Diduga Rabies, Bocah Lima Tahun Meninggal
SINGARAJA, NusaBali - Kasus kematian akibat gigitan anjing gila atau rabies kembali terjadi di Buleleng. Seorang bocah perempuan berusia 5 tahun berinisial KRA asal Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt, Buleleng meninggal dunia dengan diagnosa suspect rabies. Korban tak sempat mendapatkan vaksin anti rabies (VAR).
Dalam riwayat medisnya disebutkan, KRA sempat digigit anjing peliharaannya sendiri sekitar sebulan yang lalu. Ia mengalami luka bekas gigitan berupa goresan. Karena luka yang dialami tak dianggap serius oleh keluarga, kejadian gigitan anjing ini tak dilaporkan ke fasilitas kesehatan terdekat hingga berujung korban tak mendapat penanganan VAR.
KRA meninggal dunia pada, Minggu (11/6) malam sekitar pukul 20.20 Wita di RSUD Buleleng hanya berselang beberapa jam setelah dirawat. Korban sebelumnya dibawa ke RSUD Tangguwisia kemudian dirujuk ke RSUD Buleleng, Minggu pagi sekitar pukul 07.30 Wita. Korban datang dengan keluhan tidak bisa minum air, nyeri, gelisah, dan takut angin sejak, Sabtu (10/6).
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Buleleng, dr Sucipto mengatakan gejala yang dialami korban mengarah pada gejala penyakit rabies. Korban sendiri dalam riwayat medisnya sebulan lalu sempat digigit anjing peliharaannya sendiri pada lengan kiri. Anjing yang menggigit korban lalu dibunuh dan bangkainya dikubur orangtua korban. Belakangan diketahui anjing itu belum divaksin.
"Korban memiliki riwayat digigit anjing peliharaan sendiri sekitar sebulan lalu dan menyebabkan luka gores. Lukanya hanya dicuci dengan sabun dan air. Karena lukanya kecil, keluarga korban menganggap aman sehingga abai dan tidak melaporkan diri ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut," jelasnya saat dikonfirmasi, Selasa (13/6) siang.
Pada minggu lalu pasien menunjukkan gejala yang lebih serius, sehingga keluarga membawa korban berobat ke IGD RSUD Tangguwisia dengan keluhan nyeri tenggorokan dan gelisah sejak, Sabtu (10/6), kemudian dirujuk ke RSUD Buleleng dan dirawat di ruang isolasi ruang sandat. Namun kondisi korban terus memburuk hingga dinyatakan meninggal dunia.
Diagnosa medis menyatakan korban meninggal dunia dengan gejala khas rabies seperti takut air, angin, dan hipersalivasi. Diagnosa itu didukung dengan faktor korban tak mendapatkan VAR usai digigit anjing.
Sucipto menyayangkan adanya korban meninggal lagi akibat rabies. Padahal, dengan seluruh perangkat dan jaringan yang dimiliki pemerintah sudah memberikan imbauan serta informasi massif agar masyarakat memahami dan menghindari rabies. "Diskes dengan jajaran kesehatan hingga di tingkat Puskesmas sudah menyiapkan vaksinasi di semua rabies center," imbuhnya.
"Kenapa masyarakat masih mengabaikan bahaya rabies itu, ini terlalu meremehkan gigitan anjing sehingga seperti kasus ini," imbuhnya. Semestinya, sambung dia, tidak terjadi lagi kematian jika ada perhatian terhadap anak yang digigit anjing itu jika dibawa ke tempat pelayanan kesehatan yang sudah disiapkan.
Ia menegaskan, dalam upaya mengurangi risiko kematian akibat rabies diperlukan dukungan terutama terhadap masyarakat untuk mampu memahami langkah awal pencegahan rabies. "Sekarang sudah kami antisipasi dengan menyiapkan vaksinnya ini juga masih terjadi itu sangat sangat kami sayangkan," ujar Sucipto. Untuk diketahui, kasus kematian akibat penyakit rabies di Buleleng cukup tinggi. Dari ribuan kasus gigitan hewan penular rabies pada tahun 2022 lalu menimbulkan korban jiwa 12 orang. Pemerintah telah melakukan sejumlah upaya mengantisipasi timbulnya kasus rabies dengan melakukan vaksinasi anjing hingga sosialisasi secara massif. 7 mzk
1
Komentar