PDAM Denpasar Masih Gunakan ABT
PDAM Denpasar menggunakan ABT karena kekurangan produksi sebesar 400 liter per detik. Namun dari 21 sumur bor, kini yang difungsikan hanya 18 unit.
DENPASAR, NusaBali
Perumda Air Minum Tirta Sewakadarma atau PDAM Kota Denpasar sampai saat ini masih menggunakan air bawah tanah (ABT) untuk menutup kekurangan produksi hingga 400 liter per detik. Namun secara bertahap PDAM akan mengurangi pemanfaatan sumur bor tersebut.
Direktur Utama (Dirut) Perumda Tirta Sewakadarma Ida Bagus Gde Arsana saat acara temu pelanggan di Wantilan IPA Belusung, Peguyangan Kaja, Denpasar Utara, Rabu (14/6), mengemukakan penggunaan ABT tersebut berasal dari 21 sumur bor yang dimiliki dengan kapasitas 400 liter per detik. Arsana mengatakan, sumur bor ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu.
Namun pihaknya sudah mulai melakukan pengurangan penggunaan ABT, dan kini yang difungsikan maksimal hanya 18 unit. Selain itu, saat ini pihaknya juga memfungsikan sumur bor tersebut secara bergiliran, dan saat malam akan dimatikan. Kini, dia berharap adanya peningkatan produksi di SPAM Penet dan Petanu sehingga akan menjaga kontinuitas air.
“Dengan adanya penambahan district meter area (DMA) kami akan melakukan pengurangan secara bertahap penggunaan sumur bor ini. Kami akan rapat terkait hal tersebut, sehingga SPAM Penet dan Petanu bisa memenuhi kebutuhan selama 24 jam, sehingga nantinya sumur tersebut hanya akan menjadi cadangan,” kata Arsana.
Sementara dalam pemaparannya, Kabid ESDM Dinas Tenaga Kerja dan Sumber Daya Mineral Provinsi Bali I Kadek Sutika pun menyoroti penggunaan ABT di PDAM Denpasar. Dengan penggunaan 400 liter per detik, dalam sehari penggunaan air tanah tersebut mencapai 43 ribu liter.
“Dalam hal konservasi pemanfaatan air tanah ini menjadi kewajiban semua pihak. Karena ada penelitian, dengan penggunaan air tanah ini setiap tahun ada penurunan permukaan bumi 5 sampai 10 centimeter,” kata Sutika.
Menurutnya, Bali masih memiliki kelebihan dalam hal air bawah tanah. Hal ini dikarenakan Bali memiliki kontur bebatuan vulkanik yang bisa memasukkan air ke dalam tanah. Di mana per tahun, sebanyak 1.598 juta meter kubik air hujan masuk ke dalam tanah yang memiliki 8 cekungan.
Selain itu, curah hujan di Bali juga cukup tinggi, di tahun 2022 memiliki curah hujan selama 152 hari. Meskipun demikian konservasi air bawah tanah di Bali perlu dilakukan. Jika tidak, dan penggunaannya makin masif, bisa membuat air tanah tercampur dengan air laut.
Ini akan berdampak pada kesehatan dan cepatnya korosi pada benda-benda yang terbuat dari logam, selain juga dampak penurunan permukaan tanah.
Sutika mengatakan, sebuah sumur dengan kedalaman kurang dari 40 meter, pengambilan air tanah hanya bisa maksimal 5 meter kubik per hari.
Selain itu, bagi usaha yang memanfaatkan air tanah harus mendapat izin dari PDAM dan dari Balai Wilayah Sungai atau BWS. “Dan setiap pengambilan 5 meter kubik air tanah per hari wajib memiliki satu sumur resapan,” ucap Sutika. 7 mis
1
Komentar