Cegah Meningitis, Hindari Makan Lawar Merah
AMLAPURA, NusaBali - Guna mencegah munculnya penyakit meningitis, salah satu caranya agar menghindari makan lawar barak (merah). Lawar ini biasanya menggunakan darah babi yang masih mentah.
Hal itu dikatakan Direktur RSUD Karangasem dr I Gede Yuliasena, di ruang kerjanya, Jalan Ngurah Rai, Amlapura, Senin (5/6). Begitu juga, lanjut dia, sebelum mengkonsumsi daging babi, pastikan memasak daging agar benar-benar matang.
"Sementara, di RS ini belum ada gejala pasien mengarah meningitis. Tetapi, sedapat mungkin sejak dini kita hindari. Salah satu caranya hindari mengonsumsi lawar merah," jelas
Direktur Yuliasena mengingatkan, lawar merah terutama lawar babi, biasanya diolah menggunakan darah masih mentah, campur bumbu lengkap, bercampur dengan limo sehingga baunya sedap.
Banyak tukang masak bilang, jelasnya, bakteri pada darah babi untuk lawar itu telah mati karena menggunakan bumbu lengkap dan limo. "Siapa bilang bakteri ini telah mati. Karena selama ini belum pernah ada penelitian untuk darah lawar ini," jelasnya.
Hal senada diungkapkan Kabid Pelayanan RSUD Karangasem dr I Komang Wirya. "Makanya dari dulu, saat saya magibung (makan bersama secara lesehan), menghindari makan lawar merah," jelasnya. Terutama, katanya, lawar merah menggunakan darah babi, apalagi berasal dari babi yang tengah sakit. "Itu sangat rentan kena serangan bakteri," tambahnya.
Kadis Kesehatan Karangasem I Gusti Bagus Putra Pertama mengakui lawar merah rentan memicu kemunculan penyakit meningitis. "Sedapat mungkin setelah tuntas mengolah lawar merah, tukang masaknya mesti kembali memasaknya, dengan cara nyahnyah (goreng tanpa minyak) atau mengukus, sehingga bakterinya mati," pintanya.
Syukurnya, lanjut I Gusti Bagus Putra Pertama, belakangan ini di Karangasem belum ada temuan pasien diduga meningitis. Jelasnya, penyakit meningitis menyebabkan kehilangan penglihatan, gangguan pendengaran, dan kerusakan pada otak. Sebab meningitis menyerang radang selaput otak, terutama pada lapisan pelindung yang menyelimuti otak dan saraf tulang belakang.
Gejalanya, jelas dia, pernapasan lebih cepat, nyeri sendi dan otot, muncul ruam-ruam kemerahan bagian tubuh, penglihatan sensitif terhadap cahaya, selalu merasa ngantuk. "Kelompok yang rentan terserang meningitis, anak-anak, lansia, dan pengidap penyakit kronis," katanya.
Penyebab meningitis, kata I Gusti Bagus Putra Pertama, antara lain infeksi akibat virus, bakteri atau jamur. Sejumlah bakteri penyebab meningitis, streptococcos pneumonia, neiserria meningitides, dan lain-lain.
"Kami tetap pantau ketat, jika ada gejala pasien mengarah meningitis, langsung mendapatkan menangani secara khusus," lanjut alumnus FK Unud Denpasar angkatan 1997 ini.7k16
1
Komentar