74 Penari Rejang Iringi Mendak Ida Bhatara
Usaba Sumbu di Pura Bale Agung dan Puseh Bungaya
AMLAPURA, NusaBali - 74 penari rejang mengiringi prosesi Mamendak Ida Bhatara Turun Kabeh pada puncak Usaba Sumbu di Pura Bale Agung dan Pura Puseh, Banjar Desa, Desa Adat Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem. Upacara ini digelar pada Buda Umanis Kulantir, Rabu (14/6).
Penari dari kalangan krama Desa Adat Bungaya, berstatus dahaa (wanita muda belum menikah). Mereka menari di Pura Bale Agung atau jaba PUra Puseh keliling 9 kali putaran ke arah kiri, dengan pengiring tabuh gambang.
Ciri khas penari rejang ini, antara lain, wajib mengenakan gelung rejang secara khusus, lengkap dengan hiasan sederet bunga emas, ongar-ongar, bunga pitu atau bunga tujuh terbuat dari plendo (kayu yang terasnya lembut).
Penari mengenakan pakaian sampet (selendang) warna kuning melingkar di leher, saput karah (kain merah), yang paling bawah kain (kamben) dengan rambut terikat (pusung), tanpa mengenakan baju.
Selama menari, enam panabuh gambang mengiringi, yakni yakni I Komang Gede, I Nyoman Purna, I Nengah Rukti, I Nengah Simpen, I Wayan Saba, dan I Ketut Muja. Dua penari rejang yang paling depan Mekel Wayanan dan Mekel Nyomanan, kemudian rejang lain mengikutinya.
Bendesa Adat Bungaya De Salah Narta menerangkan, tari sakral rejang yang selama ini pentas setiap puncak Usaba Sumbu. Mankan tarian ini sebagai sarana mendak Ida Bhatara Turun Kabeh, yang turun dari surga menganugerahkan kemakmuran. Secara fisik Ida Bhatara katedunang (diturunkan) berupa pratima dan pralingga dari Pura Pasimpenan menuju Bale Pesamuan di Pura Puseh.
Usaba Sumbu dilaksanakan setahun sekali, ritualnya berawal 6 hari setelah Purnama Sada, Sukra Umanis Ukir, Jumat (9/6), kemudian berlanjut di Pura Pasuwikan Redite Pon Kulantir, Minggu (11/6) dengan menaikkan 6 sumbu, berlanjut di Pura Ulunswi Sukra Soma Wage Kulantir, Senin (12/6) menaikkan 2 sumbu, terakhir di Pura Bale Agung dan Pura Puseh Buda Umanis Kulantir, Rabu (14/6) masing-masing dengan menaikkan 3 sumbu dan 4 sumbu. Sedangkan nyineb Ida Bhatara Kabeh, Sukra Pon Kulantir, Jumat (16/6). "Semua dahaa di Desa Adat Bungaya, wajib ngayah menari rejang," jelas De Salah Narta.
Upakara berupa Sumbu berasal dari krama yang memiliki dahaa dan telah masuk daftar giliran ngaturang sumbu. Setiap tahun, 13 krama wajib ngaturang sumbu, berasal dari krama yang telah masuk daftar sesuai daftar dahaa yang tercatat di Pura Bale Agung, atau diberi nama, ririgan pipil.
Tabeng Wijang Desa Adat Bungaya De Kubayan Wayan menerangkan, seluruh dahaa di Desa Adat Bungaya tercatat, dan namanya terdaftar, masing-masing berisi nomor urut. Sebulan sebelum Usaba Sumbu, tepatnya saat paruman di Purnama Desta, salah satu agendanya membuka kembali daftar nama itu. De Kubayan Wayan membacakan nama-nama yang dapat giliran ngaturang sumbu.
Ukuran Sumbu, katanya, tinggi sekitar 10 meter, dengan tiang bambu 4,3 meter, ditambah hiasannya berupa jajan, janur, dan perlengkapan lain. "Sumbu itu sebagai persembahan hasil bumi, dengan harapan kembali dapat karunia kesuburan untuk kesejahteraan umat sedharma," jelasnya.
Banyak penari rejang telah berpengalaman, ngayah. Penari Ni Wayan Riskayanti dari Banjar Beji, mengaku menari sejak tahun 2016. Begitu juga penari Ni Wayan Mita Pratiwi juga telah tujuh tahun ngayah. "Selama saya ngayah, belum pernah ganti pakaian," kata Riskayanti.7k16
1
Komentar