaBali.com – Era digital bukan berarti melepaskan sang buah hati dengan berbagai gadget. Terutama untuk buah hati yang berusia di bawah 5 tahun, ayah bunda mesti waspada.
Tren penggunaan gadget pada balita ini memang tak terbendung. Orang tua beranggapan sudah sewajarnya balita diperkenalkan dengan era digital. Apalagi ketika tengok kanan-kiri, balita-balita yang lain juga akrab ‘bermain’ gadget atau menyaksikan layar gadget.
Bagi orangtua yang memiliki kesibukan dan mengatasi buah hati yang rewel, acapkali gadget menjadi senjata ampuh untuk menenangkan sang buah hati. Benarkah cara itu?
Psikolog Dra Retno IG Kusuma MKes mewanti-wanti agar orangtua tak membiarkan buah hati bermain gadget. “Banyak ditemui kasus kelambatan bicara pada anak-anak yang dipicu oleh gadget,” ujar Retno.
Hal ini, lanjut Retno, karena balita dilepaskan asik bermain gadget. “Gadget adalah trigger. Bahkan orangtua tidak tahu sejak kapan anak autis, karena kontak mata lebih tertuju pada gadget,” ujar Retno.
Jika asik dengan gadget, kata Retno, perkembangan panca indra lainnya menjadi tidak berkembang. Pasalnya, anak-anak menjadi lebih mendorong pada visualnya. Lebih parah lagi jika tidak mengenal sosialisasi dengan lingkungan.
Permasalahan pada anak-anak, khususnya balita, ini memang tengah menjadi problem bagi para orangtua. Karena gadget dinilai cara ampuh mengatasi kerewelan sang buah hati. Padahal tindakan ini sama dengan menjerumuskan sang buah hati.
Berdasar riset akademisi kedokteran dan psikologi di AS, untuk usia 3-5 tahun hanya boleh main gadget selama 1 jam. Sedangkan untuk usia 6 hingga 17 tahun berdurasi 2 jam. Bahkan untuk usia 0-2 tahun sama sekali tidak boleh terpapar gadget.
Jika diabaikan, risiko yang dialami adalah gangguan pertumbuhan pada anak. Tumbuh kembang menjadi lambat, kelainan mental, peningkatan risiko depresi. Bahkan ada istilah pikun digital yakni kesulitan berfokus pada satu hal. Belum lagi risiko radiasi emisi lantaran terlalu berinteraksi terus-menerus dengan smartphone.
“Menyikapi kondisi inilah kami meluncurkan interactive board book,” kata Ang Lilyana, Product Manager Faber-Castell International Indonesia.
Sesuai namanya, buku ini didesain untuk menjadi pilihan para orangtua untuk memberikan pengalaman berbeda bagi si kecil, karena buku bercerita ini memiliki banyak keunggulan diantaranya, halaman yang tebal sehingga tidak mudah robek dan hadir dalam dua bahasa (dual lingual) sehingga dapat menambah kemampuan bahasa anak.
“Selain itu, melaui produk ini si kecil secara tidak langsung akan mempelajari warna, bentuk dan tentunya mendorong interaksi saat membaca serta mendukung perkembangan motorik halus anak,” ungkap Lily.
Interactive Board Book hadir dalam dua edisi perdana, buku ini menampilkan 3 tokoh fabel, yakni Jojo, Lala dan Franky yang tentunya menarik bagi anak-anak, dan sudah mendapatkan tinjauan dari psikolog anak sehingga sangat dianjurkan menjadi pilihan bagi orangtua.
Perkenalan buku bercerita interaktif ini dilakukan Faber-Castell International Indonesia di Denpasar pada Rabu (24/5/2023).
Buku bercerita interaktif ini merupakan bagian dari varian Little Creative Faber-Castell hadir di segmen usia pra sekolah (0-4 tahun).
Selain Interactive Board Book diluncurkan pula produk-produk untuk mewarnai dan membuat craft.
“Produk-produk ini dilengkapi beberapa keunggulan, salah satunya ergonomic, sehingga nyaman untuk si buah hati saat pertama kali menggoreskan warna.S elain itu Little Creative Faber-Castell juga sangat aman, karena gampang dicuci (washable) dan tidak mengandung racun (toxic), serta hanya menghadirkan warna-warna primer yang berfungsi mengajarkan warna dasar bagi anak,” terang Product Manager Faber-Castell International Indonesia, Richard Panelewen.
Little Creative Faber-Castell sendiri hadir berdasarkan hasil survey internal yang dilakukan oleh Faber-Castell, dan menjadi jawaban atas kebutuhan pasar untuk produk-produk berkualitas di usia 0-4 tahun, dimana sebelumnya Faber-Castell telah hadir melalui kategori produk Play & Learning untuk usia 4-12 tahun.
Di usia 0-4 tahun, anak-anak usia pra sekolah tentunya membutuhkan produk-produk yang berkualitas, karena di usia tersebut masuk dalam kategori ‘golden age’ dimana anak mulai aktif sesuai masa tumbuh kembangnya.
“Dengan produk-produk ini, diharapkan akan mendorong kemampuan anak dalam hal ini kemampuan motorik halus, persepsi visual dan kemampuan belajar pra menulis seperti menggenggam dan menggunakan pensil, menggambar, menulis, meniru bentuk, mewarnai.
Mengomentari produk untuk balita ini, Retno selaku seorang psikolog pun menyambut gembira.
Sang buah hati bisa membolak-balik buku bercerita bergambar dengan interaksi menggerakkan, menggeser, menekan gambar pada buku interaktif tersebut.
Bahkan buku bercerita interaktif maupun peralatan mewarnai bisa lebih mendekatkan dengan orangtua. “Jika orangtua membacakan buku sembari memeluk anak, akan memberikan kenyamanan bagi anak sehingga makin ada kedekatan dengan buah hati,” ujar Retno.
Komentar