Penyintas Skizofrenia Ungkap Kesembuhan Lewat Karya Lukis
GIANYAR, NusaBali - Komang Sudiarta, 40, seorang penyintas Skizofrenia sedang berjuang untuk bisa diterima di masyarakat.
Pria asal Banjar Yeh Tengah, Desa Kelusa, Kecamatan Payangan, Gianyar yang akrab disapa Komang Loster ini memilih mengungkapkan kesembuhannya lewat karya seni. Lukisan karyanya dominan bernuansa tradisi Bali. Komang Loster sudah beberapa kali pameran.
Komang Loster mengaku sangat sulit membebaskan diri dari stigma masyarakat pasca dirinya dicap mengidap skizofrenia. “Maka untuk membuktikan saya sama dengan orang kebanyakan, saya membuat karya lukis,” ungkapnya, Minggu (25/6). Komang Loster menamatkan pendidikan di SMK 1 Sukawati Tahun 2002. Namun di Tahun 2010 sempat mengidap skizofrenia. Selama beberapa tahun, Komang Loster menghabiskan waktunya di Rumah Berdaya Denpasar. “Astungkara sampai pulih,” ujarnya.
Pasca pemulihan, Komang Loster yang suka bermain musik ini menambah pengetahuan seni rupa di Miniatur Painting Keliki sehingga karya lukisnya memiliki corak tersendiri. “Sebagai orang yang pernah mengidap skizofrenia sangat sulit diterima masyarakat dan dianggap sampah, tidak berguna. Jadi, melukis sebagai jawaban saya terhadap stigma buruk di masyarakat,” jelas Komang Loster. Selain membuat lukisan, juga membuat patung. Sudah menyelesaikan satu set tapel topeng Sidakarya. “Ini pembuktian saya melalui karya seni, baik lukisan dan patung,” ujar lelaki yang juga pemain musik ini.
Karya lukisnya kebanyakan menampilkan tradisi Bali terkait dengan realitas kehidupan sehari-hari. Harga lukisannya di kisaran Rp 5 juta sampai Rp 10 jutaan. “Biasanya satu lukisan bisa selesai dalam 20 hari. Kalau mood lagi bagus bisa selesai dalam seminggu,” tutur Komang Loster. Sudah mengikuti pameran bersama dengan Om Hara Kailasa di Museum Puri Lukisan (2023), pameran bersama Ketemu Project di Art Jakarta (2022), pameran bersama Now Is a Good Time, Uma Seminyak Bali, by Ketemu Project (2019), pameran bersama di Oak Wood Art, Virginia Amerika (2019), pameran bersama di Social space, Singapura, by Ketemu project (2018), dan pameran lain di Bali.
Di ajang PKB ke44, Komang Loster ikut berpartisipasi memamerkan lukisannya. Lukisannya terinspirasi cerita Calonarang. “Saya memfokuskan air karena kita hidup harus memahami sifat-sifat air. sifat yang menghanyutkan dan menenggelamkan, dan juga menumbuhkan,” jelasnya. Lotus atau teratai, filosofinya bahwa setiap orang bisa berbuat baik di lingkungan yang buruk dan tangan yang membuat kita berpenghasilan, rezeki mengalir deras jika giat bekerja. Karya Komang Loster dipajang di Museum Neka Ubud, karya-karya lain juga dipamerkan bersama seniman Bali Kanda Rupa. 7 nvi
1
Komentar