'Bendega ring Kusamba' Ungkap Peliknya Mengurus Segara
DENPASAR, NusaBali - Wimbakara (Lomba) Taman Penasar serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 di Panggung Wantilan, Taman Budaya Bali, Minggu (25/6) sore, membawakan materi khusus terkait kehidupan pesisir Kusamba yang berada di wilayah bumi serombotan itu.
Mengangkat tema 'Bendega ring Kusamba', Sekaa Taman Penasar Babakan Pule, Duta Kabupaten Klungkung, tampil memukau dengan melantunkan geguritan yang mengungkap peliknya mengurus segara di zaman sekarang.
Diawali dengan dramatisasi alur cerita yang dimulai saat peserta memasuki kalangan yang dikisahkan dengan peran bendega yang mengeluh dengan krisis atau sulitnya mencari kehidupan di laut.
Menampilkan tujuh orang masing-masing berperan menjadi seorang guru, juru tembang dan peneges/penerjemah dan satu orang selaku warga yang selalu mengeluh dan menolak adanya sekaa pesantian yang dianggap tidak penting.
Namun semua diskusi serta permasalahan segar itu, dibahas dan dituntun agar semua masyarakat pesisir sadar betapa pentingnya menjaga melestarikan segara sebagai sumber kehidupan masyarakat sekitar.
Sekaa Taman Penasar di bawah asuhan penata santi Ni Nengah Sukiartini, penata tabuh I Wayan Sukada melantunkan sejumlah pupuh dengan ekspresi menarik dan suara yang merdu mendapat respons bagus dari penonton.
Taman Penasar ini semakin hidup dengan iringan tabuh geguntangan yang dipadukan dengan barungan terompong, sehingga membuat mata dan telinga penonton terhibur.
Beberapa lagu seperti pupuh sinom, ginada dan pupuh pangkur dinyanyikan dengan merdu dan sarat makna serta dibawakan secara bergiliran. Masing -masing pupuh mengetengahkan situasi pesisir dan pesan moral yang harus dijaga di pesisir atau segara.
Koordinator pergelaran I Komang Gede Suastika menyebutkan topik yang diangkat dalam sajian taman penasar ini adalah kehidupan pesisir, yang kebetulan di Kusamba sebagian besar sarat dengan kehidupan nelayan.
Seperti yang terungkap dalam kitab Adiparwa, Dewa Wisnu atau juga disebut Dewa Narayana, mengatakan kepada para Dewa dan Denawa, di segara tempat untuk mencari kehidupan dan kesejahteraan umat manusia, baik tiga penjuru dunia bhur, bwah, swah oleh karena di sanalah letak tirta amerta itu, akan membuat kesejahteraan dunia. “Jadi, tak ubahnya kehidupan nelayan yang ada di Pantai Kusamba, semua kehidupan bersumber dari hasil melaut. Walau terkadang di zaman sekarang banyak sekali hambatan permasalahan di laut, termasuk akomodasi di tepi pantai,“ tuturnya.
Sementara itu, salah satu dewan juri Guru Anom Ranuara mengungkapkan, secara umum penyaji taman penasar dari berbagai kabupaten/kota ada peningkatan kreativitas dari tahun sebelumnya. “Totalitas pentas peserta taman penasar ada peningkatan, namun yang perlu mendapat catatan ke depan adalah bagaimana pola pembinaan oleh Disbud sebelum tampil di PKB,” jelas Anom Ranuara.
Dikatakan, pembinaan ini penting agar bagaimana mengarahkan peserta untuk menekankan tema yang disajikan agar sesuai dengan apa yang dibawakan. “Kelemahan dari panitia bukan pembina, jadi terkadang alurnya jadi liar, di mana isi yang dibahas harus sesuaikan tema, seharusnya mempunyai acuan, bagaimana pendramaan yang diiginkan oleh juri, seperti ada beberapa yang mengangkat judul namun tidak connect dengan isi yang dibahas, jadi ada beberapa duta yang nyaplir,” imbuhnya.
Pihaknya menambahkan, yang perlu mendapat catatan di masa mendatang agar lebih baik dan bagus lagi, bagaimana penyampaian pesan atau berupa program dibarengi dengan daftar pustaka yang baik.
“Ada penegasan beberapa daftar pustaka yang harus disebut, biar tidak seenak perutnya bicara, agar tidak ada pembodohan masyarakat, kalau ada rujukan misalnya terkait perda, pergub, perwali perlu disampaikan, ya sementara itu saja catatan saya,” pungkasnya. 7 cr78
Komentar