Renganis, Kesenian Khas Desa Penglatan, Buleleng, Padukan Pupuh Dangdang Gendis dengan Suara Kodok
Renganis lahir dari kebudayaan agraris, perpaduan pupuh dangdang gendis dengan suara kodok saat musim panen padi, di malam hari selalu diiringi suara kodok.
SINGARAJA, NusaBali
Desa Adat Penglatan, Desa Penglatan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng sejak tahun 1950 silam merawat satu kesenian khas Renganis yang tidak dapat ditemui di daerah lain. Kesenian ini termasuk seni tarik suara yang mengandalkan kepiawaian olah vokal menjadi alunan lagu dan tabuh yang memukau. Kesenian Renganis ini memadukan lantunan pupuh dangdang gendis dengan suara kodok.
Ketua Renganis Desa Adat Penglatan, Nyoman Sukerena ditemui di rumahnya, Selasa (6/6) menceritakan kesenian Renganis diambil dari dua suku kata renge dan nis yang berarti didengar dalam kesunyian malam. Kesenian ini berakar dari kekidungan. Lalu pada tahun 1950 I Gusti Made Alit bersama Ketut Seidana dan Ketut Widra menginisiasi untuk membuat kidung ini menjadi lebih menarik.
Foto: Ketua Renganis Desa Adat Penglatan, Nyoman Sukerena. -LILIK
“Renganis ini lahir dari kebudayaan agraris. Perpaduan pupuh dangdang gendis dengan suara kodok ini didapatkan saat musim panen padi, pada malam hari sunyi selalu diiringi dengan suara indah kodok-kodok,” terang Sukerena. Kesenian Renganis ini pun selalu menjadi pengiring upacara Ngusaba Nini Desa Adat Penglatan yang jatuh setiap Purnama Kedasa, sebagai ucapan syukur kepada Dewi Sri, Dewi kemakmuran. Selain juga sebagai pengiring upacara saat Piodalan di Pura Taman. Lantunan Renganis ini dipercaya lebih cepat menghadirkan Ida Bhatara yang berstana di pura tersebut.
Karena dipakai mengiringi upacara sakral, kesenian Renganis ini tetap hidup di Penglatan. Saat ini sudah garis keturunan ketiga yang menjadi pelestari. Satu sekaa Renganis idealnya dimainkan oleh 10 orang perempuan dan laki-laki. Dari 10 orang ini mereka membagi diri ada yang bertugas mekidung dengan membawakan pupuh dangdang, yang lainnya menyuarakan suara kodok di sawah seperti saling sahut menyahut.
“Kesenian ini tidak menggunakan alat musik, murni menggunakan mulut. Tetapi berbeda dengan genjek. Kalau genjek patokan lagunya pada gamelan gong, kalau renganis patokannya pada nada pupuh dangdang,” terang Sukerena. Penampilan Renganis ini pun standarnya membawakan 3 buah tabuh yang asal suaranya dari mulut. Ketiganya, yakni tabuh bebatelan, tabuh peangklungan, dan tabuh gegambangan. Belakangan kesenian Renganis juga dilengkapi dengan drama tari untuk menambah kesan estetik.
Jika ditampilkan dengan drama tari maka akan dilengkapi dengan gamelan geguntangan yang terdiri dari seruling, kendang, gong pulu dan kajar.
Drama tari yang ditampilkan menyesuaikan dengan cerita pada pupuh dangdang gendis yang dibawakan. Biasanya lagu pada pupuh dangdang gendis bersumber dari lontar-lontar.
Sementara itu tahun ini Renganis Desa Adat Penglatan juga menjadi duta Buleleng dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) 2023. Mereka akan menampilkan renganis dengan cerita Anglung Semara. Dalam garapan ini melibatkan 20 orang pemain. Mereka pun sedang berlatih untuk dapat menampilkan kesenian khas yang merupakan identitas desanya dengan maksimal. 7 k23
Komentar