Festival Musik Menjamur di Bali, Peluang Musisi Lokal Berkembang
Festival musik merupakan republik kreativitas, karena di dalamnya banyak komponen yang berkolaborasi dan berkreativitas, mulai dari musisi, teknisi, hingga pelaku UMKM.
DENPASAR, NusaBali
Festival musik di Bali menjamur pasca pandemi Covid-19 berkecambuk. Seiring pariwisata mulai bangkit hampir setiap bulan masyarakat ditawarkan pesta musik. Selain tanda perekonomian Bali kembali berputar, festival musik diharapkan jadi ajang berkembangnya musisi lokal.
Konferensi Bali Digital Festival II Tahun 2023 pada Minggu (4/5) menghadirkan tema 'Bali Surga Festival Musik' dengan mendatangkan para promotor festival musik di Bali, yakni Anom Antida dan Astrid Sulaiman (Ubud Village Jazz Festival), Bagus Mantra (Bali Rockin Blues Festival), dan Go Andik (PICA Fest).
Dengan dimoderatori pengamat musik Made Adnyana keempatnya bercerita tentang awal menggelar festival musik di Bali yang 'berdarah-darah'. Menurut mereka perlu komitmen kuat untuk secara sustainable menggelar festival musik di Pulau Dewata.
"Kita ingin membangun festival kebanggaan Bali dan mendatangkan wisatawan berlibur ke Bali yang bertepatan dengan festival," ujar Anom Antida, pria asal Kesiman, Denpasar yang sempat menimba pengalaman mengadakan festival musik di Swis.
Lama di Eropa idealisme Anom meronta-ronta untuk membangun festival musik di tanah kelahirannya, hingga lahirlah Ubud Village Jazz Festival seperti saat ini. Menurutnya, dengan festival yang menghadirkan musisi-musisi internasional yang dikolaborasikan dengan musisi lokal, justru akan menjadi pemantik para musisi lokal untuk terus berkarya mengembangkan diri. "Saya sering membawa musisi Bali ke luar negeri, banyak musisi hebat di Bali," ucapnya.
Karena itu ia menyambut baik dengan semakin banyaknya festival-festival musik yang digelar di Bali. Hal yang juga menunjukkan ekonomi Bali dalam jalur yang benar. Ia pun berpesan bahwa penting sebuah festival diselenggarakan secara berkelanjutan untuk dapat dikenal masyarakat dan pada akhirnya berdampak.
Astrid Sulaiman menimpali, Ubud Village Jazz Festival menjadi ruang bagi musisi-musisi jazz lokal yang belum mendapat banyak panggung menampilkan bakatnya. Ia mengajak generasi muda di Bali untuk memanfaatkan komunitas mereka mengembangkan festival musik, agar masyarakat di Bali tidak hanya menjadi penonton.
Bagus Mantra yang membangun Bali Rockin Blues Festival sejak 2015 mengatakan, festival musik merupakan republik kreativitas, karena di dalamnya banyak komponen yang berkolaborasi dan berkreativitas, mulai dari musisi, teknisi, hingga pelaku UMKM.
Bagus Mantra juga menekankan, orang Bali harus menjadi tuan rumah di rumahnya sendiri. Ia berharap semakin banyak promotor festival yang berbasis di Bali meskipun ia juga mengakui perlu promosi dan jaringan yang kuat untuk membangun sebuah festival musik secara berkelanjutan.
"Be genuine, harus berbeda dengan yang sudah ada di pasar, kita ciptakan tren," kata Bagus Mantra.
Menurutnya, para musisi lokal juga harus memanfaatkan kesempatan dengan maraknya festival musik di Bali. Dengan perkembangan teknologi digital saat ini, ujarnya, tidak ada lagi batas antara musisi internasional, nasional, ataupun lokal. Karya-karya mereka kini dapat dinikmati oleh warga dunia dengan platform musik digital.
Sementara itu, Go Andik, salah satu penggagas PICA Fest, festival musik berbasis clothing lokal atau distro, menekankan pentingnya minat pada musik untuk membangun sebuah festival musik yang berkelanjutan. Ia mengungkapkan, PICA Fest merupakan adaptasi para pemilik distro di Bali dalam menghadapi gempuran distro dari luar Bali. 7 cr78
1
Komentar