Prembon Inovatif dari SMK Penerbangan
Untuk pertama kalinya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Penerbangan Cakra Nusantara membawakan Prembon Inovatif dalam perhelatan Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXIX tahun 2017 di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Bali, Kamis (15/6) lalu.
Memukau Penonton dengan Tiga Bahasa
DENPASAR, NusaBali
Kali ini, pementasan prembon berbeda dari pementasan sebelumnya. Para seniman menggunakan tiga bahasa dalam pementasan itu.
Prembon yang dibawakan kala itu berjudul Kaliputing Sapta Timira. Lakon ini mengisahkan keinginan seorang raja di kerajaan bernama Entah Berantah yang kaya raya, bijaksana dan penuh hormat di mata rakyatnya. Walaupun demikian, sang raja belum merasa puas.
Hal inilah yang mendasari sang raja melakukan Tapa Semadi di bawah Gunung Himawan. Setelah bertahun-tahun melaksanakan tapa, sang raja pun akhirnya mendapatkan kekuatan yang diinginkan. Namun sangat disayangkan sifat sang raja berubah menjadi sosok yang angkuh, egois dan diliputi Sapta Timira atau tujuh kegelaoan dalam hidup manusia.
Kordinator Pementasan yang juga Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesenian dan Humas SMK Penerbangan Cakra Nusantara, I Made Surya Darma, SSn, MSn menjelaskan, pesan yang ingin disampaikan dalam pementasan Prembon ini adalah mengajak masyarakat lebih mampu mengendalikan dirinya, terutama dari pengaruh-pengaruh buruk. “Kuncinya satu, selalu mensyukuri apa yang menjadi karunia saat ini,” ungkapnya.
Banyak improvisasi dalam pementasan Prembon Inovatif ini. Karena bersifat inovatif, pementasan tersebut dikolaborasikan menggunakan tiga Bahasa, yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Bali, dan Bahasa Inggris. Selain itu, musik pengiringnya juga dipadukan dengan gitar dan beberapa alat modern lainnya.
“Penggunaan bahasa Inggris untuk sebuah karya inovatif menurut saya sah-sah saja. Namun, kalau untuk pementasan sakral dan tradisional ya wajib menggunakan aslinya serta memperhatikan pakemnya,” tandasnya.
Untuk tampil di PKB, pihaknya mengaku hanya latihan efektif selama dua minggu saja. Hal ini dikarenakan sekolah yang baru berdiri dua tahun lalu ini terbatas dalam hal siswa yang akan menjadi pemeran dalam prembon. Meski demikian, petas kemarin siang sukses mencuri perhatian penonton yang memadati Kalangan Ayodya Taman Budaya Bali. *in
DENPASAR, NusaBali
Kali ini, pementasan prembon berbeda dari pementasan sebelumnya. Para seniman menggunakan tiga bahasa dalam pementasan itu.
Prembon yang dibawakan kala itu berjudul Kaliputing Sapta Timira. Lakon ini mengisahkan keinginan seorang raja di kerajaan bernama Entah Berantah yang kaya raya, bijaksana dan penuh hormat di mata rakyatnya. Walaupun demikian, sang raja belum merasa puas.
Hal inilah yang mendasari sang raja melakukan Tapa Semadi di bawah Gunung Himawan. Setelah bertahun-tahun melaksanakan tapa, sang raja pun akhirnya mendapatkan kekuatan yang diinginkan. Namun sangat disayangkan sifat sang raja berubah menjadi sosok yang angkuh, egois dan diliputi Sapta Timira atau tujuh kegelaoan dalam hidup manusia.
Kordinator Pementasan yang juga Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesenian dan Humas SMK Penerbangan Cakra Nusantara, I Made Surya Darma, SSn, MSn menjelaskan, pesan yang ingin disampaikan dalam pementasan Prembon ini adalah mengajak masyarakat lebih mampu mengendalikan dirinya, terutama dari pengaruh-pengaruh buruk. “Kuncinya satu, selalu mensyukuri apa yang menjadi karunia saat ini,” ungkapnya.
Banyak improvisasi dalam pementasan Prembon Inovatif ini. Karena bersifat inovatif, pementasan tersebut dikolaborasikan menggunakan tiga Bahasa, yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Bali, dan Bahasa Inggris. Selain itu, musik pengiringnya juga dipadukan dengan gitar dan beberapa alat modern lainnya.
“Penggunaan bahasa Inggris untuk sebuah karya inovatif menurut saya sah-sah saja. Namun, kalau untuk pementasan sakral dan tradisional ya wajib menggunakan aslinya serta memperhatikan pakemnya,” tandasnya.
Untuk tampil di PKB, pihaknya mengaku hanya latihan efektif selama dua minggu saja. Hal ini dikarenakan sekolah yang baru berdiri dua tahun lalu ini terbatas dalam hal siswa yang akan menjadi pemeran dalam prembon. Meski demikian, petas kemarin siang sukses mencuri perhatian penonton yang memadati Kalangan Ayodya Taman Budaya Bali. *in
1
Komentar