Kemacetan Lalin di Bali Kian Parah
Sering Dapat Komplain, Industri Pariwisata Waswas
DPD ASITA Bali
ASITA Bali
Pariwisata Bali
Forum Komunikasi Desa Wisata
Kemacetan
Lalu Lintas
Forkom Dewi
DENPASAR, NusaBali - Kalangan pelaku pariwisata Bali merasa waswas kemacetan lalu lintas akut yang kerap terjadi di sejumlah kawasan wisata akan jadi bumerang pariwisata Bali. Karenanya persoalan tersebut diharap menjadi salah satu prioritas untuk dituntaskan.
Salah satunya dengan memperbanyak penempatan petugas dan penindakkan terhadap pelanggaran lalu lintas atau kawasan peruntukkan.
"Kalau pelanggaran parkir atau orang parkir kendaraan sembarangan mesti segera ditindak," ujar Ketua Dewan Pimpinan Daerah Association of The Indonesian Travel Agencies (DPD Asita) Bali, Putu Winastra, Minggu(2/7).
Winastra kemudian menyampaikan sejumlah kawasan wisata di Bali yang belakangan sering macet, seiring meningkatnya kunjungan wisatawan. Kawasan-kawasan tersebut, diantaranya kawasan Kuta, Seminyak, Canggu dan kawasan wisata lainnya sampai ke Bedugul.
"Itu sudah sering mengundang komplain,"ungkapnya.
Selain menambah jumlah petugas di simpul kemacetan, Winastra juga meminta tindakan tegas terhadap pelanggaran ketertiban yang lain. Diantaranya aktivitas yang bukan di tempat atau lokasi yang diperuntukkan. Misalnya berjualan atau buka warung di sempadan jalan atau di tempat lain yang bukan dialokasikan berjualan.
Karena jika dibiarkan hal itu akan memancing kemacetan susulan.
"Misalnya berjualan di pinggir jalan, kemudian ada orang lantas belanja dan parkir kendaraan, otomatis memicu kesemerawutan dan berujung krodit lalin," ungkap Winastra.
Juga menindak terhadap yang pihak yang memarkir kendaraan sembarangan di jalan.
Menurutnya pelanggaran-pelanggaran itulah yang harus ditertibkan, selain mengintensifkan pengaturan arus lalin, di kawasan-kawasan krodit. Kemacetan kata Winastra, harus diurai, karena merupakan bagian untuk meningkatkan kualitas pelayanan pariwisata.
"Wisatawan ke Bali, tujuannya tentu jalan-jalan menikmati Bali. Bukan hanya tinggal di hotel,"ungkapnya.
Jadi pariwisata berkualitas produk layanannya juga harus berkualitas. Karenanya kemacetan lalu lintas di jalan raya, kata Winastra merupakan 'PR' yang menuntut solusi.
Sebelumnya, Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata (Forkom Dewi) I Made Mendra Astawa, mengutarakan hal senada.
"Stakeholder perlu segera mencari jalan keluar mengatasinya, "ujarnya.
Karena jika kemacetan berlanjut dikhawatirkan hal itu akan jadi bumerang pariwisata Bali. Wisatawan komplain, pengusaha pariwisata dirugikan, kenyamanan masyarakat berlalu lintas juga terganggu. "Artinya semua terdampak, "ujar Mendra Astawa.
Menurutnya makin cepat penanganan kemacetan itu, akan semakin baik. "Secara otomatis jadi promo positif buat Bali, " ucap Mendra Astawa.
Dia mengatakan pelaku dan masyarakat pariwisata tentu bergembira dengan perkembangan pariwisata Bali. Dari kondisi kolaps akibat pandemi Covid-19, kini mulai pulih menuju ke posisi normal sebagaimana sebelum pandemi.
"Kunjungan wisatawan meningkat. Hunian hotel juga membaik. Itu kan positif. Artinya pariwisata kita (Bali) hidup kembali," geber Mendra Astawa.
Mendra Astawa menyebut beberapa simpul kemacetan di sejumlah ruas jalan dan akses kawasan wisata. Diantaranya kawasan wisata Sanur, Denpasar di ruas jalan by pass Ngurah Rai, sekitar jalan menuju Pelabuhan Sanur dan perempatan Jalan Hang Tuah,Sanur. Kemudian ruas jalan Pantai Kuta. Juga macet yang sering terjadi di kawasan wisata Ubud dan sekitarnya.
"Masih ada lagi yang lainnya, baik yang rutin maupun sewaktu-waktu," lanjut Mendra Astawa.
Dia mengaku kerap mendengar keluhan terkait hal tersebut. Karena itulah, kata Mendra Astawa mesti ada solusi. "Stakeholder, baik pemerintah maupun swasta, dalam hal ini industri pariwisata bisa rembug,"sarannya. k17
1
Komentar