4 Minggu Eksplorasi Bali, Desainer Prancis Garap Furnitur 'Rwa Bhineda'
Hasil Program ADIR 2023 CushCush Gallery
Artist Designer in Residence (ADIR)
CushCush Gallery
Kedubes Prancis
Prancis
Desain
Desainer
Kerajinan Bali
Perajin
DENPASAR, NusaBali.com - Program Artist Designer in Residence (ADIR) 2023 menggandeng seniman dan desainer Prancis Pierre Charrié untuk mengeksplorasi kerajinan, seni, dan kebudayaan Bali selama empat minggu sejak Minggu (28/5/2023) lalu.
Hasilnya, Pierre menjumpai dominasi nuansa hitam-putih di berbagai sudut di Pulau Dewata yang menarik perhatiannya. Warna ini ditemuinya di material bangunan, wastra, di jalanan, hingga karya-karya seni seperti lukisan dan pelengkap ritual.
Co-Founder CushCush Gallery (CCG) Suriawati Qiu membagikan perjalanan ADIR 2023 kepada NusaBali.com. Program kolaborasi CCG, Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia dan Timor Leste, serta Institut Français Indonesia (IFI) ini sudah berjalan dua angkatan.
"ADIR mengusung tema 'French design meets Balinese crafts'. Di mana, kami mendatangkan desainer Prancis untuk melihat kekayaan kebudayaan Bali dari kacamata mereka," beber Suriawati dijumpai di sela ADIR 2023 Closing Exhibition & Meet the Designer di CCG, Jumat (23/6/2023) malam.
Foto: Co-Founder CCG Suriawati Qiu. -EBI
Kata salah satu pendiri galeri di Gang Rajawali, Jalan Teuku Umar Denpasar ini, ADIR ingin mewadahi interaksi kemajemukan kebudayaan Bali khususnya seni desain dengan kemapanan dunia desain Prancis. Mimpi besarnya adalah lebih mengenalkan keunikan desain Bali ke mata desainer Prancis sebagai pintu masuk khazanah desain global.
Pierre yang telah mengenyam pendidikan seni murni kemudian menguasai ilmu desain dan tertarik dengan kerajinan terpilih sebagai residen.
Pria asal Kota Montreuil ini lolos kurasi dari sekitar 40 desainer Prancis yang melamar menjadi residen untuk ADIR 2023. Menariknya, Pierre belum pernah sekali pun menginjakkan kaki di Indonesia.
Selama di Bali, Pierre mengunjungi sedikitnya 12 desa di Gianyar, Klungkung, Karangasem, dan Buleleng. Belasan lokasi ini telah melalui kurasi agar representatif terhadap khazanah kebudayaan Bali. Beberapa di antara desa yang dikunjungi Pierre adalah Batuan, Kamasan, Tenganan, Julah, dan lain-lain.
Di luar lokasi terencana, Pierre juga sempat mengikuti karya palebon Raja Denpasar IX dan pawai pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) XLV tahun 2023. Saat mengeksplorasi, dia tidak hanya terfokus pada suatu momen tetapi juga fenomena yang menurut orang lokal sangat umum. Misalnya musim layangan, konstruksi bata pada candi bentar, dan lainnya.
"Hal yang menarik perhatian saya selama empat minggu ini adalah keberadaan warna-warna cerah yang sangat indah. Kemudian, saya mulai menyadari keberadaan dominasi warna hitam dan putih seperti di kain poleng (serupa papan catur), material batu lahar, dan material serat ijuk juga parasok," ungkap Pierre di sela ADIR 2023 Closing Exhibition & Meet the Designer.
Foto: Desainer residen ADIR 2023 Pierre Charrié. -EBI
Setelah bercengkrama dengan 40 seniman dan perajin di belasan desa, Pierre memahami bahwa warna hitam-putih ini berkaitan dengan filosofi Rwa Bhineda. Nilai yang bermakna dualisme dan keseimbangan antara sesuatu yang berlawanan layaknya benar-salah, baik-buruk, hidup-mati, dan sebagainya.
Sebagai orang Prancis yang tidak tumbuh besar di lingkungan sespritualistis Bali, dia terinspirasi dengan filosofi Rwa Bhineda. Sebut Pierre, filosofi inilah yang bakal menjadi basis untuknya dalam mengembangkan luaran program ADIR 2023 yakni menghasilkan produk seni kerajinan bekerja sama dengan perajin dan seniman lokal.
"Saya masih perlu waktu untuk memproses apa yang saya alami di sini. Tapi mungkin nantinya (karya saya) akan berupa furnitur yang bisa dikoleksi maupun berupa furnitur ekspresif dan pastinya terinspirasi dari tema perjalanan saya di Bali," kata Pierre.
Di lain sisi, Pendiri Sanggar Seni Cundamani I Dewa Putu Berata mengapresiasi buah perspektif Pierre terhadap kebudayaan Bali. Sebagai salah satu seniman yang dikunjungi ADIR 2023, Dewa Berata menyebut buah eksplorasi Pierre yang tertarik dengan filosofi Rwa Bhineda sebagai sebuah pengingat bagi masyarakat Bali.
"Ini mengingatkan kita di Bali bahwa konsep Rwa Bhineda ini sangat penting. Sekarang ini, kita sebenarnya tengah memerlukan pengakuan bahwa kita berbeda. Tapi itu menciptakan suatu kekuatan karena jika salah satu tidak ada, tidak akan mungkin," jelas Dewa Berata di sela ADIR 2023 Closing Exhibition & Meet the Designer.
Foto: Pendiri Sanggar Seni Cundamani sekaligus salah satu seniman destinasi ADIR 2023 I Dewa Putu Berata. -EBI
Kata seniman Bali yang telah melanglang buana ini, sangat penting bagi Pierre untuk mengetahui fenomena di Bali secara mendalam bukan kulitnya saja. Tidak hanya soal dominannya warna hitam-putih tetapi juga mengapa warna itu bisa begitu dominan dilihat dari tatanan makna.
Usai melakukan residen sejak 28 Mei 2023 lalu, Pierre mendapat waktu hingga September 2024 untuk menyusun konsep furnitur yang dia garap. Kata Suriawati, karya yang dihasilkan Pierre bakal dipamerkan di Indonesia dan Prancis khususnya di Paris Design Week.
"Residen ADIR 2022 Marta Bakowski yang juga terinspirasi dari warna khususnya warna dan grafis gerobak dan pasar di Bali kini sedang mengembangkan karya. September 2023 ini, karyanya akan kami pamerkan di Paris Design Week. Begitu juga untuk Pierre di tahun 2024 nanti," imbuh Suriawati.
Setelah menjadi residen di Bali, Pierre bakal keliling ke tiga kota di Pulau Jawa yakni Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta. Di tiga lokasi ini, Pierre bakal berjumpa mahasiswa arsitektur dan desain untuk bertukar pikiran dan menggelar lokakarya. Lantas, dia bakal kembali ke Prancis untuk mereka karya luaran ADIR 2023.
Ekspektasi pecinta desain kerajinan pun belum terbayang. Sebab, Pierre sendiri dikenal sebagai desainer yang memadukan unsur kepekaan indera dengan karakter material yang dia gunakan. Tantangannya, karakteristik desainnya itu harus disesuaikan dengan keunikan kerajinan Bali. *rat
1
Komentar