Unik, Eropa Gandrungi Produksi Gerabah Bali
Negara-negara Eropa, Amerika termasuk beberapa negara di Asia merupakan pasar ekspor produk kerajinan gerabah Bali.
DENPASAR, NusaBali
Negara-negara tersebut di antaranya Jerman, Inggris, Prancis, dan yang lainnya. Sedang di Asia adalah Cina dan Jepang. Sebagian besar benda gerabah tersebut untuk kepentingan perlengkapan properti. Salah satunya untuk dekorasi. Nilai plus produk gerabah Bali, adalah kualitas, yakni kekuatan dan desain serta motif hias yang unik.
Para perajin dan pengelola kerajinan gerabah di Denpasar dan sekitarnya, menuturkan memang itulah salah satu cara untuk menjamin pasar. “Kita harus berani tunjukkan kualitas di depan mereka, para konsumen,” ucap Roby, seorang pengelola kerajinan gerabah di kawasan Bypass I Gusti Ngurah Rai Tohpati Denpasar, Kamis (15/6).
Untuk membuktikan itu, kata Roby, tak jarang pihaknya menunjukkan kekuatan gerabah produksi lokal yakni oleh perajin. Mulai dari menaiki dengan memberi beban, untuk mengukur daya tahan dan kekuatan gerabah. “Kualitas tersebut penting, karena di Eropa suhu kan kadang ekstrem, yang berpengaruh terhadap barang,” kata Roby. Sejauh ini, kualitas dan keunikan desein tetap dipertahankan, sehingga permintaan masih ada. “Walau tidak ramai, tetap masih ada pesanan,” kata Roby.
Sebelumnya hal senada disampaikan I Gede Megantara, karyawan salah satu sentra kerajinan gerabah lainnya di kawasan Tohpati, Denpasar. “Gerabah ini dibuat di sini,” ujar Megantara. Kata dia mulai dari proses pengolahan bahan (tanah liat), pembuatan, hingga pembakaran sampai finishing dilakukan di bengkel atau sentra. Hanya bahan baku berupa tanah liat khas untuk gerabah, kebanyakan didatangkan dari luar daerah. Di antaranya dari Sragen (Jawa Tengah), juga dari Jakarta.
Selain menyasar pasar ekspor, perajin gerabah juga tetap mengandalkan pasar lokal. Sama dengan ekspor, untuk pasar lokal menyasar pada perlengkapan property, industri pariwisata, juga kolektor.
“Pasar lokal ini yang cukup membantu di saat pasaran eksepor melemah,” ujar Megantara. Produk dominan yang digandrungi adalah bentuk gentong dengan motif dan hiasan yang antik. Diantaranya motif bunga, satwa dan motif campuran lainnya. Termasuk motif garis-garis.
Tidak hanya gentong besar dengan beragam ukuran diantaranya tinggi 1,20 meter tinggi dan garis tengah 1 meter, para perajin juga membuat gerabah dengan ukuran yang lebih mini. Gerabah mini berupa sangku untuk wadah tirta (air suci) yang banyak dibutuhkan di Bali. Harga gerabah juga bergantung pada besar ukuran, motif dan tentu saja proses tawar-menawar. Namun yang jelas untuk gentong gerabah besar yang tinggi maupun garis tengahnya lebih dari 1 meter harga lebih dari Rp 2 juta. *k17
Negara-negara tersebut di antaranya Jerman, Inggris, Prancis, dan yang lainnya. Sedang di Asia adalah Cina dan Jepang. Sebagian besar benda gerabah tersebut untuk kepentingan perlengkapan properti. Salah satunya untuk dekorasi. Nilai plus produk gerabah Bali, adalah kualitas, yakni kekuatan dan desain serta motif hias yang unik.
Para perajin dan pengelola kerajinan gerabah di Denpasar dan sekitarnya, menuturkan memang itulah salah satu cara untuk menjamin pasar. “Kita harus berani tunjukkan kualitas di depan mereka, para konsumen,” ucap Roby, seorang pengelola kerajinan gerabah di kawasan Bypass I Gusti Ngurah Rai Tohpati Denpasar, Kamis (15/6).
Untuk membuktikan itu, kata Roby, tak jarang pihaknya menunjukkan kekuatan gerabah produksi lokal yakni oleh perajin. Mulai dari menaiki dengan memberi beban, untuk mengukur daya tahan dan kekuatan gerabah. “Kualitas tersebut penting, karena di Eropa suhu kan kadang ekstrem, yang berpengaruh terhadap barang,” kata Roby. Sejauh ini, kualitas dan keunikan desein tetap dipertahankan, sehingga permintaan masih ada. “Walau tidak ramai, tetap masih ada pesanan,” kata Roby.
Sebelumnya hal senada disampaikan I Gede Megantara, karyawan salah satu sentra kerajinan gerabah lainnya di kawasan Tohpati, Denpasar. “Gerabah ini dibuat di sini,” ujar Megantara. Kata dia mulai dari proses pengolahan bahan (tanah liat), pembuatan, hingga pembakaran sampai finishing dilakukan di bengkel atau sentra. Hanya bahan baku berupa tanah liat khas untuk gerabah, kebanyakan didatangkan dari luar daerah. Di antaranya dari Sragen (Jawa Tengah), juga dari Jakarta.
Selain menyasar pasar ekspor, perajin gerabah juga tetap mengandalkan pasar lokal. Sama dengan ekspor, untuk pasar lokal menyasar pada perlengkapan property, industri pariwisata, juga kolektor.
“Pasar lokal ini yang cukup membantu di saat pasaran eksepor melemah,” ujar Megantara. Produk dominan yang digandrungi adalah bentuk gentong dengan motif dan hiasan yang antik. Diantaranya motif bunga, satwa dan motif campuran lainnya. Termasuk motif garis-garis.
Tidak hanya gentong besar dengan beragam ukuran diantaranya tinggi 1,20 meter tinggi dan garis tengah 1 meter, para perajin juga membuat gerabah dengan ukuran yang lebih mini. Gerabah mini berupa sangku untuk wadah tirta (air suci) yang banyak dibutuhkan di Bali. Harga gerabah juga bergantung pada besar ukuran, motif dan tentu saja proses tawar-menawar. Namun yang jelas untuk gentong gerabah besar yang tinggi maupun garis tengahnya lebih dari 1 meter harga lebih dari Rp 2 juta. *k17
Komentar