Istana Masih Diam
Soal Novel yang sebut ada jenderal polisi terlibat penyiraman air keras
JAKARTA, NusaBali
Istana masih diam menyikapi tuduhan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan, terkait ada peran jenderal polisi dalam kasus penyiraman air keras awal April 2017 yang menimpanya.
Dalam sebuah wawancara dengan Majalah Time, Novel menyebutkan ada peran jenderal itu. Sekretaris Kabinet Pramono Anung memilih tidak berkomentar terkait pernyataan Novel itu. "Enggak tahu," kata Pramono mengelak, saat dimintai tanggapannya di Istana Negara, Jakarta, Kamis (15/6) seperti dilansir vivanews.
Senada dengan Pramono, Kepala Staf Presiden, Teten Masduki, juga enggan mengomentari pernyataan Novel itu. "Itu bukan tugas saya, tanya juru bicara (Jubir Presiden Johan Budi)," kata Teten. Sementara itu, Johan Budi yang dihubungi melalui pesan singkat, juga belum mau memberikan penjelasan terkait tuduhan Novel itu. "Tanya Polri," kata Johan.
Sebelumnya, Novel mengungkapkan keheranannya terhadap proses penyelidikan kasus penyiraman air keras yang menimpanya. Novel menduga ada "orang kuat" yang menjadi dalang serangan itu. Bahkan, dia mendapat informasi bahwa seorang jenderal polisi ikut terlibat.
"Saya sebenarnya telah menerima informasi bahwa seorang jenderal kepolisian, level tinggi dari jajaran kepolisian, terlibat (dalam kasus penyiraman air keras). Awalnya, saya bilang itu informasi yang bisa jadi salah. Namun, kini sudah dua bulan lamanya dan kasus saya tak juga menemukan titik terang. Saya katakan, perasaan saya bahwa informasi itu bisa saja benar," ujar Novel Baswedan seperti dikutip di media internasional Time.com, Selasa (13/6).
Novel mengatakan bahwa serangan itu terkait sejumlah kasus korupsi yang ditanganinya."Begitu banyak korupsi untuk dilawan," kata Novel kepada Time. Apa respon KPK sendiri? Wakil Ketua KPK Laode M Syarif mengaku belum mendapatkan informasi detail mengenai hal tersebut.
"Kami belum mendapatkan info yang detail soal itu," kata Laode, di gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Kamis (15/6). Meski belum dapat informasi soal pengakuan Novel ini, Syarif menyatakan, komunikasi antara KPK dengan Polri berjalan baik.
Pada Senin (19/6) atau Selasa (20/6), lanjut Syarif, pimpinan KPK akan bertemu dengan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. "Pertemuan dengan Kapolri kalau enggak di Mabes, ya di KPK," ujar Syarif seperti dilansir kompas.
Rencana pertemuan itu, menurut dia, sudah dibicarakan Ketua KPK Agus Rahardjo dan Kapolri dalam sebuah pertemuan di acara buka puasa bersama. "Itu yang dibicarakan Pak Kapolri sudah bertemu Pak Agus kemarin pas buka puasa," ujar dia.
Polisi telah memeriksa sejumlah orang yang diduga sebagai pelaku. Namun, orang-orang itu dilepaskan kembali karena polisi tidak memiliki bukti kuat keterlibatan orang yang diduga pelaku tersebut. *
Dalam sebuah wawancara dengan Majalah Time, Novel menyebutkan ada peran jenderal itu. Sekretaris Kabinet Pramono Anung memilih tidak berkomentar terkait pernyataan Novel itu. "Enggak tahu," kata Pramono mengelak, saat dimintai tanggapannya di Istana Negara, Jakarta, Kamis (15/6) seperti dilansir vivanews.
Senada dengan Pramono, Kepala Staf Presiden, Teten Masduki, juga enggan mengomentari pernyataan Novel itu. "Itu bukan tugas saya, tanya juru bicara (Jubir Presiden Johan Budi)," kata Teten. Sementara itu, Johan Budi yang dihubungi melalui pesan singkat, juga belum mau memberikan penjelasan terkait tuduhan Novel itu. "Tanya Polri," kata Johan.
Sebelumnya, Novel mengungkapkan keheranannya terhadap proses penyelidikan kasus penyiraman air keras yang menimpanya. Novel menduga ada "orang kuat" yang menjadi dalang serangan itu. Bahkan, dia mendapat informasi bahwa seorang jenderal polisi ikut terlibat.
"Saya sebenarnya telah menerima informasi bahwa seorang jenderal kepolisian, level tinggi dari jajaran kepolisian, terlibat (dalam kasus penyiraman air keras). Awalnya, saya bilang itu informasi yang bisa jadi salah. Namun, kini sudah dua bulan lamanya dan kasus saya tak juga menemukan titik terang. Saya katakan, perasaan saya bahwa informasi itu bisa saja benar," ujar Novel Baswedan seperti dikutip di media internasional Time.com, Selasa (13/6).
Novel mengatakan bahwa serangan itu terkait sejumlah kasus korupsi yang ditanganinya."Begitu banyak korupsi untuk dilawan," kata Novel kepada Time. Apa respon KPK sendiri? Wakil Ketua KPK Laode M Syarif mengaku belum mendapatkan informasi detail mengenai hal tersebut.
"Kami belum mendapatkan info yang detail soal itu," kata Laode, di gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Kamis (15/6). Meski belum dapat informasi soal pengakuan Novel ini, Syarif menyatakan, komunikasi antara KPK dengan Polri berjalan baik.
Pada Senin (19/6) atau Selasa (20/6), lanjut Syarif, pimpinan KPK akan bertemu dengan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. "Pertemuan dengan Kapolri kalau enggak di Mabes, ya di KPK," ujar Syarif seperti dilansir kompas.
Rencana pertemuan itu, menurut dia, sudah dibicarakan Ketua KPK Agus Rahardjo dan Kapolri dalam sebuah pertemuan di acara buka puasa bersama. "Itu yang dibicarakan Pak Kapolri sudah bertemu Pak Agus kemarin pas buka puasa," ujar dia.
Polisi telah memeriksa sejumlah orang yang diduga sebagai pelaku. Namun, orang-orang itu dilepaskan kembali karena polisi tidak memiliki bukti kuat keterlibatan orang yang diduga pelaku tersebut. *
Komentar