Kandidat Perempuan Belum 'Digarap'
“Nuansa seperti yang terjadi di DKI Jakarta, Sosok Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono misalnya juga diharapkan tampil dalam Pilgub Bali”
Tokoh Muda Disarankan Berpaket dengan Srikandi
DENPASAR,NusaBali
Pengamat politik Dr I Nyoman Subanda menyayangkan tidak adanya kemunculan calon gubernur dan calon wakil gubernur dari unsur perempuan. Tidak munculnya Srikandi (perempuan) Bali dalam pertarungan Pilgub Bali 2018 ini menandakan bahwa pilkada masih menjadi ajang bagi politisi laki-laki. Dalam Pilgub Bali ini, Subanda juga mendorong para tokoh muda untuk memimpin Bali.
Menurut Subanda, di Bali banyak calon dan tokoh perempuan yang punya kualitas maju sebagai Cagub-Cawagub maupun Cabup-Cawabup di Pilkada serentak 2018, namun belum digarap serius oleh partai politik.
“Kandidat perempuan ini potensinya belum digarap. Banyak tokoh perempuan yang layak diajukan sebagai Cagub-Cawagub dan pemimpin Bali kedepan,” ujar pengamat politik dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar ini, beberapa waktu lalu.
Subanda menyebutkan, tokoh perempuan tidak harus popular untuk menjadi Cagub atau Cawagub, tetapi memberikan harapan kepada masyarakat bahwa dia punya kualitas. “Misalnya ada Ibu Tini Gorda (Dr AAN Tini Rusmini Gorda) dari kalangan akademisi. Kemudian di Unud banyak kalangan tokoh perempuan yang layak. Cobalah Cagub atau politik yang muncul sekarang cari paket perempuan,” saran pria asal Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng ini.
Dalam Pilgub Bali 2018 ini, kata Subanda, harapan dan dorongan masyarakat terhadap kandidat dari tokoh muda juga begitu besar. Pengamatan Subanda, publik baik melalui suara partai dan suara masyarakat mengharapkan tokoh muda bisa hadir membawa Bali pada tingkat kesejahteraan, walaupun tidak mesti dari partai politik. “Nuansa seperti yang terjadi di DKI Jakarta, Sosok Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono misalnya juga diharapkan tampil dalam Pilgub Bali,” ujar Subanda.
Dari jalur independen, Subanda mengatakan sosok muda yang bisa tampil menjadi harapan masyarakat Bali ada Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra yang kini Walikota Denpasar dan Dewa Gde Palguna yang kini menjadi Hakim Mahkamah Konstitusi. “Rai Mantra oleh masyarakat dinilai punya pengalaman menjadi Walikota Denpasar dengan banyak prestasi, ya harapan masyarakat coba diterapkan nanti untuk memimpin tingkat Provinsi Bali. Sementara Dewa Palguna juga tokoh muda yang juga layak untuk memimpin Bali,” sebut Subanda.
Subanda juga menyebut sosok Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna yang notabene anggota DPD RI, salah satu kandidat atau tokoh muda yang diharapkan masyarakat bisa tampil memimpin Bali. “Wedakarna ini cukup popular dan dia bisa menjadi harapan masyarakat sebagai tokoh muda seperti Anies Baswedan dan AHY di Pilgub DKI Jakarta,” katanya.
Dari kalangan partai politik, menurut Subanda, sejumlah tokoh partai sudah muncul. Seperti Ida Bagus Oka Gunastawa politisi asal Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem (Ketua DPW NasDem), Putu Supadma Rudana politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar yang Wasekjen DPP Demokrat. Ada juga Ketua DPD Demokrat Bali I Made Mudarta, politisi asal Kabupaten Jembrana. “Cobalah politisi atau para kandidat muda ini berpaket dengan calon perempuan atau Srikandi,” saran Subanda.
Sementara Ketua Bali Sruti Luh Riniti Rahayu juga mengakui perempuan tidak ada yang muncul dalam ajang Pilgub Bali 2018, padahal menurutnya, sesungguhnya banyak ada perempuan yang potensial. "Sesungguhnya perempuan bukannya tidak berani, namun dengan sistem seperti sekarang ini, yang mana harus ‘menjual-jual diri’ dulu sebelum dicalonkan parpol. Perempuan masih berpikir ulang untuk pongah jual diri yang nantinya belum tentu dapat kendaraan parpol. Apalagi soal angkos atau biaya politik yang sangat besar," ujar Riniti.
Sesungguhnya, kata dia, kalau saja ada parpol punya komitmen mau menyalonkan perempuan, maka pasti ada yang mampu. Riniti menyebut Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) kini punya tugas mendorong kaumnya untuk tampil di Pilgub Bali. "Paling tidak di posisi cawagub. Sayang parpol masih sangat patriakhi. Kalaupun mau mencalonkan, itu hanya karena melihat modal uangnya saja. Tidak melihat kemampuannya," kata mantab komisioner KPU Bali ini. *nat
DENPASAR,NusaBali
Pengamat politik Dr I Nyoman Subanda menyayangkan tidak adanya kemunculan calon gubernur dan calon wakil gubernur dari unsur perempuan. Tidak munculnya Srikandi (perempuan) Bali dalam pertarungan Pilgub Bali 2018 ini menandakan bahwa pilkada masih menjadi ajang bagi politisi laki-laki. Dalam Pilgub Bali ini, Subanda juga mendorong para tokoh muda untuk memimpin Bali.
Menurut Subanda, di Bali banyak calon dan tokoh perempuan yang punya kualitas maju sebagai Cagub-Cawagub maupun Cabup-Cawabup di Pilkada serentak 2018, namun belum digarap serius oleh partai politik.
“Kandidat perempuan ini potensinya belum digarap. Banyak tokoh perempuan yang layak diajukan sebagai Cagub-Cawagub dan pemimpin Bali kedepan,” ujar pengamat politik dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar ini, beberapa waktu lalu.
Subanda menyebutkan, tokoh perempuan tidak harus popular untuk menjadi Cagub atau Cawagub, tetapi memberikan harapan kepada masyarakat bahwa dia punya kualitas. “Misalnya ada Ibu Tini Gorda (Dr AAN Tini Rusmini Gorda) dari kalangan akademisi. Kemudian di Unud banyak kalangan tokoh perempuan yang layak. Cobalah Cagub atau politik yang muncul sekarang cari paket perempuan,” saran pria asal Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng ini.
Dalam Pilgub Bali 2018 ini, kata Subanda, harapan dan dorongan masyarakat terhadap kandidat dari tokoh muda juga begitu besar. Pengamatan Subanda, publik baik melalui suara partai dan suara masyarakat mengharapkan tokoh muda bisa hadir membawa Bali pada tingkat kesejahteraan, walaupun tidak mesti dari partai politik. “Nuansa seperti yang terjadi di DKI Jakarta, Sosok Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono misalnya juga diharapkan tampil dalam Pilgub Bali,” ujar Subanda.
Dari jalur independen, Subanda mengatakan sosok muda yang bisa tampil menjadi harapan masyarakat Bali ada Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra yang kini Walikota Denpasar dan Dewa Gde Palguna yang kini menjadi Hakim Mahkamah Konstitusi. “Rai Mantra oleh masyarakat dinilai punya pengalaman menjadi Walikota Denpasar dengan banyak prestasi, ya harapan masyarakat coba diterapkan nanti untuk memimpin tingkat Provinsi Bali. Sementara Dewa Palguna juga tokoh muda yang juga layak untuk memimpin Bali,” sebut Subanda.
Subanda juga menyebut sosok Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna yang notabene anggota DPD RI, salah satu kandidat atau tokoh muda yang diharapkan masyarakat bisa tampil memimpin Bali. “Wedakarna ini cukup popular dan dia bisa menjadi harapan masyarakat sebagai tokoh muda seperti Anies Baswedan dan AHY di Pilgub DKI Jakarta,” katanya.
Dari kalangan partai politik, menurut Subanda, sejumlah tokoh partai sudah muncul. Seperti Ida Bagus Oka Gunastawa politisi asal Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem (Ketua DPW NasDem), Putu Supadma Rudana politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar yang Wasekjen DPP Demokrat. Ada juga Ketua DPD Demokrat Bali I Made Mudarta, politisi asal Kabupaten Jembrana. “Cobalah politisi atau para kandidat muda ini berpaket dengan calon perempuan atau Srikandi,” saran Subanda.
Sementara Ketua Bali Sruti Luh Riniti Rahayu juga mengakui perempuan tidak ada yang muncul dalam ajang Pilgub Bali 2018, padahal menurutnya, sesungguhnya banyak ada perempuan yang potensial. "Sesungguhnya perempuan bukannya tidak berani, namun dengan sistem seperti sekarang ini, yang mana harus ‘menjual-jual diri’ dulu sebelum dicalonkan parpol. Perempuan masih berpikir ulang untuk pongah jual diri yang nantinya belum tentu dapat kendaraan parpol. Apalagi soal angkos atau biaya politik yang sangat besar," ujar Riniti.
Sesungguhnya, kata dia, kalau saja ada parpol punya komitmen mau menyalonkan perempuan, maka pasti ada yang mampu. Riniti menyebut Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) kini punya tugas mendorong kaumnya untuk tampil di Pilgub Bali. "Paling tidak di posisi cawagub. Sayang parpol masih sangat patriakhi. Kalaupun mau mencalonkan, itu hanya karena melihat modal uangnya saja. Tidak melihat kemampuannya," kata mantab komisioner KPU Bali ini. *nat
Komentar