Keramik Impor dari China Banjiri RI
Kemenperin Minta Pengusaha Lokal Agresif Ekspor
JAKARTA, NusaBali - Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif meminta, pengusaha keramik lokal untuk lebih agresif melakukan ekspor agar mampu bersaing dengan produk keramik negara lain. Hal tersebut disampaikan Febri menanggapi produk keramik impor dari China membanjiri pasar Indonesia.
"Kita mendukung asosiasi (ASAKI) agar lebih agresif untuk menembus pasar ekspor ke negara-negara yang berpeluang menjadi pasar yang berkelanjutan bagi produk-produk keramik dan pendukungnya," kata Febri seperti dilansir Kompas.com, Senin (19/6).
Febri mengatakan, pihaknya mendorong penguasaha lokal untuk meningkatkan produksi keramik dari 551 juta meter persegi menjadi 625 juta meter persegi. Ia mengatakan, pemerintah juga menerbitkan regulasi untuk menjaga keberlangsungan iklim usaha, salah satunya melalui kebijakan insentif Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT).
"Salah satu kebijakan tersebut adalah insentif Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) bagi industri pada harga USD6/ MMBTU (industri keramik merupakan salah satu penerimanya)," ujarnya.
Lebih lanjut, Febri mendorong pengusaha keramik lokal untuk mempercepat sertifikasi produk-produk keramik nasional dan menerapkan prinsip industri hijau dengan proses produksi yang ramah lingkungan.
"Dan regulasi TKDN, termasuk regulasi penjumahan nilai bobot Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) paling sedikit 40 persen," ucap dia.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, saat ini, produk keramik impor dari China membanjiri pasar domestik di Tanah Air. Ia mengatakan, Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) mengeluhkan hal tersebut, sebab, dinilai mengganggu produksi industri keramik dalam negeri.
"Asosiasi Keramik juga menyampaikan poin yang ingin saya sampaikan yaitu, produk keramik impor khususnya dari China yang semakin membanjiri pasar domestik, di saat permintaan keramik di pasar global menurun," kata Agus dalam pembukaan rapat kerja Kemenperin di Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place, Jakarta, Jumat (16/6).
Agus mengatakan, industri keramik Indonesia dalam beberapa bulan lalu mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Ia mengatakan, tingkat produksi industri keramik selama kuartal I-2023 mencapai 75 persen.
"Namun, ini menurun dibandingkan pada tahun lalu yang utilitasnya sebesar 78 persen. Ini tren yang harus kita cermati," ujarnya.
Agus melanjutkan, Asosiasi Aneka Keramik Indonesia menyebutkan bahwa kondisi pasar domestik masih rendah. Hal ini, kata dia, disebabkan adanya inflasi dan rendahnya daya beli masyarakat.
"Daya beli masyarakat turun sejak kenaikan BBM di kuartal III dan masih terus berlangsung saat ini," tuturnya.
Lebih lanjut, Agus mengatakan, produk keramik dari China sudah membanjiri pasar Eropa, Meksiko, dan Timur Tengah sehingga tak heran Indonesia juga menjadi target pemasaran. 7
1
Komentar