Akhir Pekan Dolar AS Dibuka Menguat, Makin Dekat ke Rp 15.000
JAKARTA, NusaBali - Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah Jumat (16/6) pagi menguat dan makin mendekati Rp 15.000. Dolar AS tercatat menguat 20 poin ke level Rp 14.910.
Mengutip data RTI, seperti dilansir detik.com kemarin, dolar AS berada di level tertinggi Rp 14.910 dan terendah Rp 14.890. Mata uang negara adidaya ini mengalami penguatan dalam satu minggu yaitu 0,44%.
Selanjutnya, pergerakan dolar AS terhadap mata uang Asia lainnya tercatat mengalami penguatan. Dolar AS melemah terhadap dolar Australia, Euro, Poundsterling, yuan China, yen Jepang dan dolar Singapura.
Nilai tukar dolar AS terhadap yuan China stagnan. Lalu dolar AS terhadap yen Jepang melemah 0,17% dan terhadap dolar Singapura menguat 0,06% Terhadap dolar Australia menguat 0,07%. Lalu terhadap Euro menguat 0,01% dan terhadap Poundsterling menguat 0,02%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, mengungkapkan penguatan dolar AS terhadap mata uang lainnya pada Kamis (15/6), didorong oleh proyeksi Hawkish Federal Reserve tentang pengetatan lebih lanjut tahun ini, sementara pasar menunggu pertemuan kebijakan terbaru Bank Sentral Eropa.
Hawkish Fed mendukung dolar ini menyusul kesimpulan dari pertemuan pengaturan kebijakan terbaru dari Federal Reserve pada Rabu (14/6), dengan bank sentral memutuskan untuk menghentikan siklus pengetatan kebijakan selama setahun, seperti yang diharapkan secara luas,” kata dia dalam keterangannya, ditulis Jumat kemarin.
Namun, Fed juga memberi isyarat dalam proyeksi ekonomi baru bahwa suku bunga kemungkinan akan naik setengah poin persentase lagi, yaitu dua kenaikan lagi sebesar 25 basis poin, pada akhir tahun ini.
Dia juga menjelaskan Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan dalam pertemuan minggu ini sebesar 25 basis poin. Langkah seperti itu akan menjadi peningkatan kedelapan berturut-turut dari ukuran itu, dan ECB juga diperkirakan akan memberi sinyal lebih banyak kenaikan yang akan datang dalam beberapa bulan mendatang menyusul komentar terbaru Presiden Christine Lagarde bahwa tidak ada bukti jelas bahwa inflasi yang mendasari telah mencapai puncaknya.
“Para pedagang membedakan antara komentar hawkish dari Federal Reserve dan apa yang kemungkinan akan datang dari Bank of Japan pada hari Jumat. BoJ secara luas diperkirakan akan mempertahankan sikap ultra-dovish dan pengaturan kontrol kurva imbal hasil karena upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi negara yang baru lahir,” jelas dia. 7
Komentar