Studi Kelayakan LRT Bali Jangan Sampai Kecolongan
DENPASAR, NusaBali - Pakar Tata Ruang Universitas Udayana (Unud), Prof Dr Ir Putu Rumawan Salain MSi, mengharapkan proses studi kelayakan (feasibility study) pembangunan Light Rail Transit (LRT) di Bali dilakukan secara komprehensif dan hati-hati agar tidak muncul berbagai permasalahan di kemudian hari.
Guru Besar Teknik Arsitektur Unud ini menyatakan mendukung pembangunan transportasi massal LRT di Pulau Dewata sebagai bagian dari merancang sebuah kota terpadu dengan layanan transportasi massal yang lengkap. Menurutnya wacana transportasi kereta di Bali sudah diangkat jauh dalam beberapa tahun terakhir.
"Kepedulian pemerintah pusat dan daerah terhadap transportasi di Bali sudah ada perhatian, kita sangat mengapresiasi," ujar Prof Rumawan saat dihubungi NusaBali, Kamis (8/6). Ia mengharapkan studi kelayakan memperhatikan betul dampak yang dimungkinkan dengan kehadiran LRT di tengah-tengah masyarakat Bali.
Prof Rumawan yakin kajian akan memperhitungkan rute terbaik yang akan dilalui LRT termasuk melalui lajur bawah tanah atau menggunakan jembatan layang. Seperti halnya di Jakarta ataupun kota-kota besar lainnya di dunia, yang mengadopsi jenis lajur tersebut.
Meski mendukung LRT Bali, Prof Rumawan juga mempertanyakan peruntukan LRT dengan koridor yang disiapkan oleh pemerintah, yakni meliputi fase 1-A Bandara Ngurah Rai-Sentral Parkir Kuta dan fase 1-B Sentral Parkir Kuta menuju Seminyak. "Ini untuk siapa dibangun, sepertinya akan banyak oleh wisatawan. Kalau bisa oleh seluruh rakyat," tegasnya. Ia juga mengingatkan dampak LRT Bali yang mungkin menimpa para sopir taksi di bandara.
Terkait transportasi massal untuk masyarakat, Prof Rumawan melihat layanan transportasi bus massal yang ada saat ini juga belum berjalan maksimal. Shelter atau halte yang ada, menurut Prof Rumawan, belum banyak diketahui masyarakat luas sehingga pemanfaatan transportasi bus dalam kota masih menjadi pekerjaan rumah.
Bertambah masalah dengan perkembangan pembangunan gedung publik yang tidak tertata rapi lokasinya sehingga sulit mengembangkan jalur transportasi massal yang terintegrasi. Pentingnya kajian komprehensif dan hati-hati menurut Prof Rumawan juga berkaca dari permasalahan kemacetan Jalan By Pass Ngurah Rai Sanur pasca beroperasinya Pelabuhan Sanur. Menurutnya hal tersebut memberi kesan adanya kecolongan dalam studi kelayakan sebelumnya.
"Macet itu bukan musibah kalau saya bilang. Itu kajian akademisnya terlupakan terhadap daya dukung lalu lintas. Belum lagi kalau KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Sanur beroperasi, dan salah satu syarat rumah sakit adalah kelancaran transportasi," tandas Prof Rumawan. Sebelumnya Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali, I Gde Wayan Samsi Gunarta mengungkapkan pengembangan transportasi massal merupakan bagian dari visi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali dalam menekan emisi karbon di Pulau Dewata.
Samsi mengatakan, dengan jumlah penduduk dan kunjungan wisatawan yang terus bertambah, Bali mesti segera mengembangkan sistem transportasi modern. "2027 itu prediksi penumpang bandara 25 juta per tahun sehingga mass transport sudah harus ada kalau tidak kita akan terlambat dan keterlambatan ini juga akan mengakibatkan keterlambatan pengembangan bandara sendiri," ujar Samsi. 7 cr78
1
Komentar