Pelestarian Magoak-goakan sebagai Penghormatan kepada Raja Panji Sakti
Permainan Tradisional Khas Buleleng Tampil di Jantra Tradisi Bali III
Permainan Tradisional
Magoak-goakan
Jantra Tradisi Bali
Pesta Kesenian Bali (PKB)
PKB XLV
PKB XLV Tahun 2023
Biasanya pemuda di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, menggelar permainan magoak-goakan saat Ngembak Geni Hari Raya Nyepi di lapangan desa setempat.
SINGARAJA, NusaBali
Puluhan pasukan goak saling memegang pinggang kawan yang ada di depannya. Mereka bergerak searah untuk melindungi pasukan goak yang paling akhir, agar ekornya tidak tertangkap oleh Raja (pencari ekor goak). Sesekali barisan pasukan goak ini terlihat meliuk-liuk seperti seekor ular yang diikuti dengan teriakan gaakk-gaakk panjang meniru suara burung gagak (goak). Begitu ekor goak tertangkap, maka permainan dinyatakan berakhir.
Demonstrasi permainan tradisional itu dibawakan Komunitas Goak Panji Sakti pada Jantra Tradisi Bali III serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) di Lapangan Timur Monumen Perjuangan Rakyat Bali (MPRB), Niti Mandala, Denpasar, Sabtu (1/7). Permainan magoak-goakan dipilih Dinas Kebudayaan Provinsi Bali untuk dikenalkan kepada seluruh masyarakat Bali, sebagai salah satu upaya pelestarian.
Permainan magoak-goakan sudah diwarisi masyarakat Buleleng sejak ratusan tahun lalu, dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada 2020, oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Permainan tradisional ini tercetus saat zaman pemerintahan Raja Buleleng I Gusti Panji Sakti. Pada puncak kejayaannya, Raja Panji Sakti terus berhasil mengembangkan daerah kekuasaannya. Tidak hanya di wilayah Bali, tetapi juga hingga ke Blambangan, Jawa Timur.
Raja yang dikenal sakti mandraguna ini memiliki prajurit elite yang dinamakan pasukan goak. Prajurit-prajurit Raja Panji Sakti ini sangat setia kepada pimpinannya. Begitu pula Raja Panji Sakti memimpin dengan sangat bijaksana.
Saat akan melakukan penyerbuan dan menaklukkan Blambangan, Raja Panji Sakti meminta komitmen prajuritnya dengan permainan magoak-goakan. Jika sang raja berhasil menangkap ekor goak, maka seluruh prajuritnya wajib menjalankan seluruh titah dan keinginan raja, termasuk memenangkan pertempuran.
Ketua Umum Bala Goak Desa Panji Gusti Putu Agus Suputra Jaya, mengatakan permainan magoak-goakan yang diwarisi secara turun temurun hingga kini masih lestari di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Biasanya pemuda setempat menggelar permainan magoak-goakan saat Ngembak Geni Hari Raya Nyepi di lapangan desa setempat. Pelestarian yang dilakukan oleh pemuda Desa Panji sebagai ungkapan penghormatan kepada Raja Panji Sakti.
"Kami juga mengapresiasi pemerintah turut serta melestarikan permainan tradisional, yang memang sepatutnya digaungkan kembali sebagai barometer sejarah dan taksu Bali. Tidak hanya hari ini saja kami diberikan kesempatan tampil, tetapi setiap peringatan HUT Kota Singaraja permainan magoak-goakan ini selalu dipentaskan," kata Suputra Jaya. Dia berharap kesempatan untuk tampil dapat berkesinambungan.
Sementara itu, Kepala Bidang Praktisi dan Warisan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Ida Bagus Alit Suryana, mengatakan Jantra Tradisi Bali III ini merupakan salah satu upaya Pemprov Bali menjaga dan melestarikan seni budaya termasuk permainan tradisional. Magoak-goakan dari Gumi Panji Sakti dipilih karena sudah ditetapkan sebagai WBTB yang wajib digaungkan kembali di masyarakat.
"Jadi walaupun tradisi magoak-goakan ini berasal dari Buleleng, tapi harapannya dengan demonstrasi hari ini dapat dikenal bukan hanya seluruh Bali melainkan seluruh Indonesia bahkan dunia," ungkap Alit Suryana.
Selain magoak-goakan dalam kesempatan yang sama juga digelar lomba magala-gala yang diikuti oleh 9 kabupaten/kota se-Bali. Permainan tradisional ini pun memiliki nilai meningkatkan rasa gotong royong, rasa persatuan, dan menumbuhkan tanggung jawab pada masing-masing peserta. Pemenang lomba akan disiapkan untuk mewakili Bali dalam Pekan Budaya Nasional (PKN).
Khusus Buleleng, lomba magala-gala diikuti oleh siswa SMPN 1 Sawan. Dalam lomba ini, perwakilan Buleleng memperoleh juara III dan harus mengakui kekuatan dari kontingen Badung sebagai juara I dan Karangasem sebagai juara II. 7 k23
Komentar