Lomba Masak Sate Lilit, Berkreasi agar Lebih Menggoda Wisatawan
MANGUPURA, NusaBali.com - Sebanyak 11 peserta mengikuti lomba memasak Sate Lilit Kreasi gelaran Bhinneka Pantai Jerman Culture Festival, Badung, Sabtu (24/6/2023) sore.
Berlokasi tepat di pesisir Pantai Jerman, para peserta tersebut menunjukkan keahlian dalam memasak makanan khas Bali itu.
Sembari ditemani sunset, mereka diberikan waktu selama satu setengah jam untuk menyelesaikan lomba tersebut.
Tak hanya sekadar memasak, para peserta nampak sangat totalitas menyiapkan masakannya. Terlihat dari cara peserta menghiasi meja mereka mulai dari buah hias, ornamen Bali seperti bambu, hingga ikan yang digunakan dalam pembuatan sate lilit juga mereka pajang di atas meja.
Hal ini pun mencuri perhatian para wisatawan lokal ataupun asing yang turut menyaksikan lomba sate lilit kreasi.
“Gelaran ini mampu menyedot wisatawan ke sini. Bagaimana tidak, tempatnya strategis karena saya minta lombanya dilaksanakan di pinggir pantai. Selain itu, diberbagai restoran sate lilit itu pasti ada. Jadi wisatawan pasti tahu sate lilit dan mereka juga ingin melihat bahkan merasakan sate lilit ini,” terang Ketua Panitia Lomba Sate Lilit Kreasi, I Wayan Karmana pada Sabtu (24/6/2023)
Menurut Karmana, tujuan dilaksanakannya lomba sate lilit kreasi itu untuk melestarikan makanan tradisional. Sehingga selain mengundang peserta dari chef profesional sekitar Hotel di daerah Kuta, ia juga mengajak peserta dari sekolah atau kampus perhotelan. Sehingga pihaknya bisa memberikan edukasi kepada para siswa ataupun mahasiswa bagaimana mengolah sate lilit dengan baik dan enak.
Selain itu, ia menilai sate lilit saat ini sudah dikenal hampir di seluruh dunia. Sehingga dalam gelaran ini, makanan khas Bali yang cendurung pedas, kini ia minta para peserta untuk mengolahnya sedikit lebih manis.
Selain bisa dinikmati oleh wisatawan asing, sate lilit yang cenderung lebih manis, menurutnya akan tahan lebih lama.
“Makanan tradisional Bali sudah go international, karena wisatawan kalau ke Bali lebih condong makan makanan tradisional. Sehingga pedasnya kami kurangkan dan juga kalau agak manis dia akan tahan lama,” jelas pria yang juga menjabat sebagai Kabid Bagian Kode Etik dan Organisasi ICA BPD Bali.
Karena lomba berlokasi di pinggir pantai, kata Karmana olahan sate lilit yang dibuat oleh para peserta pun diwajibkan menggunakan bahan dari ikan laut.
Dalam segi penilaian pun, ia ungkapkan peserta harus memenuhi enam kriteria. Diantara kreasi sate lilit, persiapan dan ketepatan waktu, keserasian atau kreativitas, teknik dasar atau tingkat kesulitannya, dan terakhir rasa dari sate lilit.
“Lomba sate lilit ini memiliki faktor kesulitan lebih tinggi dari pada makanan tradisional Bali lainnya. Mulai dari proses pembuatan, adonan, dan cara melilitnya juga susah,” ungkapnya.
Foto: Ketua Panitia Lomba Sate Lilit Kreasi, I Wayan Karmana pada Sabtu (24/6/2023). -RIKHA SETYA
Dalam mencari juara pun, terang Karmana terdapat kesulitan. Sebab, pencarian juara digabungkan dari pelajar dan chef profesional. Sehingga terdapat kelebihan dan kekurangan dari penilaian tersebut.
Namun, Karmana mengungkapkan pihaknya pasti memilih terbaik dari yang terbaik. Sehingga penilaian dilakukan secara profesional dan netral.
“Kami cari yang terbaik karena kami di sini netral. Semoga hasil event ke depan bisa meningkat,” harapnya.
Dikonfirmasi secara terpisah, Ketua Panitia Bhinneka Pantai Jerman Culture Festival, I Wayan Tegeg berharap dengan adanya lomba sate lilit kreasi pertama di gelaran Bhinneka Pantai Jerman Culture Festival dapat bermanfaat bagi pelaku UMKM di Pantai Jerman.
“Wisatawan luar antusiasnya luar biasa karena sate ini merupakan salah satu makanan favorit. Jadi mereka tertarik mencoba untuk menyaksikan bersama pembuatan sate lilit. Mudah-mudahan ini bisa menjadi inspirasi kami selaku panitia dan bisa bermanfaat bagi masyarakat demi mengangkat kuliner di Pantai Jerman,” harapnya.
Adapun Juara I Memasak Sate Lilit Kreasi diraih oleh I Putu Redi Hermawan dan Dewa Gd Sumartika, Juara II diraih oleh Putu Agus dan Komang Wiantara, Juara III diraih oleh I Gusti Made Bagus Adi Pratama dan I Gusti Ngurah Yudha. *ris
1
Komentar