Jelang Libur Panjang Sekolah, Pengelola DTW Siap-siap Terima Luberan Pengunjung
DENPASAR, NusaBali - Para pengelola daya tarik wisata (DTW) meningkatkan kesiapan jelang musim liburan panjang sekolah, Juni-Juli. Tujuannya memberi pelayanan sebaik mungkin kepada tamu atau wisatawan, terutama wisatawan domestik yang diperkirakan meningkat kedatangannya.
DTW Monkey Forest atau Hutan Kera Sangeh, di Desa/Adat Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Badung. Pihak manajemen ini melakukan normalisasi jam kerja petugas. Dari 4 hari seminggu, kini kerja penuh 7 hari seminggu.
“Astungkara, kunjungan sudah membaik, sekitar 200 orang per hari,” ucap I Made Mohon, Manajer DTW Sangeh, Sabtu(27/5).
Dari 200 pengunjung, sebagian besar wisman, asal negara- negara Eropa, Australia, Asia dan lainnya. “Wisdom untuk saat ini sekitar 20-an orang per hari. Masih sedikit,” lanjut Mohon.
Seiring musim libur panjang yang akan datang, Mohon mengiyakan kemungkinan pengunjung domestik akan meningkat. Terutama rombongan tur anak-anak sekolah maupun rombongan tur lainnya.
“Karenanya jam kerja petugas sekarang kembali seperti biasa, penuh dalam sepekan,” terangnya.
Sebelumnya, petugas pengelola kerja 4 hari dalam sepekan. Hal itu karena kunjungan belum terlalu ramai, pasca pandemi. “Sekarang astungkara semakin ramai,” ujarnya.
Dijelaskan Mohon ada 21 orang karyawan pengelola DTW Sangeh. Mereka dibagi dalam 2 shift penugasan, yakni shift pagi dan shift sore.
Demikian juga DTW Taman Ayun. “Kami di Taman Ayun, selalu siap. Hal itu sudah meniadi SOP di sini,” ujar I Made Suandi, Manajer DTW Taman Ayun.
Sebagai DTW yang berstatus Warisan Budaya Dunia(dari Unesco), Taman Ayun bisa dikatakan pernah sepi pengunjung. Rata-rata pengunjung harian belakangan ini 500 orang. Bisa dikatakan hampir semuanya wisman.
“Jumlah pengunjung masih di bawah sebelum pandemi,” ungkap Sandi.
Karena sebelum pandemi, pengunjung atau wisatawan yang datang ke Taman Ayun rata-rata 1.000 orang setiap hari.
Keunikan dan otentitas Taman Ayun menjadi alasan mengapa wisman banyak datang menyaksikan Taman Ayun, pura kuna dari zaman Kerajaan Mengwi.
“Taman Ayun memang bukan objek bergerak, melain obyek tak bergerak. Namun keasliannya terjaga. Itu yang menarik sebagian besar wisman,” ucapnya.
Penyediaan sarana mulai dari toilet, ruang informasi, layanan pemakaian kamen atau kain dan pemantauan merupakan Standar Operasional Prosedur (SOP) di Taman Ayun. Kata Suandi, SOP tersebut merupakan bagian dari upaya berkelanjutan menjadikan Taman Ayun sebagai DTW dengan layanan berkualitas.
SOP tersebut berlaku dan diperuntukkan bagi pengunjung, baik wisman maupun wisdom. “Untuk wisdom jarang yang datang. Hanya sesekali, seperti rombongan anak sekolah,” ujar Suandi. K17.
1
Komentar